About Me

Menuang Rasa , Merajut Asa
>Abid Nurhuda

Pengembangan Potensi Peserta Didik







Perkembangan Potensi Peserta Didik
Potensi Siswa







2.1    Pengertian Potensi

Pada waktu lahir tiap-tiap individu mendapatkan bekal berupa kemampuan yang siap, yang pelaksanaannya berdasarkan insting. Disamping bekal berupa insting itu, individu mendapatkan bekal juga berupa benih, bibit atau potensi yang mempunyai kemungkinan berkembang pada waktunya dan apabila ada kesempatannya maupun perangsangnya. Potensi inilah yang sekarang disebut dengan istilah pembawaan. Jadi yang dimaksud dengan anak atau siswa yang berpembawaan adalah siswa yang memiliki potensi dengan kemampuan berkembang yang baik, sehingga dapat diharapkan adanya hasil yang memuaskan dalam pencapaian tujuan pendidikan.
Untuk melihat tentang beberapa pengertian potensi, penulis mengemukakan rumusan yang ditulis dalam majalah “ ANDA “,“ Potensi adalah kemampuan terpendam yang mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkan, suatu yang dapat menjadi aktual “.
M. Ngalim Purwanto mengatakan Potensi adalah “ seluruh kemungkinan-kemungkinan atau kesanggupan-kesanggupan yang terdapat pada suatu individu dan selama masa perkembangannya benar-benar dapat diwujudkan “.
Dari kedua pengertian diatas, potensi dapat dirumuskan sebagai keseluruhan kemampuan yang terpendam yang ada dalam diri siswa, yang memungkinkan dapat berkembang dan diwujudkan dalam bentuk kenyataan. Potensi-potensi belajar yang ada dalam diri seseorang siswa tidak sama dengan potensi yang dimiliki orang lain. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Agus Soejono “ Potensi seseorang tidak sama dengan potensi yang dimiliki orang lain. Seseorang lebih tajam pikirannya, atau lebih halus perasaan, atau lebih kuat kemauan, dan lebih kuat badannya dari pada yang lain “.

Dari uraian diatas, jelaslah bahwa potensi itu beraneka ragam, berbeda, dan bervarias. Potensi seseorang berlainan dengan orang lain dalam jenis dan tinggi rendahnya.
Realita Pada Zaman Modern
A.    Pengertian Zaman Modern 
Zaman modern atau zaman kiwari biasanya merujuk pada tahun-tahun setelah 1500. Tahun tersebut ditandai dengan runtuhnya Kekaisaran Romawi Timur, penemuan Amerika oleh Christopher Columbus,  dan reformasi gereja oleh Martin Luther.
Masa modern ditandai dengan perkembangan pesat di bidang ilmu pengetahuan, politik, dan teknologi. Dari akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, seni modern, politik, iptek, dan budaya tak hanya mendominasi Eropa Barat dan Amerika Utara, namun juga hampir setiap jengkal daerah di dunia. Termasuk berbagai macam pemikiran yang pro maupun yang kontra terhadap dunia barat. Peperangan brutal dan masalah lain dari masa ini, banyak diakibatkan dari pertumbuhan yang cepat, dan hubungan antara hilangnya kekuatan norma agama dan etika tradisional. Hal ini menimbulkan banyak reaksi terhadap perkembangan modern. Optimisme dan kepercayaan dalam proses yang berjalan di tempat telah dikritik oleh pascamodernisme sementara dominasi Eropa Barat dan Amerika Utara atas benua lain telah dikritik oleh teori pascakolonial.
B.    Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perkembangan Potensi
1.    Pendidikan Pada Zaman Modern
Pendidikan adalah suatu hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan setiap manusia. Dari pendidikan seseorang akan belajar menjadi seorang yang berkarakter dan mempunyai ilmu pendidikan dan sosial yang tinggi.Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala. Faktanya,
indeks pengembangan manusia Indonesia semakin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999).Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia.Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia heboh. Kehebohan tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia.
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektivitas, efisiensi danstandarisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. Selain kurang kreatifnya para pendidik dalam membimbing siswa, kurikulum yang sentralistik membuat potret pendidikan semakin buram.Kurikulum hanya didasarkan pada pengetahuan pemerintah tanpa memperhatikan kebutuhan masyarakat. Pendidikan tidak mampu menghasilkanlulusan yang kreatif. Kurikulum dibuat di Jakarta dan tidak memperhatikan kondisi di masyarakat bawah atau di daerah sampai daerah terpencil.

2.    Teknologi Pada Zaman Modern
Pada awalnya teknologi berkembang secara lambat. Namun seiring dengan kemajuan tingkat kebudayaan dan peradaban manusia perkembangan teknologi berkembang dengan cepat. Semakin maju kebudayaannya, semakin berkembang teknologinya karena teknologi merupakan perkembangan dari kebudayaan yang maju dengan pesat (Adib, 2011, p.254).
Teknologi yang berkembang dengan pesat, meliputi berbagai bidang kehidupan manusia. Masa sekarang nampaknya sulit memisahkan kehidupan manusia dengan teknologi, bahkan sudah merupakan kebutuhan manusia. Awal perkembangan teknologi yang sebelumnya merupakan bagian dari ilmu atau bergantung dari ilmu, sekarang ilmu dapat pula bergantung dari teknologi. Contohnya dengan berkembang pesatnya teknologi komputer dan satelit ruang angkasa, maka diperoleh pengetahuan baru dari hasil kerja kedua produk teknologi tersebut (Dwiningrum, 2012, p.155). Berdasarkan uraian pendapat di atas kita dapat menyimpulkan dan menarik suatu benang merah bahwa teknologi merupakan hasil olah pikir manusia yang pada akhirnya digunakan manusia untuk mewujudkan berbagai tujuan hidupnya, teknologi menjadi sebuah instrumen untuk mencapai tujuan. Teknologi juga merupakan hasil perkembangan rasionalitas manusia. Ketika keberadaan teknologi dikembangkan dalam struktur tindakan manusia, maka keberadaan teknologi juga dapat ditempatkan dalam kerangka perkembangan rasionalitas manusia tersebut.
Secara sosiologis, teknologi merupakan salah satu aspek yang turut mempengaruhi setiap aktivitas, tindakan, serta perilaku manusia. Teknologi mampu mengubah pola hubungan dan pola interaksi antar manusia. Kehadiran teknologi merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Aktivitas manusia sedikit banyak akan dipengaruhi oleh kehadiran teknologi. Kemajuan teknologi dewasa ini ditandai dengan semakin canggihnya alat-alat di bidang informasi dan komunikasi, satelit, bioteknologi, pertanian, peralatan di bidang kesehatan, dan rekayasa genetika. Muculnya masyarakat digital dalam berbagai bidang kehidupan merupakan bukti dari kemajuan teknologi. Masyarakat dan negara-negara di dunia berlombalomba untuk dapat menguasai teknologi tinggi (high tech) sebagai simbol kemajuan, kekuasaan, kekayaan dan prestise. Dalam masyarakat Postmodern berlaku hukum “barang siapa yang menguasai teknologi maka ia akan menguasai dunia”. Dalam era globalisasi, kemajuan teknologi berlangsung sangat cepat sehingga kadangkala manusia tidak sempat untuk beradaptasi dengan kemajuan tersebut. Akibatnya terjadi anomi dalam masyarakat karena mereka tidak mempunyai pegangan hidup yang jelas. Masyarakat yang tidak mampu menguasai teknologi akan mengalami cultural lag dan akan terancam eksistensinya. Kemajuan teknologi ibarat dua sisi mata uang, di mana di satu sisi kemajuan teknologi memberikan banyak manfaat positif bagi manusia untuk mempermudah manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun demikian disisi yang lain kemajuan teknologi menimbulkan efek negatif yang kompleks melebihi manfaat dari teknologi itu sendiri terutama terkait pola hidup manusia dalam dimensi sosial budaya. Teknologi mengancam kematian melalui berbagai penyakit, kerusakan lingkungan, pemanasan global, menciptakan ketegangan, memberikan berbagai resiko, belenggu atas diri manusia melalui sistem kontrol yang tersembunyi, dan dehumanisasi. Satu hal yang perlu kita ingat, teknologi selalu berwajah ganda, di satu saat ia menjadi teman, di saat yang lain, ia juga bisa menjadi lawan. Upaya-upaya yang dapat kita lakukan sebagai solusi untuk menanggulangi dampak negatif dari kemajuan teknologi adalah dengan menanamkan kesadaran kepada setiap individu tentang pentingnya memahami dampak negatif kemajuan teknologi. Dengan analisa SWOT secara sederhana kita dapat menjadikan tantangan dan dampak negatif dari teknologi menjadi peluang untuk memajukan suatu masyarakat dan negara. Untuk itulah diperlukan peran serta aktif  dari keluarga, sekolah, masyarakat, dan negara dalam mencegah, mengurangi, dan menanggulangi dampak negatif dari kemajuan teknologi. Sebagai manusia modern sangat tidak bijaksana serta tidak mungkin jika kita mengatakan say no to technology, namun yang harus kita lakukan  yaitu mempertimbangkan kebutuhan kita terhadap teknologi, mempertimbangkan baik-buruknya teknologi tersebut dan tetap menggunakan etika, serta tidak  terlalu berlebihan agar kita tidak kecanduan dan menjadi budak teknologi. Kita harus menyadari bahwa teknologi bukan merupakan aspek kehidupan umat manusia yang tertinggi. Tidak juga merupakan puncak kebudayaan dan peradaban umat manusia di dalam evolusinya mencapai kesempurnaan hidup (perfection of existence). Namun teknologi merupakan suatu alat yang digunakan manusia untuk mempermudah dalam melakukan sesuatu dalam aktivitas kehidupannya.


MENGEMBANGKAN POTENSI PESERTA DIDIK
Tujuan pembelajaran hakekatnya adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Oleh karena itu guru harus mengetahui dan memahami potensi peserta didik yang menjadi siswa asuhnya. Dengan memahami potensi  peserta didik, guru dapat memberi gambaran tentang kekuatan dan kelemahan, kelebihan dan kekurangan peserta didik, serta mengetahui potensi peserta didik yang dapat dikembangkan dan mengetahui kekurangan peserta didik yang dapat diminimalisi. Dengan demikian guru dapat merencanakan pembelajaran yang tepat agar peserta didik dapat mencapai prestasi  terbaiknya yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Guru berperan penting dalam upaya mengembangkan potensi peserta didik. Guru dapat mengembangkan potensi peserta didik dengan cara menciptakan suasana pembelajaran yang dapat dinikmati oleh peserta didik. Pembelajaran semacam ini menerapkan pendekatan kompetensi, yaitu :
1.    Pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bermain dan beraktivitas,
2.     Memberi suasana aman dan bebas secara psikologis, penerapan disiplinnya tidak kaku,
3.     Memberikan keluasan kepada peserta didik untuk boleh mempunyai gagasan, ide, atau pendapat sendiri,
4.    Mampu memotivasi peserta didik berpartisipasi secara aktif,
5.    Memberi kebebasan berpikir kreatif.
Setiap peserta didik adalah individu yang unik. Mereka memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda antara satu dengan yang lain. Sudah sepatutnya para pendidik baik guru mau pun orang tua bisa membantu peserta didik dalam mengembangkan potensinya.
Ada sebuah ungkapan,"tak kenal maka tak sayang", mari kita ubah redaksinya menjadi "tak kenal maka tak kan faham", maksud "tak faham" disini adalah tidak memahami langkah lebih lanjut, untuk mengembangkan potensi peserta didik lebih lanjut, jadi mari kita berkenalan dulu dengan peserta didik kita.
Berikut adalah cara untuk dapat mengenali potensi peserta didik, yaitu :
1.    Amati tingkah laku siswa,
Baik dikelas maupun diluar kelas, karena terkadang, ketika anak melakukan suatu kegiatan yang menurut kita tidak wajar dilakukan didalam kelas,ternyata adalah sebuah potensi yang dimiliki peserta didik, misalnya ada anak yang selalu memukul-mukul bangku,spontan biasanya dihardik, karena dianggap menggangu, tentu sikap guru begitu tidak salah dengan maksud agar tidak mengganggu teman-temannya,hanya, barangkali lebih bijak bukan langsung dihardik akan tetapi amati dengan seksama,dengarkan dengan baik, lalu simpulkan, misal: ternyata pukulannya berirama dan enak didengar, setelah disimpulkan begitu maka cobalah dekati dan beri nasehat, bahwa pukulannya tadi bisa dilakukan pada benda lain yang mempunyai fungsi sebagai alat musik, misalnya gendang atau alat musik pukul lainnya, lalu bimbing dengan serius. Selain kita amati peserta didik didalam kelas, amati pula kegiatan siswa ketika bermain diluar kelas, karena terkadang potensi peserta didik yang terpendam,muncul ditengah permainan yang sedang mereka lakukan.
2.    Ajukan Pertanyaan melalui angket tentang minat dan bakat siswa
Sebagai upaya mengeksplor minat dan bakat peserta didik. Setelah minat dan bakat terpetakan, langkah selanjutnya adalah pengembangan potensi peserta didik tersebut, baik melalui program ektrakurikuler maupun pengembangan yang dilakukan oleh orangtua peserta didik itu sendiri,melalui les private maupun kursus kecakapan hidup sesuai potensi anak, namun jangan sampai menghilangkan dunianya, yang masih memerlukan bermain dan bercengkrama dengan teman sebayanya.



3. Faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses perkembangan peserta didik baik itu dari segi pertumbuhan,psikis,intelektual dan perilakunya.

3.1. faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu atau keadaan kondisi jasmani dan rohani anak. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
Faktor internal juga meliputi Hereditas yang merupakan “Totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak, atau segala potensi (baik fisik maupun psikis) yang dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan orang tua melalui gen-gen”.

1.Faktor Fisiologis           
Kondisi fisik, seperti struktur fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara instrinsik berkaitan erat dengan susunan tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat korelasi yang positif antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe temperamen (Moh. Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ektomorf, yaitu ototnya lemah atau tubuhnya rapuh, ditandai oleh sifat-sifat segan dalam melakukan aktivitas sosial, pemalu, pemurung, dan sebagainya. Selain faktor fisik bawaan seperti hal tersebut. Faktor lain yang mempengaruhi kondisi fisik anak saat ini adalah pola kebiasaan makan yang kurang baik bagi remaja dan ingin terlihat langsing. Faktor ini yang paling banyak terjadi dikalangan remaja. Mereka ingin memiliki berat badan yang ideal, namun cara yang mereka lakukan kurang efektif karena dapat mengganggu pola makan dan juga menyebabkan gizi kurang (underweight).
Jadi, untuk mengatasi segala hal yang dapat mengganggu kesehatan tubuh kita, utamanya malnutrisi, gizi kurang serta gizi berlebih pada seseorang banyak yang dapat kita lakukan. Salah satunya ialah dengan menjaga pola makan.
2.Faktor Psikologis
Bidang studi psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, psikologi kepribadian berkaitan erat dengan psikologi perkembangan dan psikologi sosial, karena kepribadian adalah hasil dari perkembangan individu sejak masih kecil dan bagaimana cara individu itu sendiri dalam berinteraksi sosial dengan lingkungannya. Banyak faktor psikologis yang mempengaruhi kemampuan penyesuaian diri seperti pengalaman, hasil belajar, kebutuhan-kebutuhan, aktualisasi diri, frustasi, depresi, dan sebagainya.
FAKTOR EKStERNAL
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu. Faktor eksternal yang paling banyak berpengaruh terhadap perkembangan peserta didik adalah Faktor lingkungan, yang berpengaruh terhadap perkembangan nilai, moral, dan sikap individu mencakup aspek psikologis, sosial,budaya, dan fisik , baik yang terdapat dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

1. Lingkungan Keluarga
Keluarga sebagai lingkungan pertama yang mempengaruhi perkembangan nilai, moral dan sikap seseorang. Biasanya tingkah laku seseorang berasal dari bawaan ajaran orang tuanya. Orang-orang yang tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan orang tuanya di masa kecil, kemungkinan besar mereka tidak mampu mengembangkan super egonya sehingga mereka biasa menjadi orang yang sering melakukan pelanggaran norma. Apalagi di era modern seperti sekarang ini, banyak sekali ditemukan permasalahan keluarga yang berdampak terhadap psikis anak misalnya Brokenhome, kurangnya perhatian, dan orang tua yang terlalu memaksakan kehendaknya tanpa tau bagaimana kemampuan anak mereka.
Menghadapi dunia yang berjalan dengan cepat dan penuh godaan ini orang tua harus menjadi sahabat bagi anak-anak dan remaja mereka, syaratnya harus menyediakan waktu walau sesibuk apapun. dengan cara berdialog misalnya, libatkan diri dengan kehidupan mereka bukan sekadar melihat atau menjadi pangamat, arahkan hobi dan minat anak pada hal positif, anak-anak harus mempunyai cita-cita dan ajarkan anak bersikap aktif, berkata jujur dsb.
2. Lingkungan Sekolah
Di sekolah, anak-anak mempelajari nilai-nilai norma yang berlaku di masyarakat sehingga mereka juga dapat menentukan mana tindakan yang baik dan boleh dilakukan. Tentunya dengan bimbingan guru. Anak-anak cenderung menjadikan guru sebagai model dalam bertingkah laku, oleh karena itu seorang guru harus memiliki moral yang baik.
3. Lingkungan Pergaulan
Dalam pengembangan kepribadian, faktor lingkungan pergaulan juga turut mempengaruhi nilai, moral dan sikap seseorang. Apalagi pergaulan era modern seperti sekarang ini yang terkesan bebas dan mengikuti trend baik itu bersifat positif maupun negative. Pada masa remaja, biasanya seseorang selalu ingin mencoba suatu hal yang baru. Dan selalu ada rasa tidak enak apabila menolak ajakan teman. Bahkan terkadang seorang teman juga bisa dijadikan panutan baginya.
5. Teknologi
Pengaruh dari kecanggihan teknologi juga memiliki pengaruh kuat perkembangan peserta didik. Di era sekarang, remaja banyak menggunakan teknologi untuk belajar maupun hiburan. Contoh: internet memiliki fasilitas yang menwarkan berbagai informasi yang dapat diakses secara langsung. Nilai positifnya, ketika remaja atau siswa mencari bahan pelajaran yang mereka butuhkan mereka dapat mengaksesnya dari internet. Namun internet juga memiliki nilai negative seperti tersedianya situs porno yang dapat merusak moral remaja. Apalagi pada masa remaja memiliki rasa keingintahuan yang besar dan sangat rentan terhadap informsi seperti itu. Mereka belum bisa mengolah pikiran secara matang yang akhirnya akan menimbulkan berbagai tindak kejahatan seperti pemerkosaan dan hamil di luar nikah/hamil usia dini.

Remaja yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat yang penuh rasa aman secara psikologis, pola interaksi yang demokratis, pola asuh bina kasih, dan religius dapat diharapkan berkembang menjadi remaja yang memiliki budi luhur, moralitas tinggi, serta sikap dan perilaku terpuji. Sebaliknya individu yang tumbuh dan berkembang dengan kondisi psikologis yang penuh dengan konflikpola interaksi yang tidak jelas, pola asuh yang tidak berimbang dan kurang religius maka harapan agar anak dan remaja tumbuh dan berkembang
menjadi individu yang memiliki nilai-nilai luhur, moralitas tinggi, dan sikap perilaku terpuji menjadi diragukan.
Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungannya. Anak memperoleh nilai-nilai moral dari lingkungannya,
terutama dari orangtuanya. Dia belajar untuk mengenal nlai-nilai dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Dalam mengembangkan nilai
moral anak, peranan orangtua sangatlah penting, terutama pada waktu anak masih kecil.


https://christianyonathanlokas.wordpress.com/2013/09/08/perkembangan-peserta-didik-dan-psikologi-pendidikan/



KONSEP DAN METODE PEMBELAJARAN
          Pendidikan adalah salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas .Dalam prosesnya di butuhkan konsep dan metode agar mutu Pendidikan menjadi baik,berikut penjelasan dari 2 hal yg urgen/di butuhkan di atas.
           Konsep pembelajaran adalah suatu sistem atau proses perencanaan belajar yang ditujukan kepada pebelajar, supaya mencapai hasil yang maksimal.Sedangkan metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.Semakin berkembangnya zaman,maka konsep dan metode pembalajaran juga harus semakin maju.
~Berikut beberapa bentuk konsep dan contoh metode pembelajarannya :
1.Konsep Ceramah
            Konsep Ceramah adalah sebuah konsep dengan metode mengajar untuk menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ini merupakan satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi dan yang paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.
2.Konsep Diskusi
            Muhibbin Syah (2000), mendefisinikan bahwa konsep diskusi adalah konsep dgn metode mengajar yang sangat erat hubungannya untuk memecahkan masalah. Metode ini juga sering disebut dengan diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation).
3.Konsep Demonstrasi
            Konsep demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, atau urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Muhibbin Syah, 2000).
4.Konsep Ceramah Plus
             Konsep ceramah plus adalah metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah digabung dengan metode lainnya. Biasanya, metode ini digabungkan dengan metode tanya jawab dan tugas, diskusi dan tugas, demonstrasi dan latihan, serta metode lainnya.
5.Konsep Resitasi
              Konsep resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume dengan kalimatnya sendiri .
6.Konsep Karya Wisata
              Konsep karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan serta didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain dan didampingi oleh pendidik yg kemudian hasilnya dibukukan.
7.Konsep Mengajar Beregu
               Konsep mengajar beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya, setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika ujian lisan, maka setiap siswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan tim pendidik tersebut.
8.Konsep Mengajar Sesama Teman
                Konsep ini adalah konsep dengan metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri. Siswa yang lebih pandai atau yang sudah memahami materi membantu siswa lainnya agar semua siswa memahami materi yang telah diajarkan.
9.Konsep Memecah Masalah
                Konsep pemecahan masalah adalah suatu metode mengajar dimana siswanya diberi soal-soal, kemudian siswa tersebut disuruh menjelaskan pemecahannya.
10.Konsep Discovery
                Konsep dengan metode yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju . Hal ini disebabkan karena metode discovery merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif. Metode discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflektif. Pada metode discovery, situasi belajar mengajar berpindah dari situasi teacher dominated learning menjadi situasi student dominated learning.

~Selain dari konsep dan metode pembelajaran di atas ,ada beberapa konsep dan metode yg sifatnya berdasarkan guru itu sendiri yaitu :
1.Authoritarian(otoriter)
                Dalam konsep ini, guru mengambil alih seluruh tingkah laku siswa. Guru seperti ini jarang sekali memberi izin siswanya keluar ruangan. Sering kali keadaan kelas sangat tenang. Siswa tidak diperbolehkan menginterupsi (menyela) guru. Karena pembicaraan dan diskusi antar siswa dilarang, siswa di kelas tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk belajar atau berlatih keterampilan komunikasi. Guru demikian lebih suka disiplin yang ketat dan mengharapkan ketaatan secara tepat.
2.Authoritative(autoritatif)
                Guru autoritatif bersifat terbuka dalam hal interaksi verbal, termasuk debat yang kritis. Siswanya tahu bahwa mereka dapat menginterupsi guru jika mereka mempunyai pertanyaan atau komentar yang relevan. Suasana yang seperti ini memberi kesempatan siswa untuk belajar dan berlatih ketrampilan berkomunikasi.
3.Laisses-Fire
                 Guru yang menerapkan metode ini merasa jika ada siswa mengganggu dalam pelajaran, maka guru itu kurang memberikan perhatian terhadap siswa tersebut. Guru ini lebih memperhatikan kondisi emosional siswanya dibandingkan kendalinya terhadap pelajaran.
4.Indifferent(Acuh)
                  Guru pada metode ini merasa tidak terlibat dalam kelas. Dia tidak memaksakan atau mewajibkan sesuatu pada siswanya. Dia merasa persiapan pengajaran tidak layak untuk dilakukan secara serius. Kadang-kadang dia menggunakan materi pengajaran yang sama setiap tahun. Pada dasarnya guru seperti ini memiliki kekurangan dalam ketrampilan, kepercayaan diri, dan keberanian untuk mendisiplinkan siswa.

                  Konsep dan metode tadi merupakan prinsip berdasarkan karakter guru itu sendiri ,Sedangkan Metode pembelajaran saat ini sudah mulai mengarah pada metode pembelajaran interaktif (student center). Namun dalam praktiknya, di Sekolah-sekolah masih banyak yang menggunakan metode ceramah (teacher center) dalam proses pembelajaran, sehingga peran guru lebih mendominasi dan membuat peran siswa kurang aktif dalam belajar.Ada sebuah konsep dan metode pembelajaran cocok dan menarik yg harusnya di gandrungi guru guru era modern saat ini yaitu hypnoteaching .
                  hypnoteaching adalah metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara menghipnosis para peserta didik melalui sugesti-sugesti yang diberikan oleh si hipnotis.
~Unsur unsur hypnoteaching :
1.Penampilan
Penampilan yang baik akan melahirkan rasa percaya diri yang tinggi serta memiliki daya tarik yang kuat bagi siswa.
2.Simpati dan Empati
guru tidak hanya sekedar pengajar. Seorang guru harus mempunyai rasa empati dan simpati kepada para siswa.
3.Bahasa
Tutur bahasa melambangkan isi hati. Dengan kata lain, apa yang keluar dari lisan melambangkan keadaan hati dan perasaan.
4.Peraga
mengeluarkan ekspresi diri. Seluruh anggota badan digerakkan bila diperlukan.
5.Motivasi
menggunakan teknik cerita dan kisah.
6.Menguasai Pikiran
Jika guru ingin menguasai pikiran siswa, maka terlebih dahulu guru itu harus menguasai hati siswanya.

~Fungsi dari konsep dan metode pembelajaran hypnoteaching  ini adalah :
1.Menghilangkan mental blok para peserta didik.
2.Memotivasi para peserta didik agar lebih senang belajar.
3.Untuk mempermudah menguasai pikiran para peserta didik pada saat proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar.
4.Menumbuhkan rasa percaya diri pada para peserta didik.




Jenis-jenis Potensi Belajar Yang Ada Dalam Diri Siswa
Menurut U.Noorsyan (198 0:131) potensi di bagi menjadi dua yaitu:
1.    Potensi Jasmaniah
Potensi jasmaniah yaitu potensi fisik yang bersifat nyata, seperti badan, dan panca indra.  Potensi yang sehat dengan panca indra yang normal, secara fisiologis  bekerja sama dengan sistem syaraf dan kejiwaan. Potensi ini memerlukan gizi yang cukup dan vitamin serta lingkungan yang sehat. Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka tubuh orang akan lemah dan mudah sakit. Tetapi jika mempunyai jasmaniah yang baik maka potensi dirinya juga akan baik. Pada potensi jasmaniah ini sangat berpengaruh pada kondisi fisik dan panca indra, jika fisiknya normal maka seorang siswa akan mudah untuk berinteraksi dan mudah untuk menerima apapun  dari lingkungan. Dalam hal ini seorang siswa mempunyai potensi berbeda-beda, namun terkadang seorang siswa ada yang mempunyai  potensi yang tidak normal dan dapat mengganggu kejiwaan seorang siswa itu.
2.    Potensi rohaniah
Potensi rohaniah yaitu potensi yang bersifat psikis, kejiwaan atau mental. Potensi rohaniah membutuhkan kesadaran cinta kasih, kesadaran agama, dan nilai budaya. Potensi ini juga di pengaruhi oleh faktor lingkungan. Jika lingkungan tidak baik maka hasil dari potensi itu juga kurang baik. Kesadaran cinta kasih, kesadaran agama, dan nilai budaya dapat di tanamkan dari bimbingan orang tua. Awal dari ini di pengaruhi juga dari keadaan kedua orang tua. Jika dalam keluarga tersebut harmonis, maka akan menghasilkan potensi yang baik, namun jika keluarga tersebut kurang baik  maka dapat hasilnya potensi itu juga kurang baik. Macam-macam dari potesi rohaniah yaitu:
•    Potensi pikir  meliputi : akal, intelegensi, intelektual.
•    Potensi rasa meliputi : perasaan,emosi.
•    Potensi karsa meliputi : kehendak, kemauan, keinginan.
•    Potensi cipta meliputi : kreativitas, fantasi, imajinasi.
•    Potensi karya meliputi : kemampuan memiliki sebuah hasil kerja.
•    Potensi budi nurani meliputi : kesadaran hati nurani, kata hati.



6.    ELEMAN DASAR MENGAJAR
A.    Unsur Belajar
Adalah factor-faktor yang menjadi indikator keberlangsungan proses belajar.  Cronbach penganut aliran behaviorisme menyatakan dalam sukmadinata ada 7 unsur utama dalam proses belajar yaitu ;
1.    Tujuan. Belajar dimulai karna adanya suatu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan ini muncul karna adanya suatu kebutuhan.
2.    Kesiapan. Perlu memiliki persiapan untuk melakukan suatu yang terkait dengan pengalaman belajar.
3.    Situasi.yaitu tempat, lingkungan, guru alat dan bahan yang dipelajari dll.
4.    Interpretasi. Melihat hubungan diantara komponen-komponen situasi belajar
5.    Respon. Usaha yang terencana dan sistematis.
6.    Konsekuensi. Berupa hasil positif (+) atau negative(-) sebagai konsekuensi respon yang dipilih siswa.
7.    Reaksi terhadap kegagalan.
B.    Prinsip Umum Belajar
Menurut konsep behaviorisme, kognitifisme dan kontruktivisme, sukmadinata yaitu ;
1.    Belajar merupakan bagian dari perkembangan.
2.    Belajar berlangsung seumur hidup.
3.    Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh factor lingkungan, kematangan dan dan individu.
4.    Belajar mencakup semua aspek kehidupan.
5.    Kegiatan belajar berlangsung disembarang tempat dan waku, baik dengan guru dan tidak , baik terencana dan tidak sengaja.
C.    Tipe Belajar
Belajar dapat terjadi karna pembiasaan dan dapat terjadi secara sadar dan tidak sadar.
1.    Belajar berlandaskan Behaviorisme
•    Belajar sederhana tanpa asosiasi. Ada 2 macam yaitu habituasi adalah perilaku respon secara progresif. Dan sensitisasi adalah penguatan positif terhadap perilaku respon.
•    Belajar assiasi. Akan lebih mudah jika ada keterkaitan antara materi pembelajaran baru dan yang sebelumnya.
•    Pengondisian klasik. Suatu perilaku atau respon terhadap sesuatu.
•    Pengodisisan operan. Perilaku spontan
•    Belajar melalui kesan. Seorang mempelajari karakteristiksejumlah stimulus, yang disebut menaruh kesan terhadap suatu subjek.
•    Belajar pengamatan. Ditandai dengan proses peniruan setelah mengamati sesuatu.
•    Belajar melalui bermain. Tidak memiliki tujusan khusus tapi mampu memperbaiki kinerja manusia.
•    Belajar tuntas. Suatu upaya belajar dengan penekanan siswa harus menguasai seluruh bahan ajar.
2.    Belajar yang dilandasi kognitivisme dan konstruktivisme .
Bentuk-bentuk belajar menurut paham  konstruktivisme, yaitu;
•    Belajar melalui pembudayaan. Belajar tentang sesuatu yang diperlukan oleh budaya yang mengelilingi kehidupan.
•    Belajar menurut David P. Ausubel dan Floyd G.Robinson yaitu belajar menerima, menghafal, menemukan dan bermakna.
3.    Hierarki Belajar menurut Robert N, Gagne.
Delapan  jenis belajar dari yang sederhana menuju yang kompleks, yaitu:
•     belajar isyarat, Individu belajar mengenal dan memberi respon terhadap isyarat.
•    Belajar rangsangan-tanggapan, Upaya untuk membentuk hubungan antara rangsangan dengan tanggapan.
•    Rantai perbuatan, Individu belajar melakukan suatu rangkaian kegiatan yang membentuk suatu kesatuan.
•    Asosiasi verbal, Perilaku yang berhubungandalam bentuk verbal yaiyu hubungan bahasa.
•    Belajar konsep, Symbol hasil pemikiran.
•    Belajar aturan-aturan, pernyataan relasi antara berbagai konsep.
•    Belajar pemecahan masalah.


4.    Pembelajaran multimedia.
Belajar ini pada hakikatnya menggunakan berbagai lingkungan belajar sebagai multimedianya.
5.    Belajar berbasis internet dan belajar yang diperkaya.
Belajar jenis ini dilakukan dengan bantuan alat elektronik atau belajar menggunakan jaringan computer berbasis internet.
6.    Jenis Belajar berdasarkan jenis pengorganisasian.
•    Belajar formal, Belajar yang berlangsung daam situasi hubungan guru dan murid.
•    Belajar informal, belajar yang dilaksanakan diluar situasi seolah.
•    Belajar nonformal, sifatnya terorganisasi tapi diluar system sekolah.
D.    Ranah Belajar
Belajar adalah suatu upaya pembelajar untuk mengembangkan seluruh kepribadianya, baik fisik maupun psikis . Siswa pembelajar harus harus mampu mengembangkan potensi dirinya dalam berbagai ranah(dominan) belajar.pengembangan ranah belajar merupakan puncak prestasi para tokoh aliaran behaviorisme,karna sampai saat ini, baik para pengikut kognitivisme maupun kontruktivisme belum mengembangkan ranah belajar yang sesuai dengan ranah mereka.

Landasan Teori Belajar Modern

    Teori Belajar Kontruktivisme

Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan di kelompok dalam teori kontruktivis . Teori kontruktivis ini menyatakan bahwa peserta didik harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi peserta didik agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner.

 Konstruktivisme adalah sebuah filosofi pebelajaran yang dilandasi premis bahwa dengan merefleksi pengalaman, kita membangun, mengkontruksi pengetahuan pemahaman kita tentang dunia tempat kita hidup. Setiap kita akan menciptakan hukum dan model mental kita sendiri yang kita gunakan untuk menafsirkan dan menerjemahkan pengalaman. Belajar, dengan demikian, semata-mata sebagai proses pengaturan model mental seseorang untuk mengakomon dasi pengalaman baru.

Menurut teori kontruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada peserta didik. Peserta didik harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan peserta didik untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar peserta didik menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.

Asumsi-asumsi dasar dari kontruktifisme adalah sebagai berikut:

1.    Pengetahuan di kontruksikan melalui pengalaman.

2.    Belajar adalah penafsiran personal tentang dunia nyata.

3.    Belajar adalah sebuah proses aktif dimana makna dikembangkan berlandasan pengalaman.

4.    Pertumbuhan konseptual berasal dari negoisasi makna, saling berbagi tentang perspektif ganda dan pengubahan representasi mental melalui pembelajaran kolaboratif.

5.    Belajar dapat dilakukan dalam setting nyata, ujian dapat diintegrasikan dengan tugas-tugas dan tidak merupakan aktifitas yang terpisah. 

Teori Perkembangan Kognitif Piaget

 kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan dating dari tindakan. Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial  dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya mmbuat pemikiran itu menjadi lebih logis.

Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun system makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berikteraksi dengan lingkungannya. Berikut ini adalah implikasi penting dalam model pembelajaran dari teori Piaget.

Berikut ini adalah implikasi penting dalam model pembelajaran dari teori Piaget:

1.    Memusatkan perhatian pada berpikir atau proses mental anak, tidak sekadar pada hasilnya. Disamping kebenaran jawaban peserta didk, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.

2.    Memerhatikan peranan pelik dari inisiatif anak sendiri, keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Di dalam kelas Piaget, penyajikan pengetahuan jadi tidak mendapat penekanan, melainkan anak didorong menemukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan lingkungannya.

3.    Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh peserta didik tumbuh melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda.

4.    dalam proses pembelajaran adalah saat guru memperkenalkan informasi yang melibatkan peserta didik menggunakan konsep-konsep memberikan waktu yang cukup untuk menemukan ide-ide dengan menggunakan pola-pola berpikir normal



Abid Nurhuda 
Mahasiswa IAIN Surakarta Fakultas Tarbiyah PAI


Post a Comment

0 Comments