QS |
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam
sebagai agama dakwah melalui ajarannya telah memberikan solusi alternatif dalam pemecahan masalah. Dakwah pada
hakekatnya merupakan upaya untuk mempengaruhi seseorang dalam bertindak dan
berperilaku. Dengan dakwah diharapkan mampu mengubah kepribadian secara
individu maupun kolektif.
Dalam
pengertian immaterial, dakwah
sebagai aktivitas yang mampu melakukan perubahan perilaku dan pola pikir,
sehingga orientasi pemikiran manusia menuju ke arah yang lebih positif. Oleh
Karena itu dakwah dalam Islam adalah aktivitas yang sangat mulia dalam istilah al-Qur’an yakni perkataan
dan perbuatan yang terbaik.
Dalam
Islam, sasaran dakwah adalah seluruh umat manusia (masyarakat). Keberhasilan
dakwah ditentukan oleh faktor-faktor yang berpengaruh, salah satunya adalah
adanya lingkungan mad’u yang dikenal sebagai masyarakat.
B.
Rumusan
Masalah
a. Bagaimana penafsiran dan kandungan ayat Q.S Surah Al –
Lahb?
b. Bagaimana
problematika dakwah dalam Q.S Surah Al – Lahb?
c. Bagaimana penafsiran dan kandungan ayat Q.S Surah An -
Nashr?
d. Bagaimana
problematika dakwah dalam Q.S Surah An - Nashr?
C.
Tujuan
Pembahasan
a.
Untuk mengetahui penafsiran dan kandungan ayat Q.S Surah Al –
Lahb.
b.
Untuk mengetahui problematika dakwah dalam Q.S Surah Al – Lahb.
c.
Untuk mengetahui penafsiran dan kandungan ayat Q.S Surah An –
Nashr.
d. Untuk
mengetahui problematika dakwah dalam Q.S
Surah An – Nashr.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Q.
S. AL - Lahb
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ
وَتَبَّ (1) مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ (2) سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ
لَهَبٍ (3) وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ (4) فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ
مَسَدٍ (5)
Artinya :
Binasalah
kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah
kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke
dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang
di lehernya ada tali dari sabut.
Surat ini terdiri atas 5 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah,
diturunkan sesudah surat Al Fath. Nama Al Lahab diambil dari kata Al Lahab yang terdapat
pada ayat ketiga surat ini yang artinya gejolak api. Surat ini juga dinamakan
surat Al Masad (sabut penjerat).
Pokok-pokok isinya: Cerita Abu Lahab dan isterinya yang menentang Rasulullah
s.a.w. Keduanya akan celaka dan masuk neraka. Harta Abu Lahab, tak berguna
untuk keselamatannya demikian pula segala usaha-usahanya.
Al-Biqa’i menegaskan bahwa tujuan utama suarah ini adalah memastikan
kerugian sang kafir walaupun dia adalah orang yang paling dekat hubungan
kerabatnya kepada manusia yang paling beruntung ( Nabi Muhammad SAW ). Ini
menunjukkan bahwa Allah yang menetapkan ajaran agama yang menyandang keagungan yang
tidak dapat dilukiskan. Dia melakukan apa yang dia kehendaki, karena tidak ada
yang serupa dengann-Nya. Itu untuk mendorong manusia meyakini ajaran Tauhid.
1. Asbabun Nuzul
Suatu ketika Rasulullah SAW mendaki bukit shafa di Mekkah, untuk berseru
mengisyaratkan akan adanya bahaya yang mengancam. Maka berkumpullah sejumlah
penduduk Mekkah termasuk Abu Lahab. Nabi SAW antara lain bersabda: “Seandainya
aku menyampaikan kepada kamu bahwa akan ada musuh yang menyerang di pagi atau
sore hari, apakah kamu akan mempercayaiku?” Mereka menjawab bahwa: “Kami tidak
pernah mengetahiu kamu berbohong”. Nabi SAW kemudian menjelaskan kepada mereka
tentang ancamam hari Akhir yang akan mereka hadapi , jika mereka
mengabaikan tuntunan Allah. Mendengar itu Abu Lahab berseru: “Binasalah
engkau sepanjang hari! Apakah untuk itu engkau mengumpulkan kami?” Maka
turunlah surah ini. ( Al-Mishbah : 2002 : 596 )[1]
Peristiwa diatas diperkirakan
terjadi pada tahun IV setelah kenabian. Ada juga yang meriwayatkan bahwa suatu
ketika Abu Lahab datang kepada Nabi bertanya apa yang akan diperoleh jika dia
memeluk Islam ? Nabi menjawab: “Seperti yang diperoleh kaum muslimin” Abu Jahl
menjawab: “Celakalah agama ini, bila aku dipersamakan dengan mereka”. Maka
turunlah ayat ini. ( Al-Mishbah : 2002 : 596 )
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa
istri Abu Lahab menyebarkan duri-duri di tempat yang akan dilalui Nabi SAW.
Ayat ini ( Q.S. Al-Lahab : 1-4 ) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut,
yang melukiskan bahwa orang yang menghalang-halangi dan menyebarkan permusuhan
terhadap Islam akan mendapat Siksaan Allah. (ASbabun Nuzul : 2002 : 688 )
Adapun munasabah surah Al-Lahab
dengan surah sebelumnya yaitu surah An-Nasr bahwa menerangkan tentang
kemenangan yang diperoleh Nabi Muhammad SAW dan pengikut-pengikutnya. Sementara
pada surah ini Allah menjelaskan tentang kebinasaan dan siksaan yang akan
diderita oleh Abu Lahab dan istrinya sebagai orang-orang yang menentang Nabi
Muhammad SAW. Dan munasabah surah ini dengan surah sesudahnya yaitu surah Al-Ikhlas
yang mengemukakan bahwa Tauhid dalam Islam adalah Tauhid yang
semurni-murninya. ( Al-‘Usyr Al-Akhir : - : 75 )
2. Tafsir Surah Al - Lahb
تَبَّتْ
يَدَااَبِيْ لَهَبٍ وَّتَبَّ (۱)
“binasalah kedua tangan
abu lahabdan benar-benar binasa dia!
(تَبَّتْ) maksudnya adalah kebinasaan dan kerugian
besar, sesatlah perbuatannya dan apa yang ia kerjakan. Sedangkan (وَتَبَّ) maksudnya sungguh telah merugi/binasa dan
kebinasaannya serta kehancurannya benar-benar terjadi. Allah ‘Azza wa Jalla memulai firmanNya
dengan menyebutkan (تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ)
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab” sebelum menyebutkan diri Abu Lahab
karena tanganlah yang digunakan untuk berbuat, bekerja, mengambil sesuatu dan
memberinya.
مَااَغْنَى
عَنْهُ مَالُهُ وَمَاكَسَبَ (۲)
“Tidaklah
berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan”
Huruf
(مَا) dalam ayat ini adalah adalah huruf (مَا) istifhamiyah/pertanyaan sehingga maknanya
‘apakah ada manfaat harta dan apa yang ia usahakan ?’ maka jawabannya adalah
tidak sama sekali. Huruf (مَا) juga dapat bermakna
nafiyah/penolakan. Sehingga maknanya tidak bermanfaat baginya harta dan apa
yang ia usahakan. Kedua makna ini saling berkaitan, harta yang dimiliki dan apa
yang ia usahakan tidak bermanfaat sedikitpun baginya padahal menurut kebiasaan
bahwa harta dan apa yang ia usahakan memberikan manfaat bagi pemiliknya.
Walaupun demikian apa yang ia miliki tidaklah dapat menyelamatkannya dari siksa
neraka. Sebagian ulama menafsirkan (مَا كَسَبَ)
“apa yang dia usahakan” dengan anak. Sehingga maknanya “tidaklah
bermanfaat baginya harta dan anaknya”. Yang lebih tepat bahwa ayat menunjukkan
keumuman sehingga termasuk di dalamnya anak, harta yang diusahakan, kemuliaan
dan kedudukan yang berusaha ia raih. Sehingga seluruh yang ia usahakan baik
berupa kemuliaan dan kewibawaan maka itu semua tidak bermanfaat sedikitpun
untuk menyelamatkannya dari neraka.[2]
سَيَصْلَى
نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ (۳)
“Kelak
dia akan masuk kedalam api yang bergejolak (neraka)”
Huruf sin (س)
pada kata (سَيَصْلَى) merupakan tanfis
yang menunjukkan akan benar-benar terjadi dan dalam waktu yang dekat. Maksudnya
Abu Lahab akan benar-benar dimasukkan ke neraka yang bergejolak dalam waktu
yang dekat. Karena selama apapun seseorang hidup di dunia jika dibandingkan
dengan akhirat maka hal itu akan sangat dekat/singkat12.
Disebutkan bahwa sebelum meninggalnya Abu Lahab
diserang penyakit yang sangat akut. Penyakit tersebut adalah penyakit yang
disebut (العدسة) sejenis bisul. Pada
saat itu orang arab sangat menjauhi orang yang terkena penyakit ini sebagaimana
mereka menjauhi orang yang terkena penyakittha’un/pes. Sehingga ketika
dia telah meninggal tidak ada seorangpun yang sanggup memandikannya hingga pada
hari ketiga, anaknya mengguyur jasadnya dari kejauhan.
وَّامْرَاَتُهُ
حَمَّا لَةَ الْحَطَبِ (٤)
“Dan
(begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (pembawa fitnah)”
Istri Abu Lahab merupakan salah seorang wanita terpandang
di kalangan Quraisy*. Dia adalah Ummu Jamiil namanya Arwaa bintu Harbu bin
‘Ummayyah. Dia adalah saudara perempuan Abu Sufyan. Istri Abu Lahab ini
termasuk orang yang membantunya dalam kekafiran dan penentangannya kepada
risalah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Oleh karena itulah dia
kelak akan bersama suaminya di hari qiyamat di dalam adzab neraka jahannam.
(حَمَّالَةَ) merupakan bentuk sighah
muballaghah yang menunjukkan banyak. Disebutkan bahwa ia membawa
banyak kayu berduri yang akan diletakkan di jalan yang dilalui Nabi Shallallahu
‘alaihi wa Sallam dengan tujuan untuk mengganggu beliau.[3]
فِيْ جِيْدِهَا حَبْلٌ مِّنْ مَّسَدٍ (٥)
“Dilehernya
ada tali dari sabut yang dipintal”
Yakni dia pergi ke gurun dengan membawa tali dari sabut
untuk membawa kayu-kayu berduri yang akan ia letakkan di jalan yang dilalui
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Jika kita lihat dengan teliti berdasarkan penafsiran
di atas terlihat bertapa istri Abu Lahab ini memiliki tekad yang sangat kuat
untuk menganggu dakwah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam karena
ia rela mengorbankan dirinya dengan segala kehormatan yang dimilikinya. Namun
demikian ia tanggalkan semuanya demi mengganggu dakwah Nabi Shallallahu
‘alaihi wa Sallam dan membantu suaminya. Diriwayatkan dari Ats
Tsauriy Rahimahullah, beliau mengatakan (حَبْلٌ
مِنْ مَسَدٍ), “Adalah kalung dari api, yang panjangnya 70 hasta”.
Dalam surat Al- Lahab ini, ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik,
diantaranya:
3. Problematika Dakwah yang Mucul
Pada dasarnya,
orang-orang Quraisy mempercayai kebaikan pribadi Rasulullah saw. Hal ini dapat diketahui dari sikap
mereka.[4]
a. Dengan suara bulat, mereka memberi
gelar Al-Amin kepada beliau ketika beliau berhasil meredam pertikaian diantara
mereka. Pada saat itu mereka bertikai tentang peletakan kembali Hajar Aswad
pada dinding ka’bah.
b. Ketika mereka ditanya, bagaimana pendapat
kalian seandainya aku beri tahu bahwa musuh akan datang besok pagi atau petang,
apakah kalian percaya kepadaku? “mereka menjawab, “pasti kami percaya. Kami
tidak mengenalmu, kecuali sebagai orang yang jujur.”
Kebencian
mereka muncul setelah beliau menyatakan diri sebagai utusan Allah SWT.
Orang-orang kafir quraisy sudah mengira bahwa beliau akan meninggalkan agama
nenek moyang yang sudah menjadi keyakinan mereka.
Problematika
dakwah yang tersirat pada surah Al-Lahab ialah :
a. Sikap penolakan masyarakat quraisy terhadap
agama yang dibawa Rasulullah SAW.
b. Penolakan secara tegas terhadap dakwah
Rasulullah SAW justru dimotori oleh kerabat beliau sendiri, yakni paman beliau
yang bernama Abu Lahab.
c. Cemoohan yang disampaikan oleh paman beliau
sendiri dengan pernyataan bahwa beliau akan mendapatkan kecelakaan.
d. Rintangan dari Ummi Hani istri abu Lahab yang
selalu menghalangi jalan dakwah dengan membuang duri dijalan dan menyebarkan
fitnah terhadap beliau.
e. Tekanan dari
kaum kafir quraisy terhadap beliau dan pengikutnya.
4. Hikmah Surah Al – Lahb
1. Surat ini merupakan salah
satu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Dimana Allah menurunkan surat ini
dalam kondisi Abu Lahab dan istrinya masih hidup, sementara keduanya telah
divonis sebagai orang yang akan disiksa didalam api neraka, yang konsekuensinya
mereka berdua tidak akan menjadi orang yang beriman. Dan apa yang dikabarkan
Allah subhanahu wata’ala Dzat Yang Maha Mengetahui perkara yang gaib pasti
terjadi.[5]
2. Tidak berguna sedikitpun
harta benda (untuk melindungi) seseorang dari azab Allah ketika ia melakukan
perbuatan yang mendatangkan murka Allah subhanahu wata’ala.
3. Haramnya menganggu orang
beriman secara mutlak.
4. Tidak bermanfaat sedikitpun
hubungan kekerabatan seorang musyrik, dimana Abu Lahab adalah pamannya Nabi
tetapi ia di dalam neraka.
5. Hubungan kekeluargaan dapat
bermanfaat jika itu dibangun di atas keimanan. Lihatlah Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dan Abu Lahab punya kedekatan dalam kekerabatan, namun hal
itu tidak bermanfaat bagi Abu Lahab karena ia tidak beriman.
6. Tidak bermanfaatnya harta dan
keturunan bagi orang yang tidak beriman, namun sebenarnya harta dan keturunan
dapat membawa manfaat jika seseorang itu beriman.
7. Bahaya saling tolong menolong
dalam kejelekan sebagaimana dapat dilihat dari kisah Ummu Jamil yang membantu
suaminya untuk menyakiti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
B.
Q.
S. AN - Nahsr
إِذَا
جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ (1) وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ
اللَّهِ أَفْوَاجًا (2) فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ
تَوَّابًا (3)
Artinya:
Apabila telah datang pertolongan
Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan
berhondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun
kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima Tobat.
1. Asbabun Nuzul
Surat
ini adalah surat Madaniyah, terdiri dari tiga ayat, sebagai berita gembira bagi
Nabi dan sahabat yang berupa turunnya pertolongan Allah bagi agama mereka.
Dibukanya hati manusia untuk menerima agama ini lalu diperintahkannya mereka
untuk bertasbih dan mensucikan Allah. Sebab itu semua adalah faktor
keberhasilan.
Surah An-Nasr turun berkaitan dengan kedatangan
Rasulullua SAW bersama 12.000 pasukan
muslim di Mekah. Pada waktu itu, Rasulullah SAW menugaskan panglima Khalid bin
Walid menggempur pasukan tersebut,
Khalid bin Walid memperoleh kemenangan yang gemilang dan berhasil melucuti
senjata mereka. Hal itu membawa dampak positif. Orang-orang
Quraisyberbondong-bondong masuk islam. Pada saat itu turun surah An-Nasr. Surah
ini berisi perintah agar Rasulullah SAW bersama kaum muslimin bersyukur dan bertasbih
serta memohon ampun atas segala kesalahan.[6]
2. Tafsir – Surah An – Nashr
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ
1.
(Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan).
Kata nashr, artinya al ‘aun (pertolongan). Yang dimaksud
dengan nashrullah dalam ayat ini, menurut Ibnu Rajab rahimahullah ialah
pertolongan-Nya bagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat berhadapan
dengan musuh-musuhnya, sehingga berhasil beliau menundukkan bangsa ‘Arab
semuanya dan berkuasa atas mereka, termasuk atas suku Quraisy, Hawazin dan
suku-suku lainnya.
Secara
eksplisit, surat ini memuat bisyarah (kabar gembira) bagi Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaum Muslimin. Syaikh ‘Abdur-Rahman as-Sa’di
rahimahullah berkata,”Dalam surat ini terdapat bisyarah dan perintah kepada
Rasul-Nya n pada saat kemunculannya. Kabar gembira ini berupa pertolongan Allah
bagi Rasul-Nya dan peristiwa penaklukan kota Mekkah dan masuknya orang-orang ke
agama Allah lSubhanahu wa Ta’ala dengan berbondong-bondong.
Dalam menjelaskan pengertian ayat di atas, Syaikh Abu Bakr al
Jazairi mengungkapkan: “Jika telah datang pertolongan Allah bagimu wahai
Muhammad, hingga engkau berhasil mengalahkan para musuhmu di setiap peperangan
yang engkau jalani, dan datang anugerah penaklukkan, yaitu penaklukan kota
Mekkah, Allah membukanya bagi dirimu, sehingga menjadi wilayah Islam, yang
sebelumnya merupakan daerah kekufuran”.
Adapun pengertian al fathu pada surat ini adalah fathu
Makkah. Yakni penaklukan kota suci Mekkah. Ibnu Katsir rahimahullah
berkata,”Yang dimaksud dengan al fathu yaitu fathu Makkah. (Ini merupakan)
sebuah pendapat yang sudah bulat.” .
وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا
2.
(Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong).
Menurut
Imam al Qurthubi, peristiwa tersebut terjadi ketika kota Mekkah berhasil
dikuasi.[7]
Bangsa Arab berkata: “Bila Muhammad berhasil mengalahkan para
penduduk kota suci (Mekkah), padahal dulu mereka dilindungi oleh Allah dari
pasukan Gajah, maka tidak ada kekuatan bagi kalian (untuk menahannya). Maka
mereka pun memeluk Islam secara berbondong-bondong”.
Ayat
ini juga menandakan, bahwa kemenangan akan terus berlangsung bagi agama ini dan
akan semakin bertambah saat dilantunkannya tasbih, tahmid dan istighfar dari
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini merupakan bentuk syukur. Faktanya
yang kemudian dapat kita jumpai pada masa khulafaur-rasyidin dan generasi
setelah mereka.
Pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala itu akan berlangsung
terus-menerus sampai Islam masuk ke daerah yang belum pernah dirambah oleh
agama lainnya. Dan ada kaum yang masuk Islam, tanpa pernah ada yang masuk ke
agama lainnya. Sampai akhirnya dijumpai adanya pelanggaran pada umat ini
terhadap perintah Allah, sehingga mereka dilanda bencana, yaitu berupa
perpecahan dan terkoyaknya keutuhan mereka.
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ
تَوَّابًا
3.
(Maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampun kepada-Nya.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Menerima taubat).
Sejumlah
sahabat mengartikan ayat ini dengan berkata: “(Maksudnya) Allah memerintahkan
kami untuk memuji dan memohon ampunan kepada-Nya, manakala pertolongan Allah
telah tiba dan sudah menaklukkan (daerah-daerah) bagi kita”. Pernyataan ini
muncul, saat ‘Umar bin al Khaththab Radhiyallahu ‘anhu mengarahkan pertanyaan
kepada mereka mengenai kandungan surat an-Nashr.
Ibnu
Katsir rahimahullah mengomentari penjelasan ini dengan berkata: “Makna yang
ditafsirkan oleh sebagian sahabat yang duduk bersama Umar Radhiyallahu ‘anhum
ialah, bahwa kita diperintahkan untuk memuji Allah dan bersyukur kepada-Nya
ketika Dia telah menaklukkan wilayah Madain dan benteng-bentengnya, yaitu
dengan melaksanan shalat karena-Nya dan memohon ampunan kepada-Nya merupakan
pengertian yang memikat lagi tepat. Terdapat bukti penguat, Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam mengerjakan shalat delapan raka’at pada hari penaklukan kota
Mekkah. Dalam Sunan Abu Daud termaktub bahwa beliau mengucapkan salam pada
setiap dua raka’at di hari penaklukan kota Mekkah. Demikianlah yang dilakukan
Sa’ad bin Abil Waqqash Radhiyallahu ‘anhu pada hari penaklukan kota Mada-in”..[8]
إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا
4.
(Sesungguhnya Dia adalah Maha Menerima taubat).
Maksudnya,
Allah Maha menerima taubat orang-orang yang bertasbih dan memohon ampunan. Dia
mengampuni, merahmati mereka dan menerima taubat mereka. Apabila Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam saja yang sudah ma’shum (terpelihara dari
dosa-dosa) diperintahkan untuk beristighfar, maka bagaimanakah dengan orang
lain?.
3.
Problematika Dakwah yang Muncul
Problematika yang dihadapi kaum
muslimin berkaitan dengan kemenangan atas kota mekah ialah :
1.
Sikap
permusuhan kaum kafir quraisy khususnya sejak awal dakwah
2.
Dirusaknya
perdamaian Hudaibiyah oleh Suhail bin Amr safwan bin Umayyah dan Ikrimah bin
Abu Jahal.
3.
Perlawanan
pasukan kafir yang dipimpin oleh Suhail bin Amr safwan bin Umayyah dan Ikrimah
bin Abu Jahal terhadap pasukan Khalid bin Walid.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Problematika
dakwah yang tersirat pada surah Al-Lahab ialah :
a. Sikap penolakan masyarakat quraisy terhadap
agama yang dibawa Rasulullah SAW.
b. Penolakan secara tegas terhadap dakwah
Rasulullah SAW justru dimotori oleh kerabat beliau sendiri, yakni paman beliau
yang bernama Abu Lahab.
c. Cemoohan yang disampaikan oleh paman beliau
sendiri dengan pernyataan bahwa beliau akan mendapatkan kecelakaan.
d. Rintangan dari Ummi Hani istri abu Lahab yang
selalu menghalangi jalan dakwah dengan membuang duri dijalan dan menyebarkan
fitnah terhadap beliau.
e. Tekanan dari
kaum kafir quraisy terhadap beliau dan pengikutnya.
Problematika dalam q.s An
– Nashr yang dihadapi kaum muslimin berkaitan dengan kemenangan atas kota mekah
ialah :
a. Sikap permusuhan kaum kafir quraisy khususnya sejak awal
dakwah
b. Dirusaknya perdamaian Hudaibiyah oleh Suhail bin Amr
safwan bin Umayyah dan Ikrimah bin Abu Jahal.
c. Perlawanan pasukan kafir yang dipimpin oleh Suhail bin
Amr safwan bin Umayyah dan Ikrimah bin Abu Jahal terhadap pasukan Khalid bin
Walid.
DAFTAR
PUSTAKA
M. Quraish
Shihab, Tafsir al-Misbah, Bandung:
Mizan, 2002
Syaikh
Muhammad bin Sholih Al Utsaimin, Tafsir
Juz ‘Amma
Shahih
Tafsir Ibnu Katsir hal. 701/IV
Munir &
Wahyu Ilaihi, manajemen dakwah, Jakarta, Prenada Media, 2006
[1] M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Bandung: Mizan,
2002. H. 569
[2]Shahih Tafsir Ibnu
Katsir hal.
701/IV
[3]
Ibid.
[4] Munir & Wahyu Ilaihi, manajemen
dakwah, Jakarta, Prenada Media, 2006. H. 67
[5]
Ibid. h. 68
[6]
Tafsir Suratin-Nashr, hlm. 42
[7]
Tafsirul-Qur`anil-‘Azhim (8/513) Jami’ul Bayan
‘an Ta`wili Ayil-Qur`an (15/426), Zadul-Masir (4/ 501), al Jami’ li
Ahkamil-Qur`an (20/211), Aisarut-Tafasir (2/1500).).
[8]
Ibid.
0 Comments