![]() |
Tempat Bergantung |
Oleh : Abid Nurhuda (Mahasiswa PAI IAIN Surakarta)
Duhai diri...
Kita ini tiada apa-apa.
Yang memilih kita adalah Allah.
Yang mengajarkan kita juga adalah Allah.
Jika Allah tidak menghidupkan kita, maka kita tidak hidup.
Sedangkan yang Maha Menuliskan dan Maha Mengetahui takdir kita juga adalah Allah.
KEAKUAN itu ia senantiasa merasa dirinya ada. Berdaya upaya. Bahkan penting, hingga merasa ia itu memegang pergantungan yang sebenarnya milik Allah. Sedangkan Allah Maha Menguji hamba-hambaNya.
Duhai makhluk yang bernama nafsu, yang diizinkan Allah menjadi ujian kepada manusia... sungguh, aku tidak berdaya untuk menundukkanmu, sedang engkau memang diciptakan dengan sifat-sifat itu, yang mengajak kepada kejahatan... maka, itulah takdirmu, tasbihmu, tundukmu kepada Allah, akan ketentuanmu...
namun, aku ini manusia, dari keturunan Nabi Adam a.s, yang diciptakan untuk menjadi khalifah Allah, dari umat Nabi Muhammad SAW di akhir zaman,
Maka pergantunganku hanyalah kepada Allah.
Hanyalah kuasa Allah, yang Maha Memeliharakan aku dari kejahatan nafsu, dan kejahatan syaitan serta segala kejahatan lainnya.
Jika aku merasa baik dengan dirimu, maka keakuanlah yang bersuara, melainkan ... hanya berserah kepadaNYA atas segala kelemahanku dan kehambaanku, dengan mematuhi segala perintahNya, dan Allah jua yang membawaku...
Bahagia dan tenangnya hati hanyalah merasa diri tiada apa-apa, merasa diri kepunyaan Allah, ... sentiasa dalam pemeliharaan dan pertolonganNya. Atas tiap-tiap sesuatu.
"ALLAH. Dengan namaNya akan terhalanglah segala yang di langit dan di bumi dari memberi mudharat, sesungguhnya Ia Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui Segalanya."
0 Comments