About Me

Menuang Rasa , Merajut Asa
>Abid Nurhuda

Syarkh Hadis Arbain Ke 2








Penjelasan terlengkap Hadis Arbain ke 2
Hadis Arbain Ke2




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kitab Hadits Arba’in Nawawiyah merupakan kitab kumpulan hadis yang tidak asing lagi bagi umat Islam di Indonesia, bahkan umat Islam seluruh dunia. Meski jumlah hadis yang tertera dalam kitab ini bukan empat puluh hadis melainkan dalam kitab ini disebut empat puluh dua hadis. Hal ini karena orang Arab memang biasa tidak menyertakan bilangan pecahan dan hanya menyebut bilangan puluhan, mereka menyebut arba’in (empat puluh) meski jumlah lebih satu atau dua bilangan. Terdapat 40 hal yang dibahas dalam Hadis Arba’in. Dalam makalah ini akan dibahas salah satu Hadis Arba’in yaitu tentang pilar-pilar agama. Seperti yang sudah kita ketahui sejak lama bahwa terdapat tiga pilar agama yaitu Islam, Iman, dan Ihsan.
   
B.    Rumusan Masalah
1.    Apa Pengertian Islam, Iman, Ihsan?
2.    Bagaimana penjelasan kata dalam Hadis?
3.    Apa keutamaan Hadis ?
4.    Apa saja pemahaman atau pelajaran dalam Hadis ?
C.    Tujuan
1.    Untuk mengetahui pengertian Islam, Iman, Ihsan?
2.    Untuk mengetahui penjelasan kata dalam Hadis?
3.    Untuk mengetahui keutamaan Hadis ?
4.    Untuk mengetahui pemahaman atau pelajaran dalam Hadis ?

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Islam, Iman, dan Ihsan
Ada tiga pilar utama dalam agama Islam yaitu: Islam, Iman, dan Ihsan.
1.    Islam adalah bersaksi tidak ada Tuhan yang haq disembah kecuali Allah SWT dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah SWT, mengerjakan shalat, membayar zakat, puasa dibulan ramadhan, dan haji keBaitullah bagi yang mampu.
2.     Iman adalah beriman (percaya) kepada Allah SWT, para malaikat Allah SWT, kitab-kitab Allah SWT, para rasulullah , hari kiamat, dan qadha dan qadar Allah SWT yang baik maupun yang buruk.
3.    Ihsan adalah menyembah kepada Allah SWT seolah-olah kita melihat-Nya, apabila tidak bisa melihat Allah SWT, maka yakinlah bahwa Allah SWT melihat kita.
    Islam, Iman, dan Ihsan adalah tingkatan amaliah seseorang terhadap ajaran Islam. Jika Islam dan rukun-rukunnya diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari maka status Muslim dapat diperoleh. Jika Iman dan berbagai perangkatnya menghiasi seseorang maka ia dikatakan Mukmin. Ihsan yang merupakan puncak prestasi dalam ber-Islam dan beriman akan terwujud jika dalam beragama seseorang mampu menghadirkan Allah SWT setiap saat.
    Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, sebagai berikut :
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ   وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ .  [رواه مسلم]
Artinya : ”Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang  membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda benar“.  Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata:  “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda:  “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian)  berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “. (Riwayat Muslim).
B.    Penjelasan Kata dalam Hadis
بَيْنَمَا     : Baina adalah dharfu zaman ( yang menunjukkan waktu). Sedangkan maa adalah harf zaidah (kata tambah).
إِذْ طَلَعَ     : Idz, harf mufaja’ah (bersifat mendadak), artinya ‘datang kepada kami secara toba-tiba’.
وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ     : ‘Meletakkan kedua tangan diatas  kedua pahanya sendiri, sebagai sikap yang sopan. Sedangkan riwayat Nasa’I, yang menyebutkan bahwa ia meletakkan kedua telapak tangannya diatas paha Nabi SAW. Akan tetapi riwayat pertama lebih tepat.
أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ    : Beritahukan kepadaku tentang hakikat dan ajaran Islam.
فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ     : Kami heran dengan sikapnya, ia bertanya sementara ia mengetahui jawabannya. Atau, kami heran karena pertanyaannya menunjukkan bahwa ia tidak tahu, sedangkan pembenarannya menunjukkan bahwa ia mengetahui jawaban yang ia tanyakan.
أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ     :Secara etimologi, Iman bermakna ‘Pembenaran dalam hati’. Secara terminologi, bermakna ‘Pembenaran atas hal-hal yang disebutkan dalam Hadis’.
 فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ    : Beritahukan kepadaku tentang waktu datangnya hari kiamat.
أَمَارَاتِهَا     : Tanda-tandanya, yakni tanda-tanda yang mendahului datangnya hari kiamat.
أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا     : Budak melahirkan tuannya, yakni diantara tanda datangnya hari Kiamat adalah banyaknya orang yang mengambil budak dan menggaulinya sehingga mereka melahirkan anak-anak merdeka karena anak dari budak mengikuti ayahnya, sehingga anak yang dilahirkan adalah tuannya sendiri. Para ulama berbeda pendapat tentang makna hadis ini. Di antaranya menyatakan bahwa maksud hadis ini adalah suatu kisah tentang banyaknya seorang memiliki budak. Budak itu melahirkan dari tuannya seorang anak yang kedudukannya seperti ayahnya, yaitu menjadi tuan bagi ibunya. Ada juga yang berpendapat bahwa maksud hadis ini adalah suatu kisah tentang budak yang melahirkan para raja, sehingga anaknya menjadi pemimpin ibunya yang termasuk bagian dari rakyat.
الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ     : Al-Hufaat bentuk plural dari kata Haafi, yaitu ‘orang yang tidak memakai alas kaki’. Uraat bentuk plural dari Aar, yaitu’orang yang tidak memakai baju sama sekali (telanjang)’. Sedangkan Al-‘Aafat merupakan bentuk plural dari ‘Ail yaitu orang-orang fakir’.
رِعَاءَ الشَّاءِ     : Penggembala kambing. Ru’a bentuk plural dari ra’i yang bermakna ‘penjaga atau penggembala’ dan syaa’ merupakan plural dari syaati, yang berarti ‘kambing’.
يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ     : ‘Belomba-lomba dengan penuh kebanggan dan riya’ untuk meninggikan bangunan’.
فَلَبِثْتُ مَلِيًّا     : Saya menunggu sampai lama. Riwayat lain menyebutkan,”Aku tidak berjumpa Nabi SAW, tiga malam. Kemudian aku menemuinya”.
C.    Keutamaan Hadis
Ibnu Daqiq al-‘ied berkata, “ Hadis yang sangat agung ini memuat seluruh perbuatan, baik maupun batil. Bahkan semua ilmu syariat mengacuh adanya dan diperkaya dengannya, karena kandungan seluruh ilmu tentang sunnah yang ada didalamnya, seperti surah al-Fatihah yang disebut dengan Ummu al-Qur’an karena seluruh makna al-Qur’an terkandung didalamnya. Oleh karena itu, hadis ini juga dengan Ummu as-Sunnah.

D.    Pemahaman atau Pelajaran dalam Hadis
1.    Memperbaiki pakaian dan sikap
Ketika hendak masuk masjid dan akan menghadiri majelis ilmu, disunnahkan memakai pakaian yang rapi dan bersih serta menggunakan wewangian. Sunnah pula bersikap baik dan sopan didepan ulama, karena kedatangan malaikat Jibril as itu untuk mengajarkan manusia melalui sikap dan ucapannya.
2.    Mengajarkan hakikat Islam
Secara etimologi, islam berarti tunduk dan menyerahkan diri sepenuhnya pada Allah SWT. Menurut syariat, islam adalah tunduk dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah dengan menjalankan kelima rukunnya, yaitu berikrar dengan dua kalimat syahadat, menunaikan shalat dengan memenuhi syarat dan rukunnya serta memperhatikan adab dan sunnahnya, mengeluarkan zakat, puasa dibulan ramadhan, dan haji bagi siapa saja yang mampu; mempunyai biaya untuk pergi ketanah suci dan juga bias memenuhi kebutuhan keluarga yang ditinggalkan.
3.    Mengajarkan hakikat Iman
Secara bahasa,  iman berarti pembenaran, sedangkan menurut syariat berarti pembenaran dan penetapan terhadap:
a.    Keberadaan Allah. Yang Maha Pencipta, dan tidak ada sesuatupun yang menjadi sekutu bagi-Nya.
b.    Keberadaan makhluk Allah yaitu malaikat. Mereka adalah hamba Allah yang dimuliakan, yang tidak pernah melakukan maksiat dan selalu mentatai perintah Allah. Mereka diciptakan dari cahaya, tidak makan, tidak berkelamin (laki-laki atau wanita), tidak mempunyai keturunan, dan tidak ada yang tahu jumlahnya kecuali Allah SWT.
c.    Keberadaan seluruh kitab samawi yang diturunkan oleh Allah SWT, dan meyakini bahwa kitab-kitab tersebut (sebelum diubah dan diselewengkan manusia) merupakan syariat Allah SWT.
d.    Keberadaan seluruh Rasul yang telah dipilih dan diutus oleh Allah SWT untuk membimbing umat manusia, yang diturunkan bersamanya Kitab Samawi. Juga meyakini bahwa mereka adalah manusia biasa yang terjaga dari segala dosa (maksum).
e.    Keberadaan hari kiamat. Pada hari itu Allah membangkitkan manusia dari kuburnya, lalu menghisab seluruh perbuatannya, dan memberikan balasan; bagi yang beramal baik maka akan mendapatkan balasan kebaikan; dan yang beramal buruk maka akan menuai balasan yang setimpal pula.
f.    Keberadaan takdir. Artinya segala hal yang terjadi didalam alam semesta ini merupakan ketentuan (takdir) dan kehendak Allah semata, untuk suatu tujuan yang hanya diketahui oleh-Nya.
4.    Mengajarkan hakikat Islam dan Iman
Meski dari penjelasan diatas kita pahami bahwa iman dan islam adalah suatu hal yang berbeda, namun keduanya saling melengkapi. Iman adalah sia-sia tanpa islam, demikian pula sebaiknya.
5.    Mengajarkan hakikan Ihsan
Ihsan adalah iklas dan menyempurnakan keikhlasan tersebut. Artinya memurnikan ibadah sepenuhnya hanya untuk Allah serta dibarengi dengan upaya menyempurnakan, sehingga ketika kita melaksanakan ibadah tersebut seolah-olah engkau melihat-Nya, dan jika tidak mampu maka ingatlah bahwa Allah selalu menyaksikanmu dan mengetahui apapun yang ada pada dirimu, baik besar maupun kecil.
6.    Hari kiamat dan tanda-tandanya
Waktu datangnya hari kiamat hanya diketahui oelh Allah SWT, dan  tidak ada seorangpun yang mengetahuinya, baik malaikat atau Rasul. Itu sebabnya mengapa Nabi SAW ,berkata kepada Jibril,” yang ditanya tidaklah lebih tau dari yang bertanya.” Meskipun demikian, Nabi SAW kemudian menjelaskan sebagian tanda-tandanya. Yaitu sebagai berikut,
a.    Zaman yang rusak dan akhlak  yang buruk. Pada saat itu banyak anak durhaka pada orang tuanya, mereka memperlakukan orang tuanya seperti perlakuan tuan terhadap budaknya.
b.    Keadaan yang kacau dan gawat. Kala itu, banyak orang yang bodoh menjadi pemimpin, dan wewenang diberikan kepada orang  yang tidak mempunyai kemampuan (bukan ahlinya). Harta melimpah ruah pada manusia, perilaku sombong dan sikap melampaui batas merebak, manusia saling membanggakan diri dengan mendirikan bangunan-bangunan tinggi. Perhiasan dan perkakas rumah yang berlebihan, satu sama lain saling berlaku congkak, menguasai segala urusan orang yang dihimpit kemiskinan dan kesengsaraan, dan jika seseorang hendak berbuat baik kepada orang lain maka sikapnya seperti perlakuan seorang tuan terhadap orang badui, para penggembala, dan  orang-orang yang semisal dengannya.
7.    Pentingnya bertanya tentang suatu ilmu
Seorang Muslim, akan menanyakan sesuatu yang membawa manfaat untuk dunia dan akhiratnya. Ia tidak akan menanyakan hal-hal yang tidak mendatangkan manfaat. Bagi orang yang menghadiri majelis ummu, lalu ia melihat bahwa audien (orang-orang yang hadirdisitu) sangat memerlukan satu masalah, dan ternyata masalah tersebut tidak ada yang menanyakannya, maka sepatutnya ia menanyakan meskipun ia mengetahui, agar orang-orang yang hadir bias mengambi lmanfaat dari jawaban yang diberikan.  Sedangkan jika orang yang ditanya tentang sesuatu itu tidak tahu, maka  katakanlah bahwa dirimu  memang tidak tahu. Selain dapat menambah kewibawaan, sikap demikian juga merupakan bukti dan sikap wara’ dan ketakwaannya.

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Ada tiga pilar utama dalam agama Islam yaitu: Islam, Iman, dan Ihsan.
1.    Islam adalah bersaksi tidak ada Tuhan yang haq disembah kecuali Allah SWT dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah SWT, mengerjakan shalat, membayar zakat, puasa dibulan ramadhan, dan haji keBaitullah bagi yang mampu.
2.     Iman adalah beriman (percaya) kepada Allah SWT, para malaikat Allah SWT, kitab-kitab Allah SWT, para rasulullah , hari kiamat, dan qadha dan qadar Allah SWT yang baik maupun yang buruk.
3.    Ihsan adalah menyembah kepada Allah SWT seolah-olah kita melihat-Nya, apabila tidak bisa melihat Allah SWT, maka yakinlah bahwa Allah SWT melihat kita.
Keutamaan Hadis ini adalah Ibnu Daqiq al-‘ied berkata, “ Hadis yang sangat agung ini memuat seluruh perbuatan, baik maupun batil. Pemahaman atau Pelajaran dalam Hadis, sebagai berikut : Memperbaiki pakaian dan sikap, mengajarkan hakikat Islam, mengajarkan hakikat Iman, mengajarkan hakikat Islam dan Iman, mengajarkan hakikan Ihsan, hari kiamat dan tanda-tandanya, pentingnya bertanya tentang suatu ilmu.
B.    SARAN
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun.


DAFTAR PUSTAKA
https://dosenmuslim.com . Diakses pada tanggal 4 desember 2019, pada pukul 09:25.
Idrus Abidin. Blogspot.com., Syarah Arba’in Nawawiyah, diakses pada tanggal 4 Desember 2019, pada pukul 16:26.
Muhyiddin Mistha dan Musthafa al-Bugha . 2017.  Al-Wafi Hadist Arbain Imam Nawawi Pokok-Pokok Ajaran Islam. Depok:  Fathan Prima Media.

Al-Jardani Al-Dimyati,Muhammad bin Abdullah. 2011. 40 Hadis NAWAWI.  Jakarta: Mizan Publika.




Post a Comment

0 Comments