About Me

Menuang Rasa , Merajut Asa
>Abid Nurhuda

Pendidikan Ibadah Menurut Hadist Tarbawi





Makalah Pendidikan Ibadah Menurut Hadist Tarbawi
Pendidikan Ibadah







BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia yang diciptakan pada dasarnya tidak pernah terlepas dari yang namanya pendidikan. Untuk itu proses pendidikan manusia tidak terlepas dari peran pendidik dan peserta didik itu sendiri. Berhasil atau tidaknya suatu pendidikan diantaranya ditentukan oleh dua komponen tersebut. Oleh karenanya, pendidik dan peserta didik adalah dua elemen terpenting dalam proses pendidikan terytama dalam pendidikan Islam.
Islam adalah agama yang sempurna dan di ridhoi oleh Allah Azza wa Jalla hanya saja kesempurnaan Islam ini hanya kita rasakan dalam kehidupan jika kitapun melaksanakanya secara sempurna. Dan salah satu penyempurna  kehidupan kita di dunia ialah dengan beribadah kepada Allah SWT, karena pada hakikatnya kita diciptakan di dunia ini hanyalah untuk menyembah Allah SWT.
Dan salah satu bentuk ibadah diri kita kepada Allah ialah dengan belajar tentang agama. Dalam suatu prosess belajar kita harus menempuh Pendidikan. karena dengan Pendidikan, seseorang dapat menjalani Proses pengubahan sikap  dan tata laku.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dari Pendidikan Ibadah?
2. Bagaimana isi kandungan terkait Hadist Pendidikan Ibadah?
3. Bagaimana Keterkaitan Hadist Pendidikan Ibadah Dalam Pendidikan Masa Sekarang?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Pendidikan Ibadah
2. Untuk mengetahui isi kandungan terkait Hadist Pendidikan Ibadah
3. Untuk mengetahui Keterkaitan Hadist Pendidikan Ibadah Dalam Pendidikan Masa Sekarang




BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Ibadah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pendidikan berasal dari kata dasar (Mendidik) dan Pendidikan memiliki pengertian yaitu : Proses pengubahan sikap  dan tata laku seseorang atau sekelompok orang untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.   Sedangkan pengertian ibadah sendiri berasal dari terminologi Arab  yaitu “Ibadah” yang berarti menyembah dan mengabdi. 
Jadi dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Ibadah yang dimaksud di sini adalah proses perubahan sikap, pembelajaran, pelatihan, yang mana dapat mengarahkan segala potensi insan (manusia) yang ada pada anak, terutama potensi kehambaan pada Allah, sehingga dapat menimbulkan kataatan yang tertanam dalam hati sebagai pegangan dan landasan hidup di dunia dan akhirat.
Ada salah satu pendapat ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang pengertian pendidikan ibadah menurut Hasbi Ash Shiddieqy pendidikan ibadah adalah suatu usaha untuk memberikan kesadaran beribadah kepada manusia agar mengerti tentang eksistensi dirinya sebagai seorang hamba Allah. Dengan tunduk yang setinggi-tingginya
Adapun Pendidikan ibadah ubudiah yang mudah kita jumpai dalam kehidupan yaitu meliputi shalat, puasa, zakat, dan haji, dan dalam Pendidikan ibadah muamalah seperti hubungan horizontal antara sesama manusia dengan alam lainya seperti aktivitas manusia sehari-hari yang dikerjakan dengan ikhlas untuk mengabdi kepada Allah.
Para guru dan orang tua hendaknya menjelaskan kepada anak-anaknya dengan penjelasan yang sangat sederhana tentang pentingnya berbagai bentuk ibadah, lengkap dengan rukun-rukunnya, seperti shalat, zakat, dan haji. Selain itu, emosional anak harus disiapkan saat membicarakan berbagai bentuk ibadah sehingga mereka merindukan ikatan dengan Allah SWT dan beribadah kepada-Nya dengan cara yang benar.
Dalam menjelaskan atau membicarakan berbagai bentuk ibadah, para guru dan orangtua hendaknya menggunakan tema pembahasan secara berurutan. Misalnya, dalam satu kesempatan membicarakan tentang satu tema yang berkaitan dengan shalat saja atau tema yang berkaitan dengan puasa saja, dan seterusnya. Berusaha sedapat mungkin agar anak-anak dapat menyadari pentingnya melaksanakan berbagai bentuk ibadah dalam kehidupan mereka. Para guru dan orangtua hendaknya megetahui pentingnya berbagai bentuk ibadah dalam kehidupan seorang muslim.

B. Hadist Terkait Pendidikan Ibadah
Hadist terkait pendidikan ibadah, diantaranya yaitu:
1. Menyempurnakan Gerakan Shalat
حَدَّ ثَنَا مُسَدَّدُ قَالَ: أَخْبَرَنِي يَحْيَ بْنُ سَعِيْدٍ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ: حَدَّثَنَا سَعِيدٌ الْمَقْبُرِيٌ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - دَخَلَ الْمَسْجِدَ ، فَدَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - فَرَدَّ وَقَالَ « ارْجِعْ فَصَلِّ ، فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ » . فَرَجَعَ يُصَلِّى كَمَا صَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - فَقَالَ « ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ » ثَلاَثًا . فَقَالَ وَالَّذِى بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا أُحْسِنُ غَيْرَهُ فَعَلِّمْنِى . فَقَالَ « إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلاَةِ فَكَبِّرْ ، ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ ، ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ، وَافْعَلْ ذَلِكَ فِى صَلاَتِكَ كُلِّهَا » (رواه البخاري)
Artinya :
Telah menceritakan kepada kami (Musaddad) berkata: telah mengabarkan kepadaku (Yahya bin Sa’id) dari (‘Ubaidillah) berkata: telah menceritakan kepada kami  (Sa’id Al-Maqburi) dari (Bapaknya) dari (Abu Hurairah), bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam masuk ke dalam Masjid, lalu ada seorang laki-laki masuk ke dalam  Masjid dan shalat, kemudian orang itu datang dan memberi salam kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab  salamnya kemudian bersabda: “Kembali dan ulangilah shalatmu, karena kamu belum shalat!” Orang itu kemudian  mengulangi shalat dan kembali datang mengahadap kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam sambil memberi salam. Namun beliau kembali bersabda: “ kembali dan ulangilah shalatmu, karena kamu belum shalat!” Beliau memerintahkan orang ini sampai tiga kali dan akhirnya, ia berkata: “Demi dzat yang mengutus tuan dengan kebenaran, aku tidak bisa melakukan yang lebih baik dari itu. Maka ajarilah aku.” Beliau pun bersabda: “Jika kamu mengerjakan shalat maka bertakbirlah, lalu bacalah ayat yang mudah dari Al-Qur’an. Kemudian rukuklah, hingga benar-benar rukuk dengan tenang. Lalu bangkitlah (dari rukuk) hingga kamu berdiri tegak. Setelah itu sujudlah, sampai benar-benar sujud. Lalu angkat (kepalamu) untuk duduk hingga benar-benar duduk. Setelah itu sujudlah, hinggga benar-benar sujud. Kemudian lakukanlah seperti cara tersebut di seluruh shalat  (rakaat) mu.” (HR. Bukhori)
Isi kandungan hadist

Dari hadist di atas Tentang seorang sahabat yang belum paham cara shalat, hingga setelah ia shalat nabi bersabda kepadanya “ulaingi lagi karena engkau belum sholat” menunjukan bahwa shalat yang ia lakukan tidak sah sehingga teranggap belum menunaikan shalat. Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam mengajarkan shalat dengan tuntunan yang sesuai dengan yang Nabi laksanakan ketika mengerjakan ibadah shalat.

Dalam shalat, thuma’ninah merupakan rukun yang penting. Karena, thuma’ninah dalam shalat berarti berdiam diri (tenang) seukuran waktu untuk membaca bacaan shalat yang wajib. Maka seseorang tidak dikatakan thuma’ninah kecuali ia tenang dalam ruku’, I’tidal, sujud serta dalam duduk di antara dua sujud. Dalam hadist Shahih Muslim No. 1138 disebutkan dari ‘Aisyah Ummul Mu’minin radhiyallahu ‘anha
وَ كَانَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ لَمْ يَسْجُدْ حَتَّي يَسْتَوِى قَائِمًا…
“…maka, apabila beliau mengangkat kepalanya dari ruku’, beliau tidak sujud sebelum berddiri tegak lurus (I’tidal)
Maka hadist-hadist ini dan yang semisalnya menunjukan bahwa thuma’ninah adalah mapan dan tenang pada posisi-posisi shalat dan tidak tergesa-gesa ketika berpindah dari satu rukun ke rukun yang berikutnya. Ibadah shalat haruslah dikerjakan dengan cara menyempurnakan setiap gerakan yang dilakukanya. Karena jika dalam mengerjakanya kita tergesa-gesa dan tidak menyempurnakan tiap gerakanya, maka ibadah shalat tidak akan di terima dan di anggap belum mengerjakan shalat.

2. Puasa Menjadi Benteng Dari Segala Bentuk Pelanggaran
Dalam hadist  Qudsi disebutkan sebagai berikut:
عَن اَبِي  هُرَ يْرَة َرَضِيَ اللهُ عَنْهُ النَّبِي  صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَمَ قَالَ:  يَقُولُ الله عَزَّ وًجَلَ:  الصَّومُ لِى وَ اَنَا اَجْزِى  بِهِ, يَدْعُ  شَهْوَ تَهُ وَ اَكْلَهُ وَ شُرْبَهُ  مِنْ اَجْلِى, وَالصَّومُ جَنّةُ, وَالِلصَّا ئِمِ فَرْ حَتَانِ: فَرْ حَةُ حِيْنَ يَفْطٌرُ, وَ فَرْحَةُ حِينَ لِقَاءِ رَبِّهِ , وَ لَخُلُوفُ فَمُّ الِلصَّا ئِم اَطْيَبُ عِنْدَ الله مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ (رواه البخارى وكذلك مسلم ومالك والنر مذى والنسا  ئى وابن ما جه)
Artinya :
Dari Abu Hurairah Ra, bahwa Rasulullah Saw. Bersabda: “Allah yang maha Mulia lagi Maha Agung berfirman, ‘puasa adalah untuk-ku’. Puasa  adalah perisai. Orang yang berpuasa memperoleh dua kebahagiaan: kebahagiaan pertama ketika ia berbuka, dan kegembiraan kedua  ketika ia menemui tuhannya. Dan sungguh  bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi tuhan dari pada bau parfum” (HR. Bukhari, Muslim, Malik, Tirmidzi, Nasai, dan Ibnu Majah).
Isi Kandungan Hadist
Dari hadist di atas, kita dapat mengetahui bahwa Puasa merupakan Ibadah yang khusus untuk Allah Swt, karena Ibadah ini berbeda dengan Ibadah-ibadah lain. Ibadah puasa ini sulit diketahui oleh orang lain. Hanya Allah dan dirinya yang mengetahui bahwa dirinya sedang berpuasa. Amalan puasa berasal dari niat batin dan dalam amalan puasa ini terdapat bentuk meninggalkan berbagai syahwat. Karena  itu pula, Ibadah puasa ini dijadikan sebagai banteng untuk mencegah dari segala bentuk kemungkaran.
Ibadah puasa ini dijadikan sebagai benteng  dari segala bentuk kemungkaran, karena Ibadah ini mengajarkan manusia untuk mampu mengendalikan nafsunya. Nafsu merupakan pangkal segala bentuk kejahatan. Jika nafsu ini sudah dikendalikan, maka kejahatan pun tidak akan terjadi. Itulah alasan utama  Ibadah  puasa ini menjadi pencegah dari segala macam kemungkaran.
Bagi hamba Allah yang menjalankan ibadah puasa, terdapat dua kebahagiaan yang akan dijumpainya yaitu kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika hamba tersebut berjumpa dengan Allah SWT. Adapun ganjaran bagi orang yang berpuasa yang telah disebutkan dalam hadist diatas yaitu, bagi Allah bau mulut orang yang berpuasa adalah bau yang menyenangkan karena bau ini dihasilkan dari amalan ketaatan dan karena mengharap ridho Allah.

C.   Keterkaitan Hadist Pendidikan Ibadah Dalam Pendidikan Masa Sekarang
Dalam pandangan Islam bahwasanya pendidikan sangat  memiliki peran penting. Selain sebagai fasilitator, juga mempunyai tanggung jawab bagi terbentuknya watak kepribadian anak didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dan tanggung jawab akan selesai pada  masa usia baligh. Dengan demikian, anak sewaktu sudah menginjak dewasa akan mendapatkan fitrah yang akan diusahakan, maka dari itu sejak awal anak sudah harus ditanamkan nilai-nilai Islami agar kelak sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehariannya dilandasi dengan nilai-nilai keIslaman.
Salah satu pendidikan Islam adalah pendidikan Ibadah. Pendidikan Ibadah sangat  penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Oleh karena itu pendidikan Ibadah hendaknya dikenalkan sedini mungkin dalam diri anak agar tumbuh menjadi insan yang benar-benar takwa, yakni insan yang taat melaksanakan segala perintah agama dan taat pula dalam menjauhi segala larangan-Nya. 
Dapat kita ketahui, dalam dunia pendidikan saat ini hanya terfokus  pada pendidikan umum. Yang mana pendidikan agama (Ibadah) selalu  di belakangkan. Padahal pendidikan Ibadah  sangat penting bagi umat manusia dalam kehidupan dunia maupun di akhirat.  Mendidik anak pada usia dini bagaikan mengukir diatas batu yang tidak akan mudah hilang. Artinya pendidikan anak pada usia dini akan melekat pada diri si anak sampai ia dewasa.
  Dengan perumpamaan ini apabila pendidikan Ibadah diberikan kepada anak usia dini, maka secara bertahap anak akan sadar bahwa beribadah itu sangat penting dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Dan hal ini akan dapat mempengaruhi cara berfikir anak sampai ia remaja bahkan ia dewasa.




BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan Ibadah adalah proses perubahan sikap, pembelajaran, pelatihan, yang mana dapat mengarahkan segala potensi insan (manusia) yang ada pada anak, terutama potensi kehambaan pada Allah, sehingga dapat menimbulkan kataatan yang tertanam dalam hati sebagai pegangan dan landasan hidup di dunia dan akhirat.
Hadist terkait pendidikan ibadah, diantaranya yaitu: Menyempurnakan Gerakan Shalat dan Puasa Menjadi Benteng Dari Segala Bentuk Pelanggaran. Kedua contoh hadist tersebut dapat menjadi sedikit contoh bagi Pendidikan ibadah yang berada di sekitar kehidupan kita yang mana dapat kita terapkan.
Salah satu pendidikan Islam adalah pendidikan Ibadah. Pendidikan Ibadah sangat  penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Oleh karena itu pendidikan Ibadah hendaknya dikenalkan sedini mungkin dalam diri anak agar tumbuh menjadi insan yang benar-benar takwa, yakni insan yang taat melaksanakan segala perintah agama dan taat pula dalam menjauhi segala larangan-Nya
B. Saran
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah, oleh karena itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun. Untuk informasi lebih jelas pembaca harus lebih giat membaca buku dan mencari informasi tentang pembahasan Pendidikan Ibadah




DAFTAR PESTAKA

Sulhan, Hasbiyallah dan Moh. 2015. Hadist Tarbawi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Umar, Bukhari. 2016. Hadist Tarbawi , Jakarta: Amzah
Abiding, Muhammad Zainal. 2016. Khazanah,  Jurnal Studi Islam dan Humaniora, vol.14 no.2
Jasuri. 2015.  “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Usia Dini”, Jurnal Madaniyah
Kahar, Abdul. 2019. “Pendidikan Ibadah Muhammad Hasbi Ash- Shiddieqy”, Jurnal Tawazun, Vol. 12, No. 1, Juni,
Nurkholis. 2013.  “Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi”, Jurnal Kependidikan, Vol. 1, No. 1, November
Sudarsono. 2018. “Pendidikan Ibadah Perspektif Al-Qur’an dan Hadist”, Jurnal Studi Keislaman, Vol. 4, No. 1, Juni

Post a Comment

0 Comments