About Me

Menuang Rasa , Merajut Asa
>Abid Nurhuda

Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran







Makalah Pembelajaran Saintifik
Pembelajaran Saintifik





BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan kurikulum 2013, istilah pendekatan ilmiah menjadi pada pelaksanaanya menjadi pembahasan menarik. Yang melatar belakangi pentingnya materi ini karena lulusan dari pendidikan dasar dan menengah belum mampu berfikir kritis. Disadari bahwa guru-guru perlu memperkuat kemampuannya dalam memfasilitasi siswa agar lebih berfikir logis, sistematis, dan ilmiah. Tantangan ini memerlukan ketrampilan guru memerlukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah atau saintifik.
Makalah ini akan sedikit membahas berkenaan dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran, dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca khusunya para pendidik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian model pembelajaran saintifik?
2. Bagaimana model pendekatan pembelajaran saintfik?
3. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran dengan pedekatan saintifik?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian model pembelajaran saintifik
2. Mengetahui model pendekatan pembelajaran saintfik
3. Mengetahui langkah-langkah pembelajaran dengan pedekatan saintifik







BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Saintifik
Pendekatan atau metode saintifik (scientific) pertama kali diperkenalkan ke ilmu pendidikan Amerika pada akhir abad ke-19 sebagai penekanan pada metode laboratorium formalistik yang mengarah pada fakta-fakta ilmiah.Pendekatan saintifik ini memiliki karakteristik “doing science”. Metode ini memudahkan guru atau pengembang kurikulum untuk memperbaiki proses pembelajaran, yaitu dengan membagi proses ke dalam langkah-langkah atau tahapan-tahapan secara terperinci yang memuat instruksi untuk siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hal inilah yang menjadi dasar dari pengembangan kurikulum 2013 di Indonesia.
Pendekatan saintifik atau lebih umum dikatakan pendekatan ilmiah merupakan pendekatan dalam kurikulum 2013. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologi) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.
Tabel 1. Lintasan perolehan aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan
Sikap Pengetahuan Keterampilan
Menerima Mengingat Mengamati
Menjalankan Memahami Menanya
Menghargai Menerapkan Mencoba
Menghayati Menganalisis Menalar
Mengamalkan Mengevaluasi Menyaji
Mencipta Mencipta

Dari penjelasan yang telah dijelaskan di atas dapat diartikan bahwa pendekatan pembelajaran saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.
Pendekatan saintifik merupakan salah satu pendekatan pembelajaran ilmiah. Majid mengungkapkan bahwa penerapan pendekatan saintifik bertujuan untuk pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru.
Daryanto mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapantahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
 Pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang berpusat kepada peserta didik agar peserta didik. Secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapantahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.

B. Model Pendekatan Pembelajaran Saintifik
Secara bahasa model berarti rencana,deskripsi yang menjelaskan tentang suatu objek, sistem atau konsep yang berupa penyederhanaan. Dapat diartikan, model pembelajaran adalah suatu rencana konseptual yang berisi strategi, pendekatan, metode, serta teknik pembelajaran yang telah disusun oleh tenaga pendidik. Dalam pendekatan saintifik terdapat empat model pembelajaran yang dapat diterapkan, antaranya:
1. Model pembelajaran berbasis proyek
Proyek artinya sebuah kegiatan sistematis yang telah ditetapkan pada awal dimulainya pekerjaan dan waktu penyelesaiannya untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan sumber daya serta metode yang ditetapkan. Pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning /PjBL) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media pembelajaran. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan mencari informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Dalam pembelajaran berbasis proyek keberadaan masalah menjadi langkah awal untuk mengumpulkan dan menginter pretasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalaman dalam beraktivitas secara nyata, yaitu dalam proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis proyek dirancang dan digunakan dalam permasalahan yang komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan investigasi dan memahaminya. Melalui PjBL proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan penuntun dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Padasaat pertanyaan terjawab secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBL  merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.
Pembelajaran berbasis proyek dapat dikatakan sebagai operasionalisasi konsep “pendidikan berbasis produksi” yang dikembangkan di sekolah menengah kejuruan (SMK) karena SMK sebagai institusi yang berfungsi untuk menyiapkan lulusan untuk bekerja didunia usaha dan industri harus dapat membekali peserta didiknya dengan “kompetensi terstandar” yang dibutuhkan untuk bekerja dibidang masing-masing. Dengan pembelajaran berbasis produksi peserta didik di SMK diperkenalkan dengan suasana dan makna kerja yang sesungguhnya di dunia kerja. Dengan demikian model pembelajaran yang cocok untuk SMK  adalah pembelajarn berbasis proyek.
Menurut Daryanto, pembelajaran berbasis proyek memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja.
b. Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik.
c. Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan.
d. Peserta didik secara kolaboratif bertanggung jawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan proses evaluasi yang dijalankan secara kontinue.
e. Peserta secara berkala melakukan aktivitas yang sudah dijalankan. Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif, situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
Dengan demikian peran tenaga pendidik dalam model pembelajaran berbasis proyek sebagai fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari peserta didik. Dalam proses pembelajaran peserta didik yang melaksanakan proyek pembelajaran dengan arahan tenaga pendidik.
2. Model pembelajaran berbasis masalah
Model pembelajaran berbasis masalah sekilas sama dengan pembelajaran berbasis proyek. Namun juga terdapat perbedaan mendasar yang telah menjadi karakteristik tersendiri. Problem Based Learning (PBL) dirancang dengan menghadirkan masalah-masalah yang kemudian peserta didik mendapat pengetahuan penting dari masalah yang dimunculkan. Lebih lanjut, peserta didik diharapkan mahir dalam memecahkan masalah dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim untuk menyelesaikan masalah secara kelompok. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang relevan dalam kehidupan. Konsep ini sesuai dengan defnisi masalah, sesuatu yang sulit dihadapi atau dimengerti.
Pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world) dalam situasi belajar bersama di sekolah. Karakteristik pembelajaran berbasis masalah lebih menantang peserta didik untuk "belajar bagaimana belajar", bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.
3. Model pembelajaran berbasis penemuan
Model pembelajaran penemuan (Discovery Learning), merupakan suatu proses pembelajaran yang dihadapkan dengan masalah-masalah tidak nyata atau hasil rekayasa guru guna mengantarkan peserta didik menemukan pemecahan masalah terhadap masalah tersebut. Dengan adanya model pembelajaran ini, peserta didik dapat merumuskan dan menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, dimana, bagaimana, dan mengapa. Dan dengan model ini juga dapat memberikan ruang untuk mengembangkan keterampilan berimajinasi.
4. Model pembelajaran berbasis inkuiri
Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peransiswa dalam pembelajaran ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan tenaga pendidik, berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inquiri adalah keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran, dan mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.

C. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang menggunakan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran pembelajaran saintifik menyentuh tiga ranah pembelajaran, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pendekatan pembelajaran saintifik sebagaimana yang dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, dan mengkomunikasikan untuk semua mata pelajaran.
1. Mengamati
Mengamati adalah kegiatan paling utama dari manusia. Manusia dengan inderanya mengamati lingkungan sekitar baik alam maupun lingkungan sosial dan kebudayaan untuk membentuk pengetahuan yang akan menjadi modal dia bertahan dalam hidup. Kegiatan mengamati sangat bermanfaat untuk memenuhi rasa ingin tahu peserta didik.
Dalam pandangan islam wahyu pertama yang diturunkan merupakan bukti bahwa manusia harus melakukan proses pembelajaran. Kata “اقرا” pada ayat pertama surat Al-Alaq menunjukkan arti menghimpun yang dapat dapat diartikan membaca. Makna membaca yang terkandung adalah bagian dari proses menyerap ilmu pengetahuan. Dalam pembelajaran saintifik, membaca merupakan rangkaian pembelajaran inti, yang masuk dalam rangkaian kegiatan mengamati makna yang terkandung dalam membaca pada ayat tersebut memiliki aneka ragam arti, yaitu menyampaikan, menelaah membaca, mendalami, meneliti, dll.
Proses pembelajaran diawali dari hal yang sederhana yaitu mengamati, hal ini sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Nabi Ibrahim ketika mencari Tuhannya. Diawali dengan melihat bintang-bintanng, bulan, dan matahari, kemudian menyimpulkan ada sesuatu Yang Maha Besar dibalik dari ciptaan tersebut. Proses pembelajaran yang dilakukan Nabi Ibrahim sejalan dengan proses pembelajran yang diawali dengan mengamati. Dalam kegiatan ini Nabi Ibrahim memperhatikan, melihat, mengamati ciptaan-Nya, kemudian menganalisis lalu menyimpulkan. Pembelajaran yang dilakukan seperti contoh diatas merupakan proses menghasilkan pengetahuan kemudian diaplikasikan dalam bentuk praktik dan perbuatan.


2. Menanya
Langkah kedua dalam pembelajaran saintifik adalah bertanya. Bertanya disini merupakan pertanyaan dari guru maupun dari murid, lewat hal ini dapat menumbuhkan keakraban antar guru dan murid. Dalam proses pembelajaran bertanya adalah bagian yang sangat penting, karena memberikan interaksi positif antara pendidik dan peserta didik, maupun peserta didik dengan peserta didik. Interaksiinimemberikankomunitassosial dalam membentuk budaya yang baik.
Proses pembelajaran yang berbasis pertanyaan ini dapat dikembangkan dalam beberapa bentuk metode pembelajaran, seperti teknik tanya jawab dan student question. Teknik ini juga menstimulus peserta didik untuk lebih memperhatikan pada informasi yang sedang diberikan. Selain memberikan stimulus, teknik tanya jawab dapat menjadi ice breakingyang dapat menumbuhkan konsesntrasi dan fokus siswa terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
3. Mencoba
Hasil belajar yang nyata akan diperoleh peserta didik dengan mencoba melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang ssuai. Misalnya pada mata pelajaran aqidah akhlak peserta didik harus memahami konsep aqidah, akhlak, dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
4. Mengolah Informasi (Asosiasi)
Pengembangan asosiasi dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui proses peniruan. Kemampuan peserta didik dalam meniru respons menjadi pengukit utama aktivitas belajarnya. Teori asosiasi ini dangan efektif menjadi landasan menanamkan sikap ilmiah dan motivasi pada peserta didik berkenaan nilai-nilai instrinsik dari pembelajaran partisipatif. Melalui cara ini peserta didik akan melakukan peniruan terhadap apa yang menjadi observasinya dari kinerja guru dan teman kelasnya.
Proses pembelajaran berikutnya adalah mengajak peserta didik untuk berfikir yang logis dan sistematis. Peserta didik diajak untuk belajar berfikit kritis dan berfikir ilmiah berdasarkan fakta-fakta empiris.
5. Mengkomunikasikan
Langkah yang kelima adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan hasil percobaan dan asosiasinya kepada peserta didik lain ataupun guru untuk mendaptkan tanggapan. Langkah ini memberikan keuntungan terhadap peserta didik dalam meningkatkan percaya diri dan kesungguhan dalam belajar. Melalui cara mengkomunikasikan hasil percobaan dana sosiasi yang telah dilakukan peserta didik dalam proses pembelajaran akan memperkuat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah disajikan dalam pembelajaran.





BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. Dalam pendekatan saintifik terdapat empat model pembelajaran yang dapat diterapkan, antaranya: model pembelajaran berbasis proyek, model pembelajaran berbasis masalah, model pembelajaran berbasis penemuan, dan model pembelajaran berbasis inkuiri. Pendekatan pembelajaran saintifik terdapat beberapa langkah, antaranya: meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, dan mengkomunikasikan untuk semua mata pelajaran.

B. Saran
Makalah yang kami susun ini tentunya tidak lepas dari kesalahan, kami sebagai penyusun meminta maaf. Dan kami harap pembaca berkenan memberikan kritik dan saran yang membangun agar menjadi lebih baik. Atas kritik dan sarannya kami ucapkan terimakasih.









DAFTAR PUSTAKA

Fadhliturrahmi. 2017. Penerapan Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Peserta Didik di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol. 9. No. 2.
HM. Musfiqon dan Nurdyansyah. 2015. Pendekatan Pembelajaran Saintifik. Sidoarjo: Nizamia Learning Center.
Setiawan, Dika. 2017. Pendekatan Saintifik dan Penilaian Autentik Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Al-Asasiyya: Journal of Basic Education. 1 (2). 34-46.
Shamady, 4 Macam Pembelajaran yang Memperkuat Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013, Diakses di https://shamadyweb.blogspot.com/2017/08/4-macam-model-pembelajaran-yang.html?m=1, pada tanggal 02 Maret 2020 pukul 10.27.
Susilana, Rudi dan Heli Ihsan. 2014. Pendekatan Sintifik dalam Implementasi Kurikulum 2013 Berdasarkan Kajian Teori Psikologi Pelajar, Edutech. 1 (2). 183-195.

Post a Comment

0 Comments