About Me

Menuang Rasa , Merajut Asa
>Abid Nurhuda

Tujuan Pendidikan Agama Islam







 
Tujuan Pendidikan Agama di Indonesia
Tujuan PAI






A.    Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan islam diantaranya adalah sebagai berikut :
1.    Jiwa Pendidikan Islam adalah budi pekerti
Pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan Islam, dan Islam telah menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhak adalah jiwa pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlak sempurna adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan. Tapi tidak berarti bahwa kita tidak mementingkan pendidikan jasmani atau akal atau ilmu atau pun segi-segi praktis lainnya tetapi artinya ialah bahwa kita memperhatikan segi-segi pendidikan akhlak seperti juga segi-segi lainnya. Para ahli pendidikan Islam telah sepakat bahwa maksud dari pendidikan dan pengajaran bukanlah memenuhi otak anak didik dengan macam ilmu yang belum mereka ketahui, tetapi maksudnya ialah mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rada fadhilah (keutamaan), mempersiapkan mereka untuk kehidupan yang suci, ikhlas, dan jujur. Maka tujuan pokok pendidikan Islam ialah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa. Semua mata pelajaran haruslah mengandung pelajaran-pelajaran akhlak, setiap guru haruslah memperhatikan akhlak setiap juru-didik haruslah memikirkan akhlak keagamaan sebelum yang lain-lainnya, karena akhlak keagamaan adalah akhlak yang tertinggi, sedang akhlak yang mulia itu adalah tiang dari pendidikan Islam. Gazali berpendapar bahwa tujuan dari pendidikan ialah mendekatkan diri kepada Allah, bukan pangkat dan bermegah-megah dengan kawan. Jadi pendidikan itu tidak keluar dari pendidikan akhlak.
2.    Memperhatikan agama dan dunia sekaligus
Ruang lingkup pendidikan dalam pandangan Islam tidaklah  sempit, tidak hanya terbatas pada pendidikan agama dan tidak terbatas pada pendidikan duniawi. Rasulullah sendiri pernah menghasung setiap individu dari umat Islam supaya bekerja untuk agama dan dunianya sekaligus.
Beliau berkata :
اِعْمَلْ لِدُ نْيَاكَ كَأَنَّكَ تَعِيْشُ اَ بَدًا وعْمَلْ ِلاٰخِرَتِكَ كَأَ نَّكَ تَمٌوْتُ غَدًا
“Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selama-lamanya dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok”.
Rasulullah saw tidak hanya memikirkan dunia atau akhirat semata-mata, tetapi beliau memikirkan bekerja untuk keduanya tanpa meremehkan dunia ataupun agama.
3.    Memperhatikan segi-segi manfaat
Sebagaimana pendidikan Islam memperhatikan segi agama, moral dan kejiwaan dalam pengajarannya, ia juga tidak meremehkan segi kemanfaatannya dalam menentukan kurikulum sekolah. Hal ini dikarenakan pendidikan Islam tidak seluruhnya bersifat keagamaan, akhlak dan kerohanian semata-mata, tetapi ketiganya lebih penting dibandingkan dengan segi-segi kemanfaatan lainnya. Dasar pendidikan Islam sendiri tidaklah kebendaan atau mencari rezeki, tetapi merupakan sekunder dalam hidup dan bukan menjadi tujuan pokok dalam pendidikan. Menurut pendapat Al-Farabi, Ibnu Sina, Ikhwan As-Safa, kesempurnaan manusia tidak akan tercapai kecuali dengan menyerasikan antara agama dan ilmu.
4.    Mempelajari ilmu semata-mata untuk ilmu itu saja
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang ideal, dimana ilmu diajarkan karena mengandung kelezatan-kelezatan rohaniah, untuk sampai kepada hakekat ilmiah dan akhlak yang terpuji. Setiap orang yang menengok kepada apa yang telah ditinggalkan kaum muslimin dalam bentuk peninggalan-peninggalan ilmiah, sastra, agama, seni, maka ia akan mendapat kekayaan yang tidak ada bandingnya di dunia ini. Hal ini membuktikan bahwa mereka sangat memperhatikan ilmu karena ilmu, sastra untuk sastra, seni karena seni, tetapi tidak pula berarti bahwa mereka mengesampingkan soal menacari rezeki.
5.    Pendidikan kejuruan, pertukangan, untuk mencari rezeki
Pendidikan Islam tidak mengabaikan masalah mempersiapkan seseorang untuk mencari kehidupannya dengan mempelajari beberapa bidang pekerjaan. Sebagaimana yang di ucapkan Ibnu Sina :
“Bila seorang anak sudah selesai belajar Al-Qur'an, menghafal pokok-pokok bahasa, setelah itu barulah ia mempelajari apa yang akan dipilihnya menjadi bidang pekerjaannya, dan untuk itulah ia harus diberi petunjuk”. Artinya, seseorang itu harus dipersiapkan untuk berkarya dan berpraktek sehingga dapat bekerja mendapat rezeki, hidup dengan terhormat, serta tetap memelihara segi-segi kerohanian dan keagamaan. Maka pendidikan Islam sebagian besarnya adalah akhlak, tetapi tidak mengabaikan masalah mencari rezeki, pendidikan jasmani, akal, hati, kemauan, cita-cita, kecakapan tangan, lidah dan kepribadian.

Post a Comment

0 Comments