About Me

Menuang Rasa , Merajut Asa
>Abid Nurhuda

Anatomi dan Desain Kurikulum









Makalah Anatomi dan Desain Kurikulum
Design Kurikulum






BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam banyak literatur kurikulum diartikan sebagai suatu dokumen atau rencana tertulis mengenai kualitas Pendidikan yang harus dimiliki oleh peserta didik melalui suatu pengalaman belajar. Kurikulum juga dapat diartikan sebagai dokumen tertulis dari suatu rencana atau program Pendidikan dan juga sebagai pelaksana rencana.
Kurikulum seperti pengertiannya, ruang lingkupnya mencangkup lingkup yang luas maupun lingkup sempit. Kurikulum dalam cangkupan luas yaitu sebagai program pengajaran satu jenjang Pendidikan, Sedangkan kurikulum dalam cangkupan sempit seperti program pengajaran suatu mata pelajaran untuk beberapa jam mata pelajaran.
Desain kurikulum akan sangat diperlukan. Desain kurikulum menggambarkan pola organisasi dari komponen-komponen kurikulum dengan perlengkapan penunjangannya. Komponen kurikulum haruslah berjalan hierarkis dan saling berhubungan antara yang satu dan yang lain. Komponen-komponen kurikulum tersebut bukan hanya menjadi wacana yang akan dipelajari, tetapi harus diaplikasikan dalam dunia sesungguhnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Anatomi Kurikulum?
2. Apa sajakah Komponen-Komponen Kurikulum PAI?
3. Apa Sajakah Desain Kurikulum?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian dari Anatomi Kurikulum
2. Untuk Mengetahui Komponen-Komponen Kurikulum PAI
3. Untuk Mengetahui Desain Kurikulum

BAB II
PEMBAHASAN


A. Pengertian Anatomi Kurikulum
Anatomi berasal dari bahasa Yunani  anatomia, dari anatemnein yang berarti memotong atau kemudian akan lebih tepat dalam pokok bahasaan ini kita sebut atau kita artikan dengan  mengunakan arti struktur atau susunan atau juga bagian atau komponen.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia anatomi adalah ilmu yang melukiskan letak dan hubungan bagian-bagian tubuh manusia, binatang atau tumbuhan atau bisa juga diartikan uraian yang mendalam tentang sesuatu.  Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu Lembaga Penyelenggaraan Pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik dalam satu periode jenjang Pendidikan. penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang Pendidikan  dalam penyelenggaraan Pendidikan tersebut.
Kurikulum dapat diumpamakan sebagai suatu orgamisme manusia yang memiliki anatomi tertentu. Anatomi kurikulum dapat dirumuskan menjadi lima bagian  yaitu: tujuan yang akan dicapai, materi yang akan disampaikan, strategi mengajar, media mengajar dan evaluasi pengajaran
Kelima rumusan ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainya. Tujuan yang akan capai harus sesuai dengan proses yang akan dilakukan, materi yang disampaikan juga tidak terlepas dari proses dan media mengajar serta tujuan yang akan dicapai dalam suatu kurikulum. Dengan demikian, evaluasi akhir dari rumusan tersebut terdapat timbal balik yang relevan terhadap pengembangan kurikulum selanjutnya.

B. Komponen-Komponen Kurikulum PAI
Kurikulum dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah dirancang untuk mengantarkan siswa kepada peningkatan keimanan dan ketaqwaan serta pembentukan akhlak yang mulia. Kurikulum adalah suatu program untuk mencapai sejumlah tujuan Pendidikan. Tujuan itulah yang nantinya akan dijadikan arah atau acuan untuk segala kegiatan yang akan dijalankan, berhasil atau tidaknya program pengajaran disekolah dapat diukur dari seberapa jauh dan seberapa banyak pencapaian tujuan-tujuan tersebut
Konsep kurikulum yang berlaku di Indonesia dapat dilihat dari definisi kurikulum yang terdapat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional  2003 pasal 1 ayat 11 yang berbunyi : “ Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.”
Kurikulum dapat diumpamakan sebagai suatu organisme manusia yang memiliki anatomi tertentu. Unsur atau komponen dari anatomi tubuh kurikulum yang paling utama adalah tujuan, isi atau materi, proses atau sistem penyampaian, media serta evaluasi. Kelima komponen tersebut berkaitan satu sama lain.
1. Tujuan
Dalam kurikulum atau pengajaran, tujuan memegang peranan  penting untuk mengarahkan semua kegiatan pengajaran dan mewarnai komponen-komponen lainya. Tujuan kurikulum dirumuskan berdasarkan dua hal yaitu: Pertama, perkembangan tuntutan , kebutuhan dan kondisi masyarakat. Kedua, didasari oleh pemikiran-pemikiran dan terarah pada pencapaian nilai-nilai filosofis, terutama falsafah Negara.
2. Bahan Ajar
Bahan ajar atau materi pelajaran dalam satu kurikulum adalah segala sasuatu yang diberikan kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangkai mencapai tujuan.  Bahan ajar meliputi mata-mata pelajaran yang harus dipelajari siswa. Jenis-jenis mata pelajaran ditentukan atas dasar tujuan institusional atau tujuan Pendidikan  tingkat satuan Pendidikan (sekolah/madrasah/pondok pesantren dan Lembaga-lembaga pendidikan lain yang bersangkutan). 
3. Strategi Mengajar
Penyusunan bahan ajar berhubungan erat dengan strategi mengajar atau metode mengajar. Pada waktu guru menyusun suatu bahan ajar, ia juga harus memikirkan strategi mengajar mana yang sesuai untuk menyajkan bahan ajaran. Ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam mengajar yaitu:
a. Reception/Exposition Learning-Discovery Learning
Reception dan Expositionsesungguhnya mempunyai makna yang sama, hanya berbeda dalam pelakunya. Reception Learning dilihat dari sisi siswa sedangkan Exposition dilihat dari sisi guru. Dalam Exposition, keseluruhan bahan ajar disampaikan kepada siswa dalam bentuk akhir atau bentuk jadi, secara lisan maupun secara tertulis.
Dalam Discovery Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, mebandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintergrasikan bahan ajar dan membuat kesimpulan. Melalui kegiatan tersebut, siswa akan menguasainya, menerapkanya serta menentukan hal yang bermanfaat bagi dirinya.
b. Rote Learning-Meaningful Learning
Dalam Rote Learning, bahan ajar disampaikan kepada siswa tanpa memperhatikan arti atau maknanya bagi siswa. Siswa menguasai bahan ajar dengan menghafalnya. Dalam Meaningful Learning, penyampaian bahan mengutamakan maknanya bagi siswa.
c. Group Learning
Pelaksanaan Discovery Learning, menuntut aktifitas belajar yang bersifat individual atau dalam kelompok kecil Discovery Learning dalam bentuk kelas, Pelaksanaanya agak sukar dan mempunyai beberapa masalah. Masalah-masalah tersebut yaitu karena kemampuan dan kecepatan belajar siswa tidak sama, sehingga hanya dapat dilakukan oleh siswa yang pandai. Kerjasama hanya akan dilakukan oleh anak yang aktif, sedangkan anak yang lain mungkin hanya menonton. Dengan demikian akan timbul perbedaan yang sangat jauh antara anak yang pandai dan anak yang kurang.
4. Media Mengajar
Media adalah alat bantu yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan untuk mencapai tujuan pengajaran. Media dapat berupa manusia, benda atau peristiwa yang memungkinkan peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Dengan demikian media pendidikan agama dapat diartikan yaitu semua aktifitas yang berhubungan dengan materi pendidikan agama islam, baik berupa alat yang dapat diperagakan atau metode yang efektif dapat digunakan oleh guru agama untuk mencapai tujuan tertentu dan tidak bertentangan dengan ajaran agama islam.
Dalam memilih media pengajaran agama yang akan digunakan hendaknya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran agama itu sendiri, bahan atau materi yang akan disampaikan, sarana prasarana, minat dan kemampuan siswa.  Bentuk-bentuk media pengajaran, antaralain:
a. Media Audio
Media ini berkaitan dengan pendengaran, yang mana pesaan disampaikan dalam bentuk lambing-lambang auditif, baik verbal (bahasa lisan) maupun non verbal. Contoh dari media ini adalah radio, tape recorder, cd, dan laboratorium bahasa.
b. Media visual
Media visual dibagi menjadi 2, yaitu media visual dua dimensi dan media visual tiga dimensi. Media visual dua dimensi dapat berupa papan (papan tulis, papan flannel, papan magnet, dan papan peragaan), gambar (gambar kertas atau gambar yang diproyeksi dengan opaque projrctor), foto, peta, poster, media cetak (buku, makalah, jurnal), dan masih banyak lagi. Macam-macam media visual tiga dimensi yaitu benda asli, model, diorama, dan barang contoh.
c. Media audio visual
Media audio visual adalah media atau alat yang menghasilkan suara dan rupa dalam satu unit. Contoh dari media ini yaitu film bersuara, televise, dan video cassette atau VCD.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan. Evaluasi merupakan salah satu komponen dalam kurikulum, dengan evaluasi dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran, keberhasilan siswa, guru dan proses pembelajaran itu sendiri.
Untuk mengevaluasi komponen-komponen dan proses pelaksanaan mengajar bukan hanya digunakan tes, tetapi digunakan bentuk-bentuk non tes seperti observasi, studi computer, angket dan lain-lain. Terdapat beberapa prinsip evaluasi Pendidikan yang harus diperhatikan oleh evaluator dalam menjalankan tugasnya. Prinsip tersebut adalah :
a. Evaluasi harus mengacu pada tujuan pembelajaran;
b. Evaluasi harus dilaksanakan secara obyektif;
c. Evaluasi harus dilaksanakan secara menyeluruh
d. Evaluasi harus dilaksanakan secara terus-menerus (kontinyu)

C. Desain Kurikulum
Desain kurikulum adalah rancangan, pola atau model. Mendesain kurikulum berarti menyusun rancangan atau menyusun model kurikulum sesuai dengan visi misi sekolah. Mendesain kurikulum tidak terlepas dari perencanaan yang matang dan baik, sehingga tujuan yang akan direncanakan dapat dicapai dengan baik pula.
Dalam mendesain kurikulum, terdapat beberapa model desain kurikulum yang dapat diutarakan yaitu:
1. Subject Centered Design (Desain yang Berpusat Pada Mata Pelajaran)
Subject Centered Design merupakan desain kurikulum yang berpusat pada bahan ajar.  Desain ini berkembang dari konsep pendidikan klasik yang memandang pentingnya pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai masa lalu bagi peserta didik.. Dalam desain ini peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan belajar membuat rangkuman dan menghafal karena tujuan utamanya adalah agar peserta didik menguasai pengetahuan.  Subject Centered Design memiliki tiga pola, yaitu:
a. The Subject Design
Pola ini merupakan bentuk yang paling murni dari Subject Centered Design karena benar-benar menitik beratkan pada materi pembelajaran. Materi atau mata pelajaran pada kurikulum ini  diorganisir secara terpisah-pisah dalam bentuk sejumlah materi atau mata pelajaran dan diambil dari apa yang berkembang pada masa klasik seperti matematika, gramatika, retorika, logika, geomitri, astronomi, ekonomi, politik, dan lainnya. Oleh sebab itu desain ini juga disebut dengan Sapared Subject Curriculum. Materi tersebut diambil dari warisan orang Yunani kemudian Romawi dan pada lembaga pendidikan Islam diambil dari warisan masa Rasul Muhammad saw hingga masa kemajuan Islam di Dinasti Abbasyiyah. Desain ini juga dinamakan dengan sebutan Subject Academic Curriculum sebab kurikulum ini menekankan pada penguasaan pengetahuan, isi, nilai-nilai dan warisan budaya masalalu.


b. The Disciplines Design
Desain ini adalah perkembangan dari Subject Centered Design dan memegang teguh pada disiplin ilmu seperti fisika, biologi, psikologi, dan lainnya. The Disciplines Design  lebih menekankan pada pemahaman, logika, konsep ide dan prinsip (inquiry dan discorvery). Dengan desain ini peserta didik tidak hanya menguasai serentetan fakta, prinsip sebagai hasil hafalan, tetapi menguasai konsep, hubungan dan proses-proses intelektual yang berkembang dari diri siswa sendiri.
c. The Broad Fields Design
Secara estimologi “broad” berarti luas dan “field” diartikan sebagai bidang, lapangan, dan medan. Dengan demikian desain ini dapat dipahami sebagai sebuah desain kurikulum yang memiliki atau memperhatikan bidang yang luas. Desain ini menggabungkan dua atau lebih dari mata pelajaran yang terfragmentasi menjadi satu kesatuan seperti sejarah, geografi, dan ekonomi yang digabungkan menjadi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Tujuan dari The Broad Fields Design yaitu menyiapkan dan membekali siswa untuk menghadapi tuntutan dan tantangan hidup dan pekerjaan yang cenderung menuntut spesialisasi pada bidang-bidang keilmuan tertentu.
2. Learner centered design (desain yang berpusat pada pembelajar)
Yaitu suatu desain kurikulum yang mengutamakan peranan dari siswa itu sendiri. Dan disini guru hanya berperan menciptakan situasi belajar, mendorong, membimbing sesuai dengan kebutuhan anak sebab anak punya potensi untuk berbuat, berperilaku dan berkembang. Konsep Learner centered design bersumber dari konsep Reusseau tentang pendidikan alam yang menekankan perkembangan anak. Pengembangan kurikulum ini sangat dipengarui oleh keinginan dari siswa itu sendiri seperti berinteraksi sosial, keinginan bertanya, keinginan membangun makna, dan keinginan berkreasi yang menekankan pada sifat-sifat alami anak dalam mengembangkan kurikulum.
3. Problem centered design (desain yang berpusat pada permasalahan)
Yaitu desain kurikulum dengan masalah-masalah yang dihadapi dalam masyarakat atau dilakukan secara bersamaan . Pendidik berusaha memengaruhi perubahan sosial dengan penyelesaian berbagai permasalahan sosial. Desain kurikulum ini disusun berdasarkan pada masalah-masalah sosial yang dihadapi anak-anak sekarang dan juga masa yang akan datang. Sistematika bahan disusun berdasarkan pada kebutuhan, kepentingan dan kemampuan siswa.
Desain ini diibedakan menjadi 2 yaitu  the areas of living design dan the core design
a. The area of living design
Menurut zeis (1976:418), selain organisasi isi kurikulum yang bersifat tidak diarsipkan sebelumnya. Design ini mempunyai karakteristik lain yaitu: pertama, model ini adalah model desain kurikulum yang menekankan pada prosedur belajar melalui pemecahan masalah (problem solving) atas masalah-masalah sosial kehidupan. Kedua, pada model ini menggunakan pengalaman dan situasi-situasi nyata dari siswa sebagai pintu gerbang untuk mempelajari bidang-bidang kehidupan yang mendasar.
b. The core design
Model desain kuikulum ini muncul sebagai reaksi atas moel pragmentasi dan pembelajaran yang tepisah satu demi satu (piecemeal learning) yang diberikan dalam desain kurikulum “separted subject’ (desain kurikulum terpisah-pisah). Sebagai upaya untuk menghubungkan dan menyatukan dari sejumlah kurikulum, mata pelajaran atau materi pelajaran tertentu dijadikan sebagai inti, sementara mata pelajaran lainnya sebagai yang dikaitkan.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anatomi berasal dari bahasa Yunani  anatomia, dari anatemnein yang berarti memotong atau kemudian akan lebih tepat dalam pokok bahasaan ini kita sebut atau kita artikan dengan  mengunakan arti struktur atau susunan atau juga bagian atau komponen. Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu Lembaga Penyelenggaraan Pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik dalam satu periode jenjang Pendidikan.. Anatomi kurikulum dapat dirumuskan menjadi lima bagian  yaitu: tujuan yang akan dicapai, materi yang akan disampaikan, strategi mengajar, media mengajar dan evaluasi pengajaran
Desain kurikulum adalah rancangan, pola atau model. Mendesain kurikulum berarti menyusun rancangan atau menyusun model kurikulum sesuai dengan visi misi sekolah. Mendesain kurikulum tidak terlepas dari perencanaan yang matang dan baik, sehingga tujuan yang akan direncanakan dapat dicapai dengan baik pula. Dalam mendesain kurikulum, terdapat beberapa model desain kurikulum yang dapat diutarakan yaitu: Subject Centered Design (Desain yang Berpusat Pada Mata Pelajaran), Learner centered design (desain yang berpusat pada pembelajar) dan Problem centered design (desain yang berpusat pada permasalahan)
B. Kritik dan Saran
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah, oleh karena itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun. Untuk informasi lebih jelas pembaca harus lebih giat membaca buku dan mencari informasi tentang pembahasan Anatomi dan Desain Kurikulum.



DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. (2011) Konsep dan Model Pengembangan kurikulum, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya
Hidayat Sholeh. (2013). Pengembangan Kurikulum Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Nurgiantoro Burhan. (1998). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, Yogyakarta:BPFE UGM
Sabda, Syaiffuddin. (2016) Pengembangan Kurikulum (Tinjauan Teoritis), Yogyakarta: Aswaja Pressindo
Umar, dkk. (2016). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Transformatif, Yogyakarta: Deepublis
Zaini, Muhammad. (2009). Pengembangan Kurikulum Konsep Implementasi, Evaluasi dan Inovasi, Yogyakarta: Teras
Marliana, “Anatomi Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah”, Jurnal Dinamika Ilmu, Vol. 13, No. 2, Desember 2013, hlm. 139-141
Musyarapah, (2014) Manajemen Proses Pengembangan Kurikulum (Need Assesment dan Pengembangan Desain Kurikulum), Jurnal al-Risalah Volume 10, Nomer 2, hlm.234

Post a Comment

0 Comments