About Me

Menuang Rasa , Merajut Asa
>Abid Nurhuda

Ragam Pendekatan dalam Pendidikan Menurut Hadist Tarbawi








Makalah Ragam Pendekatan dalam Pendidikan Menurut Hadist Tarbawi
Pendekatan dalam Pendidikan




BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan sebuah negara sangat tergantung kepada kemajuan pendidikannya (termasuk di dalamnya pendidikan Islam), dan dalam pendidikan itu erat kaitannya dengan penggunaan pendekatan yang dilakukan selama proses belajar mengajar terjadi. Pendekatan itu selayaknya dikuasai oleh seorang pengajar supaya bisa mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Penggunaan pendekatan yang tepat dan sesuai dengan materi pelajaran serta situasi dan kondisi yang ada akan mengantarkan peserta didik ke dalam penguasaan isi pelajaran yang diharapkan. Pemilihan pendekatan juga harus benar dan tepat sesuai dengan karakter dan sifat materi yang akan disajikan, sehingga tidak akan menjadi penghalang kelancaran jalannya proses belajar mengajar. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan oleh pendidik dapat dikatakan berhasil apabila dengan pendekatan tersebut dapat dicapai tujuan yang diharapkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan dalam pendidikan Islam?
2. Apa saja ragam pendekatan dalam pendidikan Islam?
3. Bagaimana hadis, pendapat ulama dan keterkaitan hadist tentang ragam pendekatan dalam pendidikan Islam?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian pendekatan dalam pendidikan Islam.
2. Mengetahui ragam pendekatan dalam pendidikan Islam.
3. Mengetahui hadis, pendapat ulama dan keterkaitan hadist tentang ragam pendekatan dalam pendidikan Islam.




BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendekatan dalam Pendidikan Islam
Pendekatan dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan approach dan dalam bahasa Arab disebut dengan madkhal.
Menurut HM. Chabib Thaha pendekatan adalah cara pemerosesan subjek atas objek untuk mencapai tujuan. Pendekatan juga berarti cara pandang terhadap sebuah objek persoalan, dimana cara pandang tersebut adalah cara pandang dalam kontek yang lebih luas.
Kemudian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendekatan adalah: (1) proses perbuatan, cara mendekati, (2) usaha dalam rangka aktifitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian.
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa pendekatan merupakan proses kegiatan yang dilakukan dalam hal mendekati sesuatu.
Pendidikan Islam menurut Fadhil Jamali adalah upaya mengembangkan, mendorong dan mengajak manusia kearah yang lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan maupun perbuatan .
Sedangkan menurut Mappasiara pendidikan Islam yaitu suatu proses pemberian bimbingan dan pengajaran kepada peserta didik dalam rangka meningkatkan kualitas potensi iman, intelektual, kepribadian dan ketrampilan peserta didik sebagai bentuk penyiapan kehidupan ke depan berdasarkan ajaran Islam.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian pendekatan pendidikan adalah suatu proses kegiatan, perbuatan, dan cara mendekati bidang pendidikan sehingga mempermudah pelaksanaan kegiatan pendidikan tersebut. Jika dalam kegiatan pendidikan, metode berfungsi sebagai cara mendidik, maka pendekatan berfungsi sebagai alat bantu agar penggunaan metode tersebut mengalami kemudahan dan keberhasilan.
Sehingga pengertian pendekatan pendidikan Islam adalah suatu proses perbuatan mengubah tingkah laku indivdu pada kehidupan pribadi, akal yang berlandaskan nilai-nilai tertentu di masyarakat dan alam sekitarnya dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara berbagai profesi asasi dalam masyarakat.
B. Ragam Pendekatan dalam Pendidikan Islam
1. Pendekatan Psikologi
Psikologi terdiri dari kata psyche yang berarti jiwa dan kata logos yang berarti ilmu pengetahuan, akar kata ini berasal dari bahasa Yunani. Secara harfiah psikologi diartikan dengan ilmu jiwa. Sedangkan pengertian psikologi secara istilah adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya.
Menurut Lahey dalam M. Arif Khoiruddin memberikan definisi “psychology is the scientific study of behavior and mental processes” yang artinya psikologi adalah kajian ilmiah tentang tingkah laku dan proses mental.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa pendekatan psikologi adalah pendekatan yang tekanannya diutamakan pada dorongan-dorongan yang bersifat persuasif dan motivatif yaitu suatu dorongan yang mampu menggerakan daya kognitif (mencipta hal-hal baru), konatif (daya untuk berkemauan keras), dan afektif (kemampuan yang menggerakkan daya emosional). Ketiga daya psikis tersebut dikembangkan dalam ruang lingkup penghayatan dan pengamalan ajaran agama.
Dengan menggunakan pendekatan psikologi dalam pendidikan Islam dapat memberikan kebebasan manusia untuk berkreasi, berpikir, berkehendak, dan bersikap secara sadar, walaupun kebebasan itu tetap dalam koridor Al-Qur’an dan As-Sunnah. Hal tersebut mempunyai tujuan yang hakiki, yaitu merangsang kesadaran diri agar mampu membentuk kualitas diri yang lebih sempurna untuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Pendekatan psikologi ini sebenarnya juga sudah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Dimana Nabi Muhammad SAW menganjurkan kepada kita semua agar memberikan pendidikan harus sesuai dengan kadar kemampuan atau nalar seseorang. Dengan demikian dalam menghadapi orang yang masih awam terhadap agama berbeda dengan mereka yang sudah memiliki latar belakang pendidikan agama. Sehingga meghadapi orang dewasa harus dibedakan dengan cara menghadapi anak-anak dalam mengajarkan agama. Didiklah anak-anak dengan cara belajar sambil bermain atau bergurau pada tujuh tahun pertama dan pada tujuh tahun kedua didiklah mereka dengan disiplin dan moral, kemudian pada tujuh tahun berikutnya didiklah mereka dengan memperlakukan sebagai sahabat. Lebih lanjut saat anak menginjak usia tujuh tahun, secara fisik mereka dibiasakan untuk menunaikan salat (pembiasaan). Kemudian setelah mencapai usia sepuluh tahun perintah untuk menunaikan salat secara rutin dan tepat waktu diperketat (disiplin). Pada jenjang usia inipun anak-anak diperkenalkan kepada nilai-nilai ajaran agamanya. Diajarkan membaca kitab suci, sunnah rasul, maupun cerita-cerita yang bernilai pendidikan.



2. Pendekatan Sosiologi
Secara etimologi, kata sosiologi berasal dari bahasa latin yang terdiri dari kata socius yang berarti teman, dan logos yang berarti berkata atau berbicara tentang manusia yang berteman atau bermasyarakat.
Secara terminologi, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan-perubahan sosial. Adapun objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antara manusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat. Sedangkan tujuannya adalah meningkatkan daya kemampuan manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya.
Kemudian menurut Bouman sosiologi adalah ilmu tentang kehidupan manusia dalam kelompok. Sebagai suatu ilmu pengetahuan tentang kehidupan bersama yang di dalamnya terkandung unsur-unsur hubungan antara orang perorangan dalam kelompok dengan kelompok dan sifat-sifat dan perubahan yang terdapat dalam dan ide-ide sosial yang tumbuh.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa pendekatan sosiologi adalah pendekatan yang bertumpu pada pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang bermasyarakat dan kebudayaan sehingga dipandang sebagai homo socius dan homo sapiens dalam kehidupan bermasyarakat dan berkebudayaan.
Pada hakikatnya, manusia itu di samping sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial, karena manusia tidak dapat hidup sendiri, terpisah dari manusia-manusia yang lain. Manusia senantiasa hidup dalam kelompok-kelompok kecil, seperti keluarga atau masyarakat.
Pendekatan ini sangat efektif dalam membentuk sifat kebersamaan siswa dalam lingkungannya, baik di sekolah maupun masyarakat. Pola pendekatan ini ditekankan pada aspek tingkah laku di mana guru hendaklah dapat menanamkan rasa kebersamaan, dan siswa dapat menyesuaikan diri baik dalam individu maupun sosialnya.
Bentuk-bentuk pengaplikasian pendekatan sosiologi telah disebutkan dalam Al-Qur’an seperti berikut:
a. Tolong menolong antar sesama. (QS. Al-Maidah ayat 2)
b. Kesatuan masyarakat. (QS. Al-Anbiya ayat 92)
c. Persaudaraan antar anggota masyarakat. (QS. Al-Hujurat ayat 10)
3. Pendekatan Antropologi
Antropologi berasal dari bahasa Yunani, yang asal katanya anthropos berarti manusia, dan logos berarti ilmu. Dengan demikian antropolog berarti ilmu tentang manusia. Para ahli antropologi (antropolog) sering mengemukakan bahwa antropologi merupakan studi tentang umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, dan untuk memperoleh pemahaman yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
Antropologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai sebuah ilmu tentang manusia, khususnya tentang asal-usul, aneka warna, bentuk fisik, adat istiadat dan kepercayaannya pada masa lampau. Antropologi sebagai sebuah ilmu kemanusiaan sangat berguna untuk memberikan ruang studi yang lebih elegan dan luas sehingga nilai-nilai dan pesan keagamaan bisa disampaikan pada masyarakat yang heterogen.
Edward Taylor mendefinisikan antropologi sebagai hasil prilaku yang pada gilirannya mengakumulasikan dan mentransimisikan pengetahuannya. Oleh karena kemampuannya yang khusus manusia itu maka ia dapat menyusun kembali lingkungan alamiahnya.
Dengan demikian, antropologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang manusia dan aneka warna bentuk fisiknya, masyarakat, dan kebudayaannya.
Dalam pendidikan Islam antropologi adalah suatu cabang ilmu yang membahas dan mempelajari tentang eksistensi manusia di bumi yang menjadi sasaran dan subjek pendidikan Islam.
Menurut Ahmad Marimba dalam Dimyati Huda, mengungkapkan bahwasanya pendidikan Islam adalah suatu bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian yang utama menurut ukuran-ukuran Islam. Konsep pendidikan yang seperti ini menekankan pada sistem nilai-nilai dalam Islam, seperti halnya mendasarkan segala apapun pada Tuhan atau Allah, dan sebagai pengakuan atas potensi diri setiap manusia untuk terus berkembang, serta sebagai pengamalan ilmu pengetahuan atas tanggung jawab kepada Tuhan dan masyarakat. Hal ini lah yang membedakan pendidikan Islam dengan pendidikan yang lainnya.
Pertama, kaitannya dengan dimensi spiritual pendidikan Islam saat ini harus dapat mengarahkan peserta didik menuju proses penyadaran pribadinya. Melalui penyadaran pribadinya tersebut, dalam semua hal manusia diharapkan tidak lagi mengatas namakan pihak lain, seperti atas nama Tuhan dan lain-lain. Dalam contoh nyata pendidikan Islam perlu diarahkan menuju penyadaran manusia bahwa nasib manusia di dunia bukan semata-mata sebagai kehendak Tuhan. Melainkan juga Sebago pilihannya sendiri, karena manusia mempunyai andil besar dalam memilih sebuah pilihan dalam kehidupan. Di dunia ini manusia memiliki posisi sebagai partner kerja Tuhan, yang artinya manusia mempunyai kebebasan untuk memilih dan melakukan tidakan. Melalui proses inilah seorang manusia diharapkan dapat menjadi seorang yang insan kamil, yaitu sebuah derajat tertinggi pada manusia dihadapan tuhan.

Kedua, dimensi selanjutnya adalah dimensi intelektual. Dalam hal ini pendidikan Islam harus menjadi proses penyadaran manusia bahwa setiap manusia dibekali Tuhan dengan kemampuan yang sama untuk memikirkan dunia. Oleh karena itu pendidikan Islam harus mengarahkan pada pembebasan pengelanaan intelektual yang penuh keberanian. Dalam hal ini, pendidikan Islam harus menjadi inspirasi baru bagi peserta didik untuk terus menerus menguasai bidang dan kawasan baru dalam dunia pengetahuan, serta tidak pernah mundur atau takut akan berbagai perangkap yang mungkin menghadang. Sementara itu, sehubungan dengan pengelanaan intelek yang bebas, hal itu akan menuntut dan lebih mengutamakan corak metode yang terbuka bagi keaktifan sendiri seorang peserta didik. Hal tersebut akan berimplikasi pada pembelajaran yang menghadapkan siswa atau peserta didik kepada situasi baru dan masalah baru yang mengundang mereka untuk belajar dengan penuh kesadaran akan tujuan digalinya dari sumber yang tersedia dalam lingkungan mereka. Peserta didik dituntut untuk mandiri dalam mengatasi dan memecahkan berbagai kesulitan yang muncul.
Peranan intelek dan pencarian ilmu pengetahuan patut kita hargai, karena hal tersebut merupakan suatu usaha dalam rangka mengatasi berbagai hambatan yang dihadapinya di alam semesta, disamping memperkaya dan memperluas jangkauan kehidupan kita juga mempertajam wawasan kita. Lebih dari itu bahwasanya menguasai sebuah ilmu pengetahuan masih mempunyai makna yang lebih dalam lagi, yaitu merupakan ibadat kepada Tuhannya.
Ketiga, dimensi moral. Dalam hal ini kebaikan bukan sekedar sesuatu yang didorongkan dan dipaksakan. Lebih dari itu kebaikan adalah suatu penyerahan diri yang tulus bebas dari citra susila dan hanya timbul dari kesediaan dirinya sendiri untuk berpartisipasi. Jika seorang yang seluruh gerak langkahnya ditentukan dari luar tidak akan menghasilkan suatu kebaikan yang hakiki.
Berdasarkan deskripsi di atas dapat kita katakan bahwasanya pendidikan tidak akan dapat menghasilkan tingkah laku susila yang memadai dengan hanya menyodorkan seperangkat materi ajar yang telah siap pakai, dan berharap akan secara langung dicerna untuk kemudian dituangkan ke dalam pelaksanaan secara otomatis oleh peserta didik. Perbuatan susila muncul dari kesediaan diri sendiri untuk berpartisipasi dan berkooperasi. Oleh karena itu, lembaga pendidikan atau sekolah hendaknya dibekali dengan kesempatan yang cukup dan penuh untuk terjun ke dalam kehidupan sosial guna mendapatkan pengalaman dan penghayatan sosial. Motivasi yang sehat yang digalinya dari kehidupan masyarakat sekitar hendaknya dimanfaatkan sekolah dalam menjalankan roda kegiatannya sehari-hari.
C. Hadis tentang Ragam Pendekatan dalam Pendidikan Islam
1. Pendekatan Psikologi
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ , قَالَ : أَخْبَرَنَا مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ , عَنِ ابْنِ شِهَابٍ , عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ , عَنْ أَبِيهِ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى رَجُلٍ مِنَ الأَنْصَارِ وَهُوَ يَعِظُ أَخَاهُ فِي الْحَيَاءِ , فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم دَعْهُ فَإِنَّ الْحَيَاءَ مِنَ الإِيمَانِ
Artinya: Abdullah bin Yusuf menyampaikan kepada kami, ia berkata : Malik bin Anas mengabarkan kepada kami, dari Ibnu Syihab, dari Salim bin ‘Abdullah, dari ayah nya, bahwasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam pernah melewati seorang laki-laki dari kaum Anshar yang sedang menasehati saudaranya dalam masalah rasa malu. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Biarkanlah dia, karena sesungguhnya rasa malu itu merupakan bagian dari iman.”
Keterangan Hadis: Nabi shalallahu alaihi wasallam melewati seorang laki-laki yang sedang menasehati saudara nya dikarenakan rasa malu , yaitu memberikan pelajaran kepada nya tentang buruk nya rasa malu hal itu terjadi karena laki laki Tersebut terlalu malu sehingga menghalangi dia dari mendapatkan hak hak nya, maka saudara nya pun mencela nya disebabkan hal itu.
Rasulullah shalallahu alaihi wassalam pun bersabda biarkan dia, maksud nya adalah biarkan dia diatas akhlak yang baik ini, maka sesungguhnya malu itu bagian dari iman karena dapat membentengi pemilik nya dari hal hal yang Allah larang.
Dan rasa malu itu ada dua macam : pertama rasa malu yang merupakan sebuah akhlak dan juga watak  tanpa adanya latihan. Dan hal itu merupakan akhlak yang mulia yang Allah berikan pada seorang hamba nya dan sehingga dapat menahannya dari melakukan keburukan dan berbuat akhlak yang buruk dan memotivasi nya untuk melakukan budi pekerti dan akhlak yang mulia.
kedua rasa malu yang didapat kan karena adanya latihan dari mengenal Allah dan mengenal keagungan Nya dan kedekatan NyA kepada hamba Nya, dan penglihatan nya atas mereka dan pengetahuan nya terhadap hal-hal yang kasat mata dan apa-apa yang tersimpan dalam dada. Dan ini merupakan cabang iman yang paling tinggi bahkan merupakan derajat Ihsan yang paling tinggi .
Pandangan Ulama : Ada beberapa ulama yang sangat memperhatikan pendekatan psikologi diantaranya Al-kindi, Al-fa’robi dll. Dan yang paling terkenal adalah imam Al-ghozali Dalam kitabya yang sangat fenomenal “Ihya ‘Ulumuddin” banyak membahas tntang jiwa dan perilaku manusia, membagi struktur kerohanian manusia dalam empat dimensi, yaitu hati (qolbu), ruh, (al-ruh), akal, (al-aql), dan nafsu (an-nafs). Menurutnya keempat unsure-unsur itu masing-masing memikiki dua arti yaitu arti jasmaniyah dan arti  ruhaniyah .
Keterkaitan dengan pendidikan: Dari hadist pendekatan psikologi diatas dapat disimpulkan bahwa rasa malu merupakan sifat dari kepribadian sehingga diantara hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pendidikan adalah kondisi kepribadian peserta didik. Karena sebagai pendidik kita harus bisa memberikan nasehat, motivasi ataupun materi yang cocok dengan umur dan kondisi psikis mereka. Dengan memperhatikan kondisi psikis nya maka akan mempermudah guru dalam memahamkan peserta didik kepada materi pembelajaran.
2. Pendekatan Sosiologi
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا مُعْرِّفُ بْنُ وَاصِلٍ عَنْ مُحَارِبِ بْنِ دِثَارٍ عَنْ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَيْتُكُمْ عَنْ ثَلَاثٍ وَأَنَا آمُرُكُمْ بِهِنَّ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا فَإِنَّ فِي زِيَارَتِهَا تَذْكِرَةً وَنَهَيْتُكُمْ عَنْ الْأَشْرِبَةِ أَنْ تَشْرَبُوا إِلَّا فِي ظُرُوفِ الْأَدَمِ فَاشْرَبُوا فِي كُلِّ وِعَاءٍ غَيْرَ أَنْ لَا تَشْرَبُوا مُسْكِرًا وَنَهَيْتُكُمْ عَنْ لُحُومِ الْأَضَاحِيِّ أَنْ تَأْكُلُوهَا بَعْدَ ثَلَاثٍ فَكُلُوا وَاسْتَمْتِعُوا بِهَا فِي أَسْفَارِكُمْ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada kami Mu'arrif bin Washilah dari Muharib bin Ditsar dari Ibnu Buraidah dari Ayahnya ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihiwasallam bersabda: "Aku larang kalian dari tiga hal dan aku perintahkan kalian tiga hal tersebut. Aku telah melarang kalian dari ziarah kubur, sekarang lakukanlah karena di dalamnya terdapat peringatan. Aku telah melarang kalian dari meminum beberapa minuman kecuali jika minuman tersebut berada dalam geriba kulit. Minumlah dari segala bejana, tetapi jangan kalian minum sesuatu yang memabukkan. Dan aku telah melarang kalian dari memakan daging kurban setelah tiga hari, sekarang makan dan nikmatilah dalam perjalanan kalian!"
Keterangan Hadist : Adanya penghapusan hukum yang lama dengan hukum yang baru memiliki hikmah yang besar dari Allah, maka dialah pencipta yang menentukan hukum awal dan akhirnya dan menentukan hal ini pada waktu ini dan menentukan hal itu pada waktu itu . Karena adanya hikmah yang sempurna dan adanya keilmuan Allah yang sangat luas. Dan pada hadis ini Nabi shalallahu alaihi wasallam menjelaskan beberapa hukum yang sudah di nash, diantaranya : pertama, tentang ziaroh kubur, pada awalnya dilarang oleh nabi shalallahu alaihi wasallam dikarenakan masih dekat dengan zaman jahiliah sehingga dikhawatirkan mereka akan melakukan dan mengamalkan perkara perkara yang menyelisihi Islam seperti mengagungkan kuburan dan selainnya maka ketika Islam sudah terpatri dalam diri mereka dan sudah hilang pengaruh pengaruh jahiliah maka dibolehkan bagi mereka untuk berziarah kubur karena hal itu bisa melembutkan hati mereka dan membuat mereka itu Zuhud terhadap dunia dan mengingat hari akhirat. kedua, tentang daging qurban yang pada awalnya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam melarang bagi pemilik Qurban untuk menyimpan dagingnya lebih dari tiga hari. Hal itu disebabkan karena keadaan orang orang tersebut masih miskin, maka Rasulullah memerintahkan untuk bersedekah dengan daging qurban tersebut setelah 3 hari kepada orang yang membutuhkan, maka ketika orang orang yang sudah berkecukupan dan tidak miskin lagi maka Rasulullah memerintahkan mereka untuk memakan daging qurban kapanpun mereka mau. Ketiga, Yaitu tentang larangan Rasulullah dari meminum pada bejana, hal itu disebabkan bejana bejana tersebut pada zaman dahulu kebanyakan berisi anggur dan minuman yang memabukkan membahayakan peminumnya. Namun seiring perkembangan zaman ternyata bejana tersebut tidak hanya untuk mengisi minuman yang memabukkan saja, bahkan mentega pun biasa diisikan ke dalamnya sehingga muncullah pembolehan minum dari bejana apa saja, dengan syarat asal isi dari bejana/minuman nya tidak memabukkan .
Pandangan Ulama : Diantara ulama yang memberikan pandangan nya terhadap pendekatan ini adalah ibnu kholdun dalam bukunya dia menyebutkan melalui Muqaddimah secara panjang lebar ia memaparkan ide-idenya tentang masyarakat yang diamatinya pada saat itu. Ia menggambarkan tanda-tanda kemunduran Islam dan jatuh bangunnya kekhalifahan melalui pengalamannya selama mengembara ke Andalusia dan Afrika utara. Dalam Muqaddimah tersebut terdapat tiga pokok bahasan. Pertama, pengantar, bab kedua sejarah umum, dan bab ketiga sejarah maroko (Magrib).
Keterkaitan dengan pendidikan : Dari hadis pendekatan sosiologi diatas dapat disimpulkan bahwa diantara hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pendidikan adalah komunikasi anatara pendidik dan peserta didik agar tercipta suasana yang belajar menyenangkan, karena hal tersebut bisa mempengaruhi hasil belajar siswa. Disamping komunikasi ada juga hal lain yaitu teknologi dan media masa, keduanya dapat berpengaruh terhadap kondisi sosial seorang anak dengan pendidikannya bahkan lebih dari itu dapat berdampak kepada hubungan nya dengan keluarga, sekolah ataupun masyarakat. Maka Peran pendidik atau guru sangat besar dalam meningkatkan kualias kompetensi siswa. Dalam mengajar ia harus mampu membangkitkan potensi diri, memotivasi, mendorong siswa melalui pembelajaran yang kreatif dan kontekstual.  Dengan menggunakan pendekatan pendidikan diatas, maka pendidikan akan berjalan lebih baik dari sebelumnya dan peserta didik lebih memiliki nilai-nilai pendidikan Islam didalam dirinya .
3. PendekatanAntropologi
حدثنا يحيى بن قزعة حدثنا مالك عن ابن شهاب عن سعيد بن المسيب عن أبي هريرة أن رجلا أتى النبي صلى الله عليه وسلم فقال يا رسول الله ولد لي غلام أسود فقال هل لك من إبل قال نعم قال ما ألوانها قال حمر قال هل فيها من أورق قال نعم قال فأنى ذلك قال لعله نزعه عرق قال فلعل ابنك هذا نزعه
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Quza'ah Telah menceritakan kepada kami Malik dari Ibnu Abbas dari Sa'id bin Al Musayyab dari Abu Hurairah bahwa seorang laki-laki mendatangi Nabi shallallahu 'alaihiwasallam dan berkata, "Wahai Rasulullah, isteriku telah melahirkan anak yang berkulit hitam." Beliau bertanya: "Apakah kamu memiliki beberapa ekor Unta?" laki-laki itu menjawab, "Ya." Beliau melanjutkan bertanya: "Lalu apa saja warna kulitnya?" Ia menjawab, "Merah." Beliau bertanya lagi: "Apakah di antara Unta itu ada yang berkulit keabu-abuan?" laki-laki itu menjawab, "Ya." Beliau bertanya: "Kenapa bisa seperti itu?" laki-laki itu menjawab, "Mungkin itu berasal karena faktor keturunan." Beliau bersabda: "Mungkin juga anakmu seperti itu (karena faktor keturunan)."
Keterangan Hadist :Tentang menjaga kehormatan dan keturunan termasuk dari tujuan tujuan syariat Islam yang besar, maka dari situ lah tidak dibolehkan melakukan penuduhan Secara langsung tanpa adanya bukti yang jelas. Seperti inilah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam melaksanakan hal tersebut terhadap orang arab Badui yang datang kepadanya, dia berkata kepada Rasulullah sesungguhnya istri ku itu melahirkan anak yang hitam sehingga aku pun mengingkari nya, maksudnya yaitu aku mengingkari disebabkan bahagiamana bisa anak ku itu berkulit hitam dan kemudian dia menunjuk kepada anak ini bahwa dia bukan anaknya. Maka Nabi berkata kepadanya apakah engkau memiliki onta ? Maka laki-laki tadi menjawab iya , maka Rasulullah bertanya lagi, apa warna onta nya ? Maka laki-laki tadi menjawab warna nya merah, kemudian Rasulullah bertanya lagi apakah dia memiliki warna kulit coklat agak hitam , maka laki-laki tadi menjawab iya sesungguhnya ada anaknya yang warnanya seperti itu, maka Rasulullah bertanya lagi, lalu menurut mu  dari mana kah anak onta tersebut bisa muncul berbeda? Sedangkan onta mu itu warnanya merah. Maka laki-laki tadi menjawab keturunan dari kakek nya. Maksudnya yaitu warnanya merupakan salah satu dari onta yang berasal dari nasab nya. Maka Rasulullah menyimpulkan dan mungkin anak mu merupakan keturunan dari kakek atau nenek mu. Dalam hadis ini disebutkan bagusnya pengajaran Nabi shalallahu alaihi wasallam yang mana dia menyerupakan suatu hal yang sudah diketahui dengan asal yang jelas agar si penanya itu faham, maka beliau telah menyerupakan orang arab yang mengingkari warna kulit dari anaknya dengan anak onta, maka menjadi jelas lah Dengan apa yang dimaksud bahwasanya onta yang merah itu dapat menghasilkan anak onta yang coklat kehitaman. Maka seperti itulah seorang perempuan yang putih dapat melahirkan anak yang hitam, maka disinilah menggunakan kiasan .
Pandangan Ulama : Ada beberapa ulama yang memberikan pandangan nya terhadap pendekatan ini, diantaranya Al-Biruni yang mendapat julukan ahli Antropologi yang pertama dengan bukunya yang terkenal Kitab al-Hind. Ia melakukan penelitian selama 13 tahun (1017 – 1031). Metode yang digunakan al-Biruni mengambil bahan dari sumber Hindu, ia memahami bahasa Sansekerta disamping sumber-sumber sekunder yakni karya-karya terjemahan cendekiawan Arab dan Persia. Ia menyajikan gambaran-gambaran peradaban India sebagaimana yang dilukiskan orang India sendiri, sehingga karyanya dapat memenuhi standar dan untuk masa itu dinilai sebagai kajian yang terbaik mengenai agama Hindu, sains, dan adat istiadat India pada abad pertengahan .
Keterkaitan dengan pendidikan : Dari hadist pendekatan antropologi diatas dapat disimpulkan bahwa diantara hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pendidikan adalah moral, hasrat, budaya dan apa apa yang ada disekelilingnya. Karena budaya ataupun moral yang berkembang antara tiap daerah dengan daerah lain nya berbeda, seperti budaya di indonesia saat guru mau mengapresiasi murid yang berprestasi makan akan diajak bersalaman dahulu, sedangkan di arab guru jika akan mengapresiasi murid yang berprestasi makan akan dikecup keningnya. Tentu hal itu akan menjadi tabu jika di terapkan di indonesia.







BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan
pendekatan pendidikan Islam adalah suatu proses perbuatan mengubah tingkah laku indivdu pada kehidupan pribadi, akal yang berlandaskan nilai-nilai tertentu di masyarakat dan alam sekitarnya dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara berbagai profesi asasi dalam masyarakat. Ada beberapa pendekatan diantaranya pendekatan psikologi yaitu hal-hal yang berkaitan dengan kepribadian seseorang, diantara ulama yang sudah mengupas banyak hal tentang ini adalah imam Al-ghozali. lalu pendekatan sosiologi yaitu hal-hal yang berkaitan dengan interaksi manusia baik dengan keluarga, sekolah ataupun masyarakat. Diantara ulama yang sudah bercerita banyak tentang hal ini adalah Ibnu Kholdun. dan terakhir pendekatan antropologi yaitu hal-hal yang berkaitan dengan budaya yang berkembang di masyarakat. Diantara ulama yang sudah mengemukakan banyak hal tentang hal ini adalah Al-Biruni. Dengan adanya berbagai macam pendekatan diatas maka diharapkan pendidikan dapat berjalan dengan baik dan bisa mencapai tujuan secara optimal sehingga bisa tertanam nilai-nilai pendidikan Islam di dalam jiwa mereka.

B. Saran
Hendaknya para pembaca lebih banyak lagi membaca buku-buku yang berkaitan dengan ragam pendekatan dalam hadist tabawi diatas supaya makin faham dan jelas, mengingat keterbatasan dan terlalu ringkasnya pemakalah dalam menyajikan. Kritik dan saran sangat diharapkan agar kedepannya kami semakin membaik dan semangat lagi.

Post a Comment

0 Comments