About Me

Menuang Rasa , Merajut Asa
>Abid Nurhuda

Makalah Asbabul Wurud Hadist New







Makalah Asbabul Wurud Hadist
Asbabul wurud







BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai salah satu disiplin ilmu dalam studi hadis, asbab al-wurud mempunyai peranan yang sangat signifikan dalam rangka memahami maksud suatu hadis secara lebih baik. Pemahaman yang mengabaikan asbab al-wurud, cenderung dapat terjebak kepada arti tekstual saja dan bahkan dapat membawa pemahaman yang keliru. Selain itu hadis merupakan bayan (menjelaskan) terhadap ayat-ayat al-Qur’an dan dapat menetapkan suatu ketetapan yang belum diatur dalam al-qur an. Namun, dalam memahami suatu hadis tidak cukup hanya melihat teks hadisnya saja, maka perlu mengetahui asbabul wurudnya. Dan perlu dicatat bahwa hadis ada yang mempunyai asbabul wurud dan juga tidak mempunyai asbabul wurud. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dijelaskan sedikit mengenai asbabul wurud agar dapat memahami suatu hadis lebih baik lagi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah munculnya ilmu Asbabul Wurud al-Hadis?
2. Apa yang dimaksud dengan Asbabul Wurud al-Hadis?
3. Apa Macam-macam Asbabul Wurud al-Hadis?
4. Apa urgensi dari Asbabul Wurud al-Hadis?
5. Siapa tokoh yang mendalami Asbabul Wurud al-Hadis?
6. Apa contoh Kitab dari Asbabul Wurud al-Hadis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah munculnya ilmu Asbabul Wurud al-Hadis.
2. Untuk mengetahui pengertian Asbabul Wurud al-Hadis.
3. Untuk mengetahui macam-macam Asbabul Wurud al-Hadis.
4. Untuk mengetahui urgensi dari Asbabul Wurud al-Hadis.
5. Untuk mengetahui siapa tokoh yang mendalami Asbabul Wurud al-Hadis.
6. Untuk mengetahui contoh kitab dari Asbabul Wurud al-Hadis.


BAB II
PEMBAHASAN
1. Sejarah Munculnya Ilmu Asbabul Wurud
Dalam bahasa Arab Asbabul Wurud adalah sebab-sebab kedatangan. Yang dimaksudkan adalah beberapa hal yang menyebabkan lahir atau munculnya hadis Nabi Muhammad SAW. Ilmu Asbab al-Wurud al-Hadits terhitung telah lama ada, benih-benih ilmu ini telah ditanamkan di masa sahabat dan tabi’in. Hanya saja ilmu ini belum tersusun secara sistematis dalam suatu bentuk kitab-kitab. Al-Zarkasy dalam al-Burhan-nya sebagai dikutib al-Suyuthi menuturkan kisah yang berkenaan dengan firman Allah surat al-ma’idah ayat 92 yang artinya : “Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul (Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, Maka ketahuilah bahwa sesngguhnya kewajiban Rasul kami, hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.” Al-Zarkasy menuturkan    :disebutkan bahwa Qudamah bin Mazh’un dan ‘Amr bin Ma’dikarib berkata: khamr itu mubah, dan meraka berdua beralasan dengan ayat tersebut diatas yang tidak mereka ketahui sebab turunna ayat tersebut, yang sesungguhnya menoak pendapat mereka, yakni apa yang dikemukakan oleh al-Hasan dan ulama lainnya.
 Dalam kajian ilmu-ilmu hadis (ulumul hadis), asbab Al-Wurud sudah menjadi salah satu cabang ilmu yang amat penting dalam memahami hadis-hadis Rasulullah SAW. Asbabul Wurud disamakan dengan ilmu asbab an-nuzul. Dilihat dari segi sebab-sebab muncul/ lahirnya para ahli hadis membagi hadis pada dua bagian, yaitu hadis-hadis yang memiliki asbab al-wurud dan hadis yang tidak memiliki asbab al-wurud.
Pada umumnya, hadis yang memiliki asbab al-wurud terdiri atas hadis –hadis yang berkaitan dengan perbuatan manusia/ hukum. Sedangkan hadis-hadis yang tidak berkaitan dengan perbuatan manusia tidak banyak yang memiliki asbab al-wurud. Hal ini disebabkan, kebanyakan hadis itu muncul karena adanya pertanyaan sahabat tentang hukum suatu kejadian atau perbuatan yang mereka saksikan. Pada hadis-hadis yang memiliki asbab al-wurud adakalanya asbab al-wurud-nya disebut dalam matan hadis yang bersangkutan dan adakalanya tidak disebut dalam teksnya sendiri, melainkan disebut pada tempat lain.
Di antara contoh asbab al-wurud yang disebut bersama dengan matan hadis yang bersangkutan ialah :
1. Hadis dari Abu Sa’id Al-Khudri yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bertanya oleh seseorang tentang perbuatan yang dilakukan oeh Rasulullah SAW, “ Apakah engkau mengambil air wudhu dari sumur Budha’ah, yakni sumur yang dalamannya dibuang darah, daging anjing dan barang-barang busuk? “Rasulullah bersabda, “Air itu suci, tidak ada sesuatu yang menjadikannya najis.” (HR.Abu Dawud)
2. Dari Abi Hurairah RA, bahwa ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW, “ Ya Rasulullah, sesungguhnya kami berlayar di laut, dan kami hanya membawa sedikit persediaan air (tawar), kalau kami berwudhu dengar air itu, maka kami akan haus. Apakah boleh kami berwudhu dengan air laut ?” Rasulullah SAW bersabda,”Laut itu suci airnya, dan halal bangkainya.” (HR Bukhari dan Muslim)
2. Pengertian Asbabul Wurud al-Hadits
Dalam perkembangannya, istilah Asbabul Wurud al-Hadits digunakan sebagai istilah khusus dalam ilmu hadits. Secara bahasa, Asbabul Wurud al-Hadits berasal dari susunan idhafah yang terdiri dari tiga unsur kata yaitu Asbab, al-Wurud dan al-Hadits. Kata “asbab” adalah bentuk jamak dari kata “sabab”, yang berarti “al-Habl”(tali), saluran yang artinya dijelaskan sebagai segala sesuatu yang menghubungkan suatu benda ke benda lainnya sedangkan menurut istilah adalah:
كل شيءيتوصل به الى غايته
"segala sesuatu yang mengantar kepada tujuan”
Ada juga yang mendefenisikan dengan suatu jalan yang menuju terbentuknya suatu hukum tanpa adanya pengaruh apapun dari hukum itu sendiri. Sedangkan kata Wurud merupakan jamak dari maurid/mauridah yang berarti sampai, muncul dan mengalir seperti: الماءالذ يورد “air yang memancar atau air yang mengalir”
Dari pengertian di atas, secara sederhana asbabul wurud dapat dikatakan sebagai sebab-sebab datangnya sesuatu. Dalam konteks ilmu hadis, asbabul wurud diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang sebab-sebab (baik berupa peristwa, pertanyaan, dan lainnya) yang melatar belakangi munculnya suatu hadis. sebagaimana definisi yang diberikan oleh Nur al Din ‘Itr dalam Manhaj al-Naqd fil ulumul Hadis yaitu:
ما ورد الحديث متحدثا عنه أيام وقوعه
“Sesuatu yang terjadi pada saat hadis itu muncul (disampaikan oleh Nabi).”
3. Urgensi ilmu Asbabul Wurud al-Hadis
Ilmu asbabul wurud mempunyai peranan penting dalam rangka memahami suatu hadis. pada prinsipnya, asbabul wurud merupakan konteks hitoris kemunculan suatu hadits yang berfungsi sebagai analisis untuk memahami suatu hadits apakah itu bersifat umum atau khusus, mutlaq atau muqayyad, naskh atau mansukh dan lain sebagainya.
Sesuai definisi asbabul wurud hadis yang diberikan al-Suyuthi maka akan tercermin urgensi dari ilmu asbabul wurud itu sendiri, yaitu:

أنه ما يكون طريقا لتحديد المراد من الحديث من عموم أو خصوص أو إطلاق أو تفيد أو نسخ أو نحو ذالك
“Sesuatu yang menjadi thariqah (metode) untuk menentukan maksud suatu hadis yang bersifat umum atau khusus, mutlaq atau muqayyad dan untuk menentukan ada tidaknya naskh (penghapusan) dalam suatu hadis”.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa urgensi dari ilmu asbabul wurud adalah:
1. Untuk membantu memahami dan menafsirkan hadis.
2. Untuk men-takhsis atau menjelaskan pemahaman hadis/hukum yang masih bersifat umum.
3. Dapat mengetahui hikmah ketetapan syariat (hukum).
4. Taqyid mutlaq (membatasi yang mutlaq)
5. Menentukan persoalan naskh dan menjelaskan nasikh dan mansukh.
6. Menjelaskan kemusykilan (hal yang belum jelas).

4. Macam-macam Asbabul Wurud
Menurut al- Suyuti, asbab al-wurud dapat dikaterogikan menjadi tiga macam, yaitu :
1. Sebab yang berupa sesuatu ayat Al- Qur’an. Maksudnya ayat Al- Qur’an itu menjadi penyebab Nabi SAW mengeluarkan sabdanya. Contohnya antara lain firman Allah SWT, yang berbunyi:
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
Artinya “orang- orang beriman, dan mereka tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kedzaliman, mereka itulah orang- orang yang mendapatkan keamanan dan mereka itu orang- orang yang mendapatkan petunjuk” (QS. Al- An’am: 82)
Ketika itu sebagian sahabat memahami kata (بظلم)dengan pengertian al- jaur yang berarti berbuat aniaya atau melanggar aturan Nabi SAW, kemudian memberikan penjelasan bahwa yang dimaksud dengan (بظلم) Dalam firman tersebut adalah al- syirik yakni perbuatan syirik dengan mengutip salah satu ayat dalam QS. Al- Luqman ayat 13.

2. Sebab yang berupa hadis. Maksudnya pada waktu itu terdapat suatu hadis namun sebagian sahabat merasa kesulitan memahaminya, maka kemudian muncul hadis lain yang memberikan penjelasan terhadap hadis tersebut.
contoh hadist yang artinya:
“Sesungguhnya Allah SWT memiliki para malaikat di bumi, yang dapat berbicara melalui mulut manusia mengenai kebaikan dan keburukan seseorang” (HR. al- Hakim)
Dalam memahami hadis tersebut, ternyata para sahabat merasa kesulitan, maka mereka bertanya: Ya Rasul! Bagaimana hal itu dapat terjadi? maka Nabi SAW menjelaskan lewat sabdanya yang lain sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Anas ibn Malik. Suatu ketika Nabi SAW bertemu dengan rombongan yang membawa jenazah, para sahabat kemudia memberikan pujian terhadap jenazah tersebut seraya berkata: “jenazah itu baik”. Mendengar pujian tersebut, maka Nabi SAW berkata “wajabat” (pasti masuk surga” dengan mengucapkannya sebanyak tiga kali. Kemudian Nabi SAW bertemu lagi dengan rombongan yang membawa jenazah lain. Ternyata para sahabat mencelanya, seraya berkata: “Dia itu jahat”. Mendengar pernyataan itu, maka Nabi berkata: “wajabat”.
Ketika mendengar komentar Nabi SAW yang demikian, maka para sahabat bertanya: “Ya Rasul! Mengapa terhadap jenazah pertama engkau ikut memuji, sedangkan terhadap jenazah kedua tuan ikut mencelanya. Engkau katakana kepada kedua jenazah tersebut: “wajabat” sampai tiga kali. Nabi menjawab: ia benar, lalu Nabi berkata kepada Abu akar, wahai Abu Bakar sesungguhnya Allah SWT memiliki para malaikat di bumi. Melalui mulut merekalah malaikat akan menyatakan tentang kebaikan dan keburukan seseorang.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan para malaikat Allah di bumi yang menceritakan tentang kebaikan atau keburukan seseorang adalah para sahabat atau orang- orang yang mengatakan bahwa jenazah ini baik dan jenazah itu jahat.
3. Sebab yang berupa keterkaitan, yang berkaitan dengan para pendengar di kalangan sabahat. Sebagai contoh adalah persoalan yang berkaitan dengan sahabat Syuraid ibn Suwaid al- Saqafi. Pada waktu Fath makkah (pembukaan kota Mekah) beliau pernah datang kepada Nabi SAW, seraya berkata: “saya bernazar akan shalat di Bait al- Maqdis”. Mendengar pernyataan sahabat tersebut, lalu Nabi Bersabda: “Shalat disini, yakni Masjid al- haram itu lebih utama”. Nabi SAW lalu bersabda: “Demi zat yang jiwaku berada dalam kekuasaanNya, seandainya kamu shalat di sini (Masjid al- Haram) maka sudah mencukupi bagimu untuk memnuhi nazarmu”. Kemudian Nabi SAW, bersabda lagi: “Shalat di Masjid ini, yaitu Masjia al- Haram itu lebih utama dari pada seratus ribu kali shalat di selain al- Masjid al- Haram”.
5. Tokoh yang mendalami Asbabul wurud al-Hadis
Asbab al-Wurud, penulis buku-buku tentangnya sangatlah jarang atau boleh dikatakan  sungguh sangat sedikit. As-Suyuthi  (911 H) menyatakan yang dinukil dari adz-Dzahabi (748 H) dan Ibn Hajar (852 H) bahwa hanya ada dua karya tentang objek ini yang tidak ada lebih tua darinya dan yang sampai saat ini belum diketahui keberadaannya keculi nama pengarangnya saja, yaitu :

1. Abi Hafs al-‘Akbari (399 H)
 Karyanya adalah Asbab al-Wurud al-Hadits, orang pertama yang mengarang disiplin ilmu, namun hingga sekarang buku tersebut tidak dikenal, kecuali hanya namanya saja. Ia adalah seorang guru Abu Yahya Muhammad bin Al-Husain Al-Farra’ Al-Hambaly dan seorang murid dari Abdullah bin Ahmad bin Hambal.
2. Abu Hamid Abdul Jalil al-Jubari (120 H), karyanya adalah  Asbab al-Wurud al-Hadits
3. Ibrahim Ibn Muhammad Ibn Kamaluddin atau yang lebih dikenal dengan Ibn Hamzah Al- Husainy Al- Dimasyqy (1054-1120 H) dengan karyanya Al-Bayan Wa Al Ta’rif Fi Asbab Wurud Al-hadits Al-Syarif
4. Jalal al Din al Suyuthi
Gelar lengkapnya Abdurrahman bin Kamaluddin Abu Bakr bin Muhammad  bin Sabiquddin, beliau lahir 1445 (849 H) dan wafat pada 1505 (911 H) seoraang ulama daan cendekiawan muslim yang hidup pada abad ke-15 di Kairo, Mesir.  Imam Suyuthi dalam kitabnya yang berjudul Khusn al-Muhadlarah menyebutkan bahwa ia mendapatkan ijazah dari setiap guru yang didatanginya, yaitu mencapai 15 yang didatanginya, yaitu mencapai 150 orang guru. Beliau berguru pada Al- bulqini sampai wafatnya, juga belajr hadis pada Syaikhul Islam Taqiyyudin al-Manaawi.
Diantara karyanya adalah kitab A-Luma’fi Asbab Wurud al-Hadits.  As-Suyuthi  juga menambahkan bahwa al-Bulqini menyebut atau membahas dalam Mahasin al- Isthilah dan Syeikhul Islam dalam an-Nukhbah, dimana dalam ilmu ini ada karya al-Akbari dan al-Jubari. Baru setelah itu as-Suyuthi (911 H) menyusun kitabnya yang berjudul Asbab Wurud Al-Hadits atau al-Luma’ fi Asbab al Hadis, yang kemudian ditahqiq (diedit dan diberi notasi ) oleh Yahya Ismail Ahmad. Juga karya Abi Hamzah al-Dimasyqi yaitu al-Bayan wa at-Ta’rif fi Asbab Wurud al-Hadits asy-Syarif yang di tahqiq oleh Husain Abdul Majid Hasyim.

6. Kitab- kitab yang Menjelaskan tentang Asbab Wurud al-Hadis
Ilmu mengenai asbab wurud al- hadits ini sebenarnya telah ada sejak zaman sahabat. Hanya saja ilmu ini belum tersusun secara sistematis dalam suatu kitab- kitab. Demikian kesimpulan al- Suyuti dalam al- Luma’ fi Asbab Wurud al- Hadits. Namun  kemudian, seiring dengan perkembangan dunia keilmuan waktu itu, ilmu asbab al- wurud menjadi berkembang. Namun para ahli hadis merasakan perlu disusun suatu kitab secara tersendiri mengenai asbab al- wurud.
Adapun kitab- kitab yang banyak berbicara mengenai asbab al- wurud antara lain adalah:
1. Asbab Wurud al- hadits karya Abu hafs al- Ukhbari, kitab belum ditemukan sampai sekarang.
2. Asbab Wurud al- hadits karya Aby Hamid ‘Abd al- Jalil al- jabari. Kitab tersebut juga belum ditemukan sampai sekarang.
3. Asbab Wurud al- hadits atau yang disebut juga al- Luma’ fi Asbab wurud al- hadits, karya Jalal al- Din ‘Abd al- Rahman al- Suyuti. Kitab tersebut sudah di tahqiq oleh Yahya Isma’il Ahmad.
4. Al- Bayan wa al- Ta’rif karya Ibnu Hamzah al- Husaini al- Dimasyqi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu Asbab al-Wurud al-Hadits terhitung telah lama ada, benih-benih ilmu ini telah ditanamkan di masa sahabat dan tabi’in. Hanya saja ilmu ini belum tersusun secara sistematis dalam suatu bentuk kitab-kitab. asbabul wurud sendiri diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang sebab-sebab (baik berupa peristwa, pertanyaan, dan lainnya) yang melatar belakangi munculnya suatu hadis serta berfungsi sebagai analisis untuk memahami suatu hadits apakah itu bersifat umum atau khusus, mutlaq atau muqayyad, naskh atau mansukh dan lain sebagainya. Adapun macam-macam dari asababul wurud dibagi menjadi tiga yaitu: Sebab yang berupa sesuatu ayat al-Qur’an, Sebab yang berupa hadis, dan sebab yang berupa keterkaitan, yang berkaitan dengan para pendengar di kalangan sahabat.
Tokoh yang mendalami ilmu asbabul wurud diantaranya: Abi Hafs al-‘Akbari, Abu Hamid Abdul Jalil al-Jubari , Ibrahim Ibn Muhammad Ibn Kamaluddin, Jalal al Din al Suyuthi. Adapun kitab- kitab yang banyak berbicara mengenai asbab al- wurud antara lain adalah: Asbab Wurud al- hadits karya Abu hafs al- Ukhbari, Asbab Wurud al- hadits karya Aby Hamid ‘Abd al- Jalil al- jabari, Asbab Wurud al- hadits atau yang disebut juga al- Luma’ fi Asbab wurud al- hadits,  karya Jalal al- Din ‘Abd al- Rahman al- Suyuti, dan Al- Bayan wa al- Ta’rif karya Ibnu Hamzah al- Husaini al- Dimasyqi.
B. Saran
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik berupa materi, kaidah penulisan dan lain sebagainya. Oleh karena itu diharapkan kepada pembaca agar menambah referensi yang berkaitan dengan hal ini, guna memperdalam ilmu dan pemahaman mengenai asbabul wurud.kami juga mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.


DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2015. Asbab Wurud al-Hadits.  Jurnal Tahdis. 6(2). 87-88
Fadli , Adi. 2014. Asbabul Al-Wurud. Jurnal Pendidikan dan Kajian Islam Pendidikan dan Kajian Islam. VII(2). 380-381
Herdi, Asep. 2014. Memahami Ilmu Hadis. Bandung: Tafakur.
Lestari, Lenni. 2015. Epistemolgi Ilmu Asbab al-Wurud Hadis. Jurnal Studi Ilmu- Ilmu al-Qur’an dan Hadis. 16(2). 280
Zuhad. 2005. Asbabul al-Wurud : Media pengembangan pemahaman Hadis. Jurnal Teologi . 16(1).136
Zuhri, Muh . 2011. Hadis Nabi. Yogyakarta : Tiara Wacana Yogyakarta.


Post a Comment

0 Comments