About Me

Menuang Rasa , Merajut Asa
>Abid Nurhuda

Psikologi Pendidikan




Teori Belajar Behavioristik





Psikologi Pendidikan


Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dianut oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Beberapa ilmuwan yang termasuk pendiri dan penganut teori ini antara lain adalah Thorndike, Watson, Hull, Guthrie, dan Skinner. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan juga pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat. Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi:
1.    Reinforcement and Punishment;
2.    Primary and Secondary Reinforcement;
3.    Schedules of Reinforcement;
4.    Contingency Management;
5.    Stimulus Control in Operant Learning;
6.    The Elimination of Responses
Tokoh : Edward Lee 'Ted' Thorndike
Edward L Thorndike merupakan seorang ahli psikologi asal Amerika yang menghabiskan hampir seluruh karirnya sebagai staf pengajar di Universitas Columbia. Hasil penilitiannya pada perilaku anjing dan proses pembelajarannya membawanya kepada pencetusan teori koneksionisme dan memberikan dasar dalam psikologi pendidikan modern . Ia adalah anggota dewan Psychological Coorporation dan menjabat sebagai presiden dari American Psychological Association pada tahun 1912

Defenisi Teori Belajar Koneksionisme
Teori belajar Thorndike dikenal dengan “Connectionism” . Hal ini terjadi karena menurut pandangan Thorndike bahwa belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon . Teori dari Thorndike dikenal pula dengan sebutan “Trial and error” dalam menilai respon-respon yang terdapat bagi stimulus tertentu. Karena ia mendapatkan teori ini dengan menggunakan seekor kucing yang telah dilaparkan dan diletakkan di dalam sangkar yang tertutup dan pintunya dapat dibuka secara otomatis apabila kenop yang terletak di dalam sangkar tersebut tersentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori “trial and error” atau “selecting and conecting”, yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan cara mencoba-coba dan membuat salah. Dalam melaksanakan coba-coba ini, kucing tersebut cenderung untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak mempunyai hasil. Setiap response menimbulkan stimulus yang baru, selanjutnya stimulus baru ini akan menimbulkan response lagi. Dalam percobaan tersebut apabila di luar sangkar diletakkan makanan, maka kucing berusaha untuk mencapainya dengan cara meloncat-loncat kian kemari. Dengan tidak tersengaja kucing telah menyentuh kenop, maka terbukalah pintu sangkar tersebut, dan kucing segera lari ke tempat makan. Percobaan ini diulangi untuk beberapa kali, dan setelah kurang lebih 10 sampai dengan 12 kali, kucing baru dapat dengan sengaja menyentuh kenop tersebut apabila di luar diletakkan makanan..
Hukum Teori Belajar
1.    Hukum Kesiapan (Law of Readiness)
Sebelum melakukan sesuatu , pastilah setiap individu mempersiapkan segala hal yang diperlukan dan membantu utk melakukan sesuatu tersebut . Dan ketika dia melakukan sesuatu tersebut pastilah akan terasa mudah karena kita telah mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik . dan bila seorang individu tidak mempersiapkan dirinya , pastilah ia akan gelisah ataupun bingung dalam melakukan sesuatu tersebut . inilah yang disebut dengan hukum kesiapan dalam teori belajar (yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh perubahan tingkah laku maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.)
2.    Hukum Latihan (Law of Exercise)
Seperti yang dikatakan oleh pepatah 'lancar kaji karena diulang' , semakin sering kita mengulang suatu hal , pastilah kita akan semakin mahir dalam hal tersebut . sebagai contoh :  dalam belajar , apabila setiap hari kita membahas suatu pelajaran, pastilah kita akan menguasainya dan yang pasti tidak cepat lupa . berbeda dengan belajar  kebut semalam , yang pasti akan kita lupakan sekejap mata . hal ini lah yang disebut sebagai hukum latihan . hukum ini mengajarkan kita untuk belajar secara bertahap dan terorganisir . Hukum Latihan ini dibagi menjadi dua yaitu :
a)    Law of Use : Semakin sering suatu hal dilakukan , maka akan semakin mahir lah kita dalam hal tersebut
b)    Law of Disuse : Semakin lama suatu hal tidak lagi dilakukan , maka kita akan lupa akan hal tersebut
3.    Hukum Akibat (Law of Effect)
Apabila kita mempelajari sesuatu dan semakin lama kita menjadi mahir dalam hal tersebut , tentulah kita akan semakin rajin dan semangat untuk memperdalam hal tersebut , dan begitu juga sebaliknya . bila kita sudah mempelajari sesuatu hal tapi kita tidak menyukai ataupun tidak juga menguasai hal tersebut, pastilah kita akan jenuh dan malas untuk melanjutkannya . inilah yang dimaksud dengan hukum akibat .
Contoh Konkrit Hukum Teori Belajar
Hukum Kesiapan
Setiap mahasiswa harus datang tepat waktu sesuai dengan jadwal yang ada . sekalipun jadwal tersebut terlalu pagi ataupun bentrok dengan jam waktu makan siang . apabila mahasiswa tersebut telat, dia harus menerima hukuman seperti menyanyi atau berjoget didepan kelas bahkan tidak diizinkan mengikuti matakuliah tersebut .
Hukum Latihan
Sebagai contoh , dalam jurusan IT , ada beberapa matakuliah yang saling berhubungan setiap semesternya seperti dasar-dasar web(semester 1), pemrograman internet(semester 3), dan pemrograman internet(semester 4). tentulah mahasiswa tidak boleh melupakan matakuliah yang sebelumnya karena setiap matakuliah tersebut berhubungan yang secara tidak langsung mengharuskan mahasiswa untuk mengulang matakuliah sebelumnya agar tidak lupa.
Hukum Akibat
Apabila seorang mahasiswa tidak mengerti tentang pemrograman yang dijelaskan oleh dosennya , dan kemudian ia mengikuti les di luar agar ia mengerti. lalu setelah beberapa waktu di les tersebut , ia menjadi mengerti program tersebut , pastilah dia akan melanjutkan ke tingkat/level selanjutnya untuk memperdalam lagi , tetapi jika dia tidak mengerti juga, ia akan menjadi jenuh dan malas sehingga tidak melanjutkan lesnya dan menjadi masa bodoh terhadap matakuliah tersebut .
Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) adalah seorang behavioristik terkenal dengan teori pengkondisian asosiatif stimulus-respons. Menurut teori conditioningPavlov, belajar itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (response).
Eksperimen Pavlov: Anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau mengeluarkan air liur.Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan (UCS) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing akan memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR).
Aplikasi teori Pavlov dalam pembelajaran adalah dengan guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yng diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks. Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:

1)    Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
2)    Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun
Demikianlah maka menurut teori conditioning belajar itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (response). Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan-latihan yang continue (terus-menerus). Yang diutamakan dalm teori ini adalah hal belajar yeng terjadi secara otomatis.
Ternyata dalam kehidupan sehari-hari ada situasi yang sama seperti pada anjing. Sebagai contoh, suara lagu dari penjual es krim yang berkeliling dari rumah ke rumah.Awalnya mungkin suara itu asing, tetapi setelah si pejual es krim sering lewat, maka nada lagu tersebut bisa menerbitkan air liur apalagi pada siang hari yang panas.Bayangkan, bila tidak ada lagu tersebut betapa lelahnya si penjual berteriak-teriak menjajakan dagangannya kritik terhadap teori belajar Pavlov adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru, bersifaat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur. Kritik ini sangat tidak berdasar karena penggunaan teori Pavlov mempunyai persyaratan tertentu sesuai dengan ciri yang dimunculkannya. Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi behavioristi
Kelemahan dari teori conditioning ini adalah, teori ini mengangaap bahwa belajar itu hanyalah terjadi secarab otomatis, keaktifan dan penentuan pribadi dalam tidak dihiraukannya. Peranan latihan atau kebiasaan terlalu ditonjolkan. Sedangkan kita tidak tahu bahwa dalam bertindak dan berbuat sesuatu manusia tidak semata-mata tergantung kepada pengaruh dari luar. Aku atau pribadinya sendiri memegang peranan dalam memilih dan menentukan perbuatan dan reaksi apa yang akan dilakukannya. Teori conditioning ini memang tepat kalau kita hubungkan dengan kehidupan binatang. Pada manusia teori ini hanya dapat kita terima dalam hal-hal belajar tertentu. Umpamanya dalam belajar yang mengenai skills (kecekatan-kecekatan) tertentu dan mengenai pembiasaan pada anak-anak kecil.

Post a Comment

0 Comments