About Me

Menuang Rasa , Merajut Asa
>Abid Nurhuda

Planning Is Nothing



 
Rencana



Oleh : Abid Nurhuda (Mahasiswa PAI IAIN Surakarta)


Dua kali berturut-turut pulang ke Bali dengan delay pesawat, dua maskapai berbeda di dua airport yang berbeda pula.
Entah mengapa saya tidak terganggu sama sekali dengan keterlambatan keberangkatan pesawat, bahkan saya tidak ingin juga mencari tahu mengapa pesawat yang terjadwal belum datang atau bisa diberangkatkan.

setiap kali ada bunyi denting pemberitahuan jadwal yang molor, Kartika bertanya " apa yang menyebabkan terlambat?"

"untuk apa?" jawab saya.

Pertanyaan "untuk apa?" ke arah Tika ini ternyata berbalik arah menuntun saya pada perenungan yang lebih dalam.

Manusia modern sudah hidup dalam kecemasan, doktrin ketakutan yang tertanam semenjak kecil telah membuahkan kegelisahan yang mendasar akan masa depan.
kita ingin mengetahui masa depan, memperoleh kepastian dari ketidakpastian yang selalu terjadi, kita meramalkan segala sesuatunya hanya untuk mendapatkan ilusi yang bernama rasa aman dan saudaranya yaitu rasa nyaman.

Tidak heran, stan ramalan di bazar selalu ramai, pojok bintang dan shio di koran selalu dibaca.

"Capek lho nunggu delay di Bandara?" kata beberapa orang yang saya temui.

secara fisik duduk di bandara dan nongkrong di warung kopi tidaklah berbeda, malah di bandara areanya lebih luas dengan pemandangan take off dan landing.

kita menjadi capek karena kegelisahan yang kita buat sendiri, pikiran yang loncat-loncat lah yang membuat energi terkuras.
Capek terjadi karena kita melekat pada jadwal, kita melekat pada bayangan yang kita buat sendiri dan kata "seharusya".
"seharusnya saya sudah di rumah, leha-leha dan ketemu saudara"

kita semua sudah paham, selain kematian tidak ada yang pasti di masa depan, namun menariknya bukannya kita melatih diri mempersiapkan satu-satunya yang pasti, kita malah belajar dan berusaha mengontrol,menggenggam dan melekat pada ketidakpastian.

Hidup terombang ambing, tehempas bukan karena arus dan gelombang dalam aliran kehidupan ini, melainkan karena kita melekat pada pasang naik dan pasang surut yang selalu ada dan terjadi.

Ini artinya bukan meninggalkan planing, tidak berharap atau menghilangkan keinginan melainkan tidak melekat pada rencana, harapan dan hasrat yang timbul.

Pada kesadaran diatas, pesawat yang terlambat, pasangan yang tidak jadi pulang, pesanan makanan yang tidak sesuai dan semua ketidakcocokan atara harapan dan kejadian berubah wujud menjadi Guru yang melatih kita berserah dan ikhlas.

Pada kesadaran ini pula dalam pelatihan-pelatihan dimana saya berbagi, saya merasa tidak perlu lagi mendorong orang lain untuk belajar berencana, mengontrol dan melekat, selama ini kita sudah serius berlatih dan menjadi ahli. 
Saatnya kita hadir disini, menikmati waktu ini dan menemukan keajaiban yang hilir mudik setiap saat.

 “We must be willing to let go of the life we planned so as to have the life that is waiting for us.” - Joseph Campbell

Post a Comment

0 Comments