About Me

Menuang Rasa , Merajut Asa
>Abid Nurhuda

Materi Iman Kepada Qodho dan Qodar








Materi PAI Dasar Aqidah Akhlak Untuk SD/MI
Taqdir






MATERI                 :  Aqidah dan Akhlak
KELAS                :  VI dan VII
KOMPETENSI DASAR        :  3.4 Memahami hikmah beriman kepada qada dan qadar yang dapat membentuk perilaku akhlak mulia
INDIKATOR   
3.4.1. Siswa dapat menjelaskan pengertian  beriman kepada qodo dan qadar
3.4.2. Siswa dapat menyebutkan ciri-ciri perilaku akhlak mulia dari beriman kepada qodo dan qadar
3.4.3. Siswa dapat menjelaskan hikmah dari beriman kepada qodo dan qadar
RUMUSAN MATERI
A.    Pengertian rukun iman
B.    Penjabaran rukun iman qodo dan qadar
C.    Rukun iman qodo dan qadar berdasarkan dalil naqli
D.    Ciri-ciri orang yang meneladani rukun iman qodo dan qadar
E.    Hikmah dari  rukun iman qodo dan qadar
MATERI
A.    Pengertian Rukun Iman
Sebagai seorang muslim, seseorang dituntut untuk bisa memahami dan mengamalkan rukun Islam maupun rukun iman. Apakah rukun Islam dan rukun iman itu? Rukun Islam dan rukun iman merupakan salah satu pilar penting yang harus di taati dan diamalkan oleh setiap muslim. Sebagai dasar pelaksanaan kehidupan dan aturan dasar di bawah Al-Qur’an dan hadist.
Dengan mengamalkan rukun Islam dan rukun iman dalam kehidupan sehari hari dapat membantu kita menguatkan keimanan kita, layaknya menguatkan kekuatan pondasi keimanan kita dari setiap ujian dan cobaan yang akan kita hadapi. Apakah kita sudah mengetahui dan memahami tentang isi kandungan Rukun iman? Berikut merupakan penjelasan tentang rukun iman.
1.    Rukun Iman
Iman, bila ditinjau dalam bahasa arab, artinya yakni percaya. Sedangkan dalam segi istilah, iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan oleh lisan dan diwujudkan melalui perbuatan. Sedangkan dalam hadis, iman berarti membenarkan secara batin. Membenarkan dalam hati bermakna bahwa apabila kita melihat atau mendengar sesuatu, maka kita akan meyakini secara penuh. Tidak akan ada rasa gundah dikala kita harus meyakini dan mempercayai informasi yang kita dapatkan. Terutama saat kita harus meyakini dalam hati bahwa hanya Allah lah Tuhan yang berhak untuk disembah dan tiada sekutu bagi Nya.
Mengucapkan secara lisan, adalah apabila kita telah meyakininya dalam hati, maka kita bisa menyebarkan apa yang kita yakini, sehingga apa yang kita yakini tersebut dapat juga diterima oleh orang-orang yang berada di sekitar kita. Dengan hal tersebut, akan banyak dukungan yang mengalir untuk kita bila orang-orang di sekitar kita juga turut mempercayai dan mengimaninya.
Sedangkan mewujudkannya dalam perbuatan adalah perwujudan fisik apa yang kita yakini. Tak hanya butuh diyakini ataupun diucapkan. Namun sikap kita sebagai seseorang yang beriman juga harus menunjukkan ataupun menggambarkan bahwa kita telah beriman dengan mengamalkan apa yang Dia perintahkan dan menjauhi  apa yang dia larang.
Sedangkan apabila kita melihat kata rukun iman, maka kita akan mendapatkan arti, suatu rukun untuk menunjukkan kemantapan hati dalam jalan Islam. Dimana rukun iman diwujudkan dalam enam isi yang apabila kita mengamalkan keenamnya, maka akan bertambah pula keimanan kita dalam menjalankan segala ajaran dan syariat Islam.
Pengertian Rukun Iman adalah tiang-tiang pondasi keimanan dari seorang muslim, apabila ia memiliki dan mengamalkan rukun iman, maka dia akan memiliki keimanan yang kuat. Dan apabila ia mengabaikan rukun iman dalam hidupnya, maka ia akan dengan mudah diguncang hatinya dengan berbagai masalah dan kegelisahan dalam keimanan.
Terdapat enam rukun iman, yang didasarkan pada ayat-ayat Jibril pada kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab. Berikut keenam rukun iman tersebut:
a.    Iman Kepada Allah
b.    Iman Kepada Malaikat
c.    Iman Kepada Kitab-Kitab Allah
d.    Iman Kepada Rasul
e.    Iman Kepada Hari Akhir
f.    Iman Kepada Qodo Dan Qadar
Dari uraian di atas tentang rukun iman dan pengertiannya, akan diambil dan dijabarkan yaitu rukun iman yang keenam. Berikut keterangan mengenai rukun iman yang keenam.
B.    Penjabaran Iman Kepada Qodo dan Qadar
Qodo merupakan suatu keputusan atau nasib dari seseorang yang telah bersifat tetap dan tidak bisa di ubah lagi, seperti hari kematian. Sedangkan qadar adalah takdir atau nasib yang masih berupa perkiraan atau masih dapat diusahakan untuk diperbaiki atau diarahkan ke arah yang lebih baik, dan tentunya atas izin Allah Subhanallahu wa ta’ala, salah satunya adalah kapan rezeki akan di berikan.
Saat kita ingin mengimani qodo dan qadar Allah maka kita juga harus mengimani 4 perkara, yakni percaya bahwa Allah telah mengimani seluruh apa yang telah maupun yang belum terjadi, Allah telah menuliskan segala ketentuan dan takdir makhluk hidup dan menuliskannya di lauh al-Mahfudz, tidak ada segala sesuatu yang diam atau bergerak tanpa izin Allah dan semua adalah ciptaan Allah.
C.    Landasan Hukum Beriman Kepada Qada dan Qadar
Beriman kepada qada dan qadar merupakan suatu aqidah yang dibina oleh umat Islam berdasarkan keimanannya kepada Allah SWT. Bahwa tak ada sesuatu yang terjadi di alam ini, bahkan semua perbuatan hamba yang diusahakannya, kecuali ada dalam ketentuan Allah SWT.dan Allah Maha Adil dalam qada dan qadar-Nya. Maha Bijaksana dalam tindakan dan perencanaan-Nya.
Kebijaksanaanya Allah mengikuti kehendak-Nya, sehingga segala apa yang dikehendaki-Nya pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak akan terjadi. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah SWT. Hal itu didasarkan kepada dali-dalil naqli dan aqli. Memang dalam surah An-Nisa ayat 136 hanya menyebut lima unsur keimanan, tanpa menyebut takdir (qada dan qadar). Tetapi Nabi Muhammad SAW ketika ditanya tentang iman, beliau menyebut takdir. Berikut ini hadis sebagai pedoman dan dalil tentang iman kepada qada dan qadar. Sunan Ibnu Majah dan At-Tirmidzi meriwayatkan hadis dari Umar Ibnu Al-khatthab R.A. Bahwa rasulullah ditanyai oleh seorang laki-laki yaitu malaikat yang menyerupai manusia.
                                                يَامُحَمَّدُمَاالْاِيْمَانُ؟قَالَ:" اَنْتُؤْمِنَبِااللهِوَمَلَئِكَتِهِ, وَرَسُلِهِ, وَكُتُبِهِ, وَالْيَوْمِاْلآخِرِ, وَالْقَدَرِخَيْرِهِوَشَرِّهِ",
   
قَالَ:صَدَقْتَفَعَجِبْنَامِنْهُيَسْاَلُهُوَيُصَدِّقُهُ
 “Wahai Muhammad apakah iman itu? Beliau bersabda: engkau beriman kepada Allah, malikat-Nya, para Rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari akhir dan qadar yang baik maupun yang buruk, ia berkata: engkau benar. Maka kami pun merasa keheranan, iya yang bertanya ia pula yang menjawab ia pula yang membenarkannya.”
    Demikian pula para sahabat sepakat bahwa iman kepada qodo dan qadar merupakan hal yang sangat prinsip bagi seorang muslim. Dan  banyak ulama merumuskan enam rukun iman, yang mana qodo dan qadar menjadi pilar ke enam.
    Para ilmuan Ahlus Sunnah wal Jama’ah menetapkan bahwa qodo qadar atau takdir terdiri dari empat asas, semuanya berdasarkan dalil dari Al-Qur’an dan Sunnah. Berikut dalil-dalil bagi empat asas tersebut:
            Asas pertama: (Al-‘Ilm) Ilmu, asas pertama ialah kita beriman bahwa Allah SWT sejak azali telah mengetahui segala perbuatan manusia. Ilmu atau pengetahuan Allah bersifat menyeluruh, meliputi apa yang telah terjadi, sedang terjadi, dan akan terjadi dan semua ini diketahui-Nya secara terperinci.  Allah berfirman dalam surah Al-Hajj ayat 70 yang artinya : “Tidakkah engkau telah mengetahui bahwasannya Allah mengetahui segala yang ada di langit dan di bumi? Sesungguhnya yang demikian itu ada tertulis di dalam kitab (Lauhul Mahfuz) sesungguhnya hal itu amatlah mudah bagi Allah”.
    Asas kedua: (Al-Khitabah) penulisan, bahwa apa yang Allah SWT ketahui telah dalam Lauhil Mahfuz. Dalam hadis sahih muslim, Rasulullah SAW menerangkan dalam hadisnya yang artinya, “Allah telah menulis segala takdir makhluk-makhluknya lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi. (Rasulullah SAW juga menerangkan) dan Ars-nya berada di atas air”.
Asas ketiga kehendak, kita beriman bahwa apa yang Allah SWT kehendak pasti terjadi dan apa yang Allah tidak kehendak pasti tidak akan terjadi. Justru semua yang berlaku kepada manusia dan alam ini secara terperinci adalah berdasarkan kehendak Allah SWT. Firman Allah SWT:
اِنَّ اللهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيْدُ
“Sesungguhnya Allah melakukan apa yang dikehendaki-nya.” (Al-Hajj 22:14)
Kehendak Allah bukanlah seperti kehendak manusia yang sering sesuka hati, berdasarkan nafsu dan berat sebelah, tetapi kehendak Allah sesuai dengan ilmu, hikmah dan keadalian-Nya.
    Asas keempat ialah (Al-Kholiq) penciptaan. Semua makhluk baik zat, sifat dan perbuatannya adalah ciptaan Allah SWT. Berfirman yang artinya“Allah yang menciptakan tiap-tiap sesuatu dan Dialah yang mentakdirkan serta menguasai segala-segalanya.” (Az-Zumar 39:62)
    Demikianlah dalil-dalil untuk empat asas qada dan qadar. Empat asas ini juga sebagai landasan iman kepada qada dan qadar.
D.    Ciri-Ciri Orang yang Beriman Kepada Qada dan Qadar
a.    Ikhlas dan tidak takabur
Ikhlas artinya rela menerima segala sesuatu yang terjadi tanpa mengeluh. Dalam hubungan dengan Qadha’ Qadar, yang dimaksud ikhlas adalah menerima segala ketentuan Allah SWT dengan ridha. Dasarnya adalah Hadis Qudsi, artinya: dari Abi Hindun Ad-Dari Al-Hajami berkata : aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Allah berfirman: barang siapa yang tidak ridha terhadap Qadha’-Ku dan tidak sabar menerima cobaan-Ku, maka carilah olehmu Tuhan selain aku. (H.R. Ath-Thabrani)
b.    Tawakal
Secara bahasa tawakal berarti berserah diri, sedangkan secara istilah berarti berserah diri kepada ketetapan Allah SWT atau Qadha’ dan Qadar Allah SWT setelah berusaha (ikhtiar) semaksimal mungkin sesuai dengan kewajibannya sebagai manusia. Firman Allah didalam surat At-Thalaq ayat 3 artinya: “Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”.


c.    Ikhtiar
Allah telah menetapkan segala sesuatu keputusan pada makhluknya sejak zaman azali, bahwa kebahagiaan tidak datang begitu saja akan tetapi harus diusahakan dalam rangka untuk meraih ketetapan Allah kepada makhluknya, dengan demikian akan mendorong kita semangat dalam rangka untuk mewiujudkan ketetapan tersebut, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Qashash 77 artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) duniawi”.
d.    Senantiasa bersikap tawadlu’ kepada kebesaran Allah SWT.
Tawadlu’ merupakan sikap rendah diri orang yang beriman kepada Qadha’ dan Qadar sebab semua kejadian yang ada didunia ini atas kehendak Allah. Dengan demikian kita sebagai seorang mukmin hendaknya berusaha keras serta siap menghadapi cobaan-cobaan yang merupakan ujian keimanan kita. Maka kesabaran, ketabahan serta keuletan dalam menghadapi segala masalah didunia ini merupakan jalan untuk memupuk dan memperkuat keimanan. Setiap kejadian yang menimpa seseorang pasti akan mendatangkan hikmah bagi pelakunya ataupun orang lain. Hanya saja hikmahnya akan diketahui di kemudian hari.
E.    Hikmah Kepada Qodo dan Qodar
Beriman kepada qodo dan qodar memberi dampak baik terhadap individu dan umat Islam, banyak hikmah yang dapat diambil dari beriman kepada qada dan qadar. Adapun hikmah dari beriman kepada qodo dan qodar yaitu:
1.    Akan membuahkan berbagai macam amal shaleh dan sifat yang terpuji seperti: ikhlas, tawakal, pengharapan kepada Allah, berbaik sangka kepada Allah, dan tabah.
2.    Menumbuhkan pada jiwa orang-orang yang beriman keteguhan hati dan keyakinan yang mantap dalam menghadapi musibah dan berbagai kesulitan.
3.    Melatih diri untuk syukur dan sabar. Jika seseorang yang beriman kepada qodo dan qadar mendapat keberuntungan maka ia akan bersyukur, dan jika seseorang mendapat suatu musibah ataupun masalah maka ia juga akan sabar dalam menghadapinya.
4.    Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa. Orang yang tidak beriman kepada qodo dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan ia menganggap keberhasilan itu dari usaha dirinya sendiri, bukan dari nikmat Allah. Namun apabila seseorang itu mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan putus asa, ia menyadari bahwa kegagalan itu dari Allah, bukan karena usahanya yang kurang. Dari beriman kepada qada dan qadar maka seseorang tersebut akan terhindar dari sifat sombong dan mudah putus asa.
5.    Memupuk sifat optimis dan giat bekerja. Manusia tidak mengetahui apa yang akan terjadi kepadanya dan rahasia apa yang akan terjadi kepadanya, namun manusia dapat bersifat optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan. Orang yang beriman kepada qada dan qadar akan optimis apa yang ia lakukan akan berhasil jika ia giat bekerja.
6.    Menenangkan jiwa. Orang yang beriman kepada qada dan qadar akan tenang jiwanya karena ia mempunyai iman yang kuat dan yakin terhadap kehendak Allah. Ia akan merasa senang dengan apa yang diberikan Allah terhadapnya, akan bersyukur dengan apa yang ia terima, akan sabar jika mendapat musibah. Jadi hatinya akan tenang dengan beriman kepada qada dan qadar.











DAFTAR PUSTAKA
Erwandi Tarmizi, 1428-2007, Rukun Iman, Maktab Dakwah dan Bimbingan Jaliyat Rabwah, Universitas Islam MadinahBidang Riset dan Kajian Ilmiah , Madinah.
Fuad Othman,Hikmah Beriman dengan Qada dan Qadar, www.academia.edu/, 07 September 2019 pukul 19.42
Hafiz, Abdullah. 2011. 47 Persoalan qada dan qadar. Malaysia: Perniagaan Jahabersa.
Sutarso, 2018, Aqidah dan Akhlak, Sragen, Cv Akik Pusaka.





Post a Comment

0 Comments