About Me

Menuang Rasa , Merajut Asa
>Abid Nurhuda

Model Kurikulum PAI







Model-Model Pengembangan Kurikulum PAI
Kurikulum Indonesia


 Oleh : Abid Nurhuda
 Mahasiswa PAI IAIN Surakarta



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan dibutuhkan yang dinamakan kurikulum yang membantu dalam mencapai tujuan pendidikan Nasional. Berbagai jenis dalam pengembangan kurikulum dipakai oleh pemerintahan Indonesia dalam mencapai citacita bangsa yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mencetak generasi penerus bangsa yang berakhlaq serta berbudi pekerti luhur. Hal ini perlua danya kerjasama antara Pemerintah pusat, administrator, kepala kantor wilayah pendidikan, kebudayaan, serta peranan guru dalam pendidikan. Banyak model yang dapatdigunakandalampengembangankurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja berdasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pengelolaan pendidikan yang diikutsertakan serta pendidikan yang digunakan. Model pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan dan pengolaan yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang desentralisasi. Model pengembangan dalam kurikulum yang bersifat subjek akademis berbeda dengan kurikulum humanistik, teknologis dan rekonstruksisosial.
Salah satu fungsi pendidikan dan kurikulum bagi masyarakat adalah menyiapkan peserta didik untuk kehidupan di kemudian hari. Oleh karena itu ada beberapa ciri dasar yang dapat disimpulkan atas penyelenggaraan kurikulum dan pendidikan yaitu sadar akan tujuan, orientasi kehari depan, dan sadar akan penyesuaian.
B.    Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian model Pengembangan Kurikulum?
2.    Apa saja model Pengembangan Kurikulum?

C.    Tujuan
1.    Untuk mengetahui pengertian dari model Pengembangan Kurikulum.
2.    Untuk mengetahui apa saja model Pengembangan Kurikulum.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Model Kurikulum
    Model menurut kamus besar bahasa indonesia adalah pola (contoh, acuan, ragam, dan sebagainya) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Dalam pengembangan kurikulum, model dapat berupa ulasan teoritis tentang suatu proses kurikulum secara menyeluruh atau hanya salah satu bagian kurikulum.
    Model pengembangan kurikulum merupakan model yang digunakan untuk mengembangkan suatu kurikulum, dimana pengembangan kurikulum dibutuhkan untuk memperbaiki atau menyempurnakan serta mengembangkan kurikulum yang dibuat baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah atau sekolah.
    Dapat disimpulkan bahwa model pengembangan kurikulum adalah pola, rancangan, konsep yang menggambarkan proses dan prosedur suatu kurikulum untuk dijadikan acuan dalam pelaksanaan, perbaikan dan penyempurnaan pendidikan.
    Untuk melakukan pengembangan kurikulum ada berbagai model pengembangan kurikulum yang dapat dijadikan acuan atau diterapkan sepenuhnya. Secara umum, pemilihan model pengembangan kurikulum harus disesuaikan dengan dengan sistem pendidikan yang dianut dan model konsep yang digunakan. Terdapat banyak model pengembangan kurikulum yang dikembangkan oleh para ahli yang memiliki pola dan konsep yang berbeda-beda.
B.    Model-model Pengembangan Kurikulum
1.    Model Beauchamp’s System
    Model pengembangan kurikulum ini, dikembangkan oleh Beauchamp yang menrupakan seorang ahli kurikulum. Beaucamap dalam model pengembangan kurikulumnya mengemukakan lima hal yaitu:


1)    Menetapkan arena atau lingkup wilayah
    Dalam hal ini yaitu menetapkan lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum, apakah suatu sekolah, kecamatan, kabupaten, provinsi, atau negara. Pentahapan arena atau lingkup wilayah ini ditentukan oleh wewenang yang dimiliki oleh pengambil kebijakan serta tujuan dalam pengembangan kurikulum.
2)    Menetapkan personalia
        Menetapkan siapa saja yang turut serta dan terlibat dalam pengembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang harus terlibat dalam pengembangan kurikulum , yaitu :
a.    para ahli pendidikan/kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kurikulum dan para ahli bidang ilmu dari luar.
b.    Para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih.
c.    Para profesional dalam sistem pendidikan.
d.    Profesional lain dan tokoh-tokoh masyarakat.
        Beaucamp mencoba melibatkan para ahli dan tokoh-tokoh pendidikan seluas dan seefisien mungkin, demi tercapainya kurikulum yang sesuai dengan pendidikan yang dituju. Untuk tingkat provinisi atau nasional tidak terlalu banyak melibatkan guru. Sebaliknya untuk tingkat kabupate, kecamatan atau sekolah keterlibatan guru-guru semakin besar.
3)    Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum
        Langkah ini berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, dan dalam menentukan keseluruhan desain kurikulum. Dalam hal ini Beauchamp membagi keseluruhan kegiatan ini dalam lima langkah yaitu:


a)    Membentuk tim pengembangan kurikulum
b)    Mengadakan penilaian atau penelitian terhadap kurikulum yang ada yang sedang digunakan.
c)    Studi penjagaan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum baru.
d)    Merumuskan kriteria-kriteria bagi penentuan kurikulum baru.
e)    Penyusunan dan penulisan kurikulum baru.
4)    Implementasi kurikulum
    Dalam mengimplementasikan atau melaksanankan kurikulum dibutuhkan kesiapan yang menyeluruh, baik kesiapan guru-guru, siswa, sarana dan prasarana serta segala komponen administrator.
5)    Evaluasi Kurikulum
        Langkah ini mencakup empat hal antara lain:
a)    Evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru.
b)    Evaluasi desai kurikulum
c)    Evaluasi hasil belajar siswa
d)    Evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum.
        Data yang diperoleh dari hasil evaluasi ini nantinya akan digunakan sebagai perbaikan dan penyempurnaan sistem kurikulum dalam pelaksanaanya.
2.    Model Olivia
    Dalam mengembangkan kurikulum menurut Oivia model yang digunakan haruslah sederhana, komprehensif, dan sistematis yang langkah-langkahnya sebagi berikut.
a)    Mentapkan landasan filosfis, sasaran, misi serta visi lembaga pendidikan yang berdasarkan analisis kebutuan peserta didik dan masyarakat.
b)    Menganilisis kebutuhan masayarakat dimana sekolah itu berada, kebutuhan peserta didik dan urgensi dari disiplin ilmu yang harus diberikan oleh sekolah.
c)    Merumuskan tujuan umum dan khusus
d)    Mengelola rancangan implementasi kurikulum
e)    Menjabarkan  kurikulum dalam  bentuk perumusan tujuan umum dan khusus pembelajaran.
f)    Menyeleksi dan menetakan strategi serta penilaian pembelajaran
g)    Mengimplementasikan strategi pembelajaran lalu mengevaluasi pembelajaran dan kurikulum

3.    Model Tyler
Model  Tyler menyatakan sangat penting pendapat secara rasional, menganalisis, menginterpretasikan kurikulum danprogram pengajaran dari suatu lembaga pendidikan.  Model pengembangan kurikulum yang dikemukakan Tyler diajukan berdasarkan pada beberapa pertanyaan yang mengarah pada langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah:
a)    Tujuan pendidikan apa yang dicapai oleh sekolah?
b)    Pengalaman-pengalaman pendidikan apakah yang semestinya diberikan untuk mencapai tujuan pendidikan?
c)    Bagaimanakah pengalaman-pengalaman pendidikan sebaiknya diorganisasikan?
d)    Bagaimanakah menentukan bahwa tujuan telah tercapai?
Berdasarkan empat pertanyaan yang diajukan Tyler tersebut bisa kita pahami bahwa yang pertama harus diperhatikan adalah tujuan, yaitu apa tujuan pendidikan yang seharusnya dicari oleh pihak sekolah untuk dicapai. Kedua, mengenai strategi dan isi pembelajaran yang berhubungan dengan seleksi pengalaman belajar, yaitu pengalaman belajar seperti apa yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut. Langkah ketiga adalah mengorganisasikan pengalaman belajar, yaitu bagaimana pengalamanpengalaman belajar tersebut dapat diorganisasikan dengan efektif. Sedangkan Langkah yang terakhir adalah penilaian dan evaluasi, yaitu bagaimana kita menentukan apakah tujuan tersebut telah tercapai.
Ralp Tyler sebagai bapak pengembang kurikulum (curriculum developer), telah menanamkan perlunya hal yang lebih rasional, sistematis, dan pendekatan yang berarti dalam tugas mereka. Tyler juga menguraikan dan menganalisis sumber-sumber tujuan yang datang dari anak didik, mempelajari kehidupan kontemporer, mata pelajaran yang bersifat akademik, filsafat dan psikologi belajar.
Tyler mengusulkan sebuah model pengembangan kurikulum yang komprehensif, yaitu dengan merekomendasikan kepada pengembang  kurikulum untuk mengidentifikasi tujuan-tujuan umum dengan mengumpulkan data dari 3 sumber (para peserta didik, kehidupan nyata di luar lingkungan sekolah dan mata pelajaran) untuk selanjutnya disempurnakan melalui 2 saringan yang terdiri atas filosofi sosial dan kependidikan sekolah, serta psikologi pembelajaran. Hasilnya adalah tujuan pembelajaran khusus.
4.    Model Taba (Grass Roots)
Taba menggunakan pendekatan akar rumput (grass-roots approach) bagi perkembangan kurikulum. Taba percaya kurikulum harus dirancang oleh guru dan bukan diberikan oleh pihak berwenang. Menurut Taba guru harus memulai proses dengan menciptakan suatu unit belajar  mengajar khusus bagi murid-murid mereka disekolah dan bukan terlibat dalam rancangan suatu kurikulum umum. Karena itu Taba menganut pendekatan induktif yang dimulai dengan hal khusus dan dibangun menjadi suatu rancangan umum.
Model Grass Roots adalah model pengembangan kurikulum yang dimulai dari bawah. Dalam prosesnya pengembangan kurikulum ini diawali atau dimulai dari gagasan dan ide guru-guru sebagai tim pengajar. Model ini lebih demokratis karena digagas sendiri oleh pelaksana di lapangan, sehingga perbaikn bisa dimulai dari unit yang paling terkecil dan spesifik hingga ke yang lebih besar. Adapun langkah-langkah dalam proses pengembangan kurikulum Taba adalah:
a)    Diagnosis of needs (diagnosa kebutuhan). Pengembang kurikulummemulai dengan menentukan kebutuhan-kebutuhan siswa kepada siapa kurikulum direncanakan.
b)    Formulation of objectives (merumuskan  tujuan). Setelah kebutuhan siswadidiagnosa, perencana kurikulum memerinci tujuan – tujuan yang akan dicapai.
c)    Selection of content (pemilihan isi). Bahasan yang akan dipelajari berpangkal langsung dari tujuan-tujuan.
d)    Organization of content (organisasi isi). Setelah isi/bahasan dipilih, tugas selanjutnya adalah menentukan pada tingkat dan urutan yang mana mata pelajaran ditempatkan.
e)    Selection of learning experiences (pemilihan pengalaman belajar).Metodologi atau strategi yang dipergunakan dalam bahasan harus dipilih oleh perencana kurikulum.
f)    Organization of learning activities (organisasi kegiatan pembelajaran). Guru memutuskan bagaimana mengemas kegiatan-kegiatan pembelajaran dan dalam kombinasi atau urutan seperti apa kegiatan-kegiatan tersebut akan digunakan.
g)    Determination of what to evaluate and of the ways and means of doing it (Penentuan tentang apa yang akan dievaluasi dan cara serta alat yang  dipakai untuk melakukan evaluasi). Perencana kurikulum harus memutuskan apakah tujuan sudah tercapai. Guru rnemilih alat dan teknikyang tepat untuk menilai keberhasilan siswa dan untuk menentukan apakah tujuan kurikulum sudah tercapai.
h)     Checking for balance and sequence(memeriksa keseimbangan dan urutan). Taba meminta pendapat dari pekerja kurikulurn untuk melihat konsistensi diantara berbagai bagian dari unit belajar mengajar, untuk melihat alur pembelajaran yang baik dan untuk keseimbangan antara berbagai macam pembalajaran dan ekspresi.
Berdasarkan hal tersebut, kita dapat mengetahui bahwa langkah-langkah yang digunakan Taba dalam mengembangkan kurikulum adalah diagnosis kebutuhan, formulasi pokok-pokok, seleksi isi, organisasi isi, seleksi pengalaman belajar, organisasi pengalaman belajar, dan penentuan tentang apa yang harus dievaluasi dan cara untuk melakukannya. Diagnosis merupakan langkah pertama yang paling penting dalam menentukan kurikulum apa yang seharusnya diberikan kepada siswa. Karena latar belakang siswa sangat beragam, maka perlu untuk mendiagnosa perbedaan atau jurang pemisah, kekurangan dan variasi dalam latar belakang tersebut.
5.    Model Wheeler
Menurut Wheller, pengembangan kurikulum merupakan suatu proses ynag membentuk lingkaran yang terjadi secara terus menerus. Dimana ada lima fase (tahap). Setiap tahap merupakan pekerjaan yang berlangsung secara sistematis atau berturut. Artinya, kita tidak mungkin dapat menyelesaikan tahapan kedua manakala tahapan pertama belum terselesaikan. Namun demikian, manakala setiap tahap sudah selesai dikerjakan, kita akan kembali pada tahap awal. Demikian proses pengembangan sebuah kurikulum berlangsung tanpa ujung. Wheller berpendapat, pengembangan kurikulum terdiri atas lima tahap, yakni:
a)    Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum bisa merupakan tujuan yang bersifat normatif yang mengandung  tujuan filosofis (aim)atau tujuan pembelajaran umum yang bersifat praktis (goals). Sedangkan tujuan khusus adalah tujuan yang bersifat spesifik dan observable (objective) yakni tujuan mudah di ukur ketercapianya.
b)    Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam langkah pertama.
c)    Menentukan isi atau materi pembelajaran sesuai dengan pengelaman belajar.
d)    Mengorganisasi atau menyatukan pengalaman belajar dengan isi atau materi belajar.
e)    Melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan.
Dari langkah-langkah pengembangan kurikulum yang dikemukakan Wheller, maka tampak bahwa pengembangan kurikulum  membentuk sebuah siklus (lingkaran). Pada hakikatnya setiap tahapan pada siklus membentuk sebuah sistem yang terdiri dari  komponenkomponen Pengembangan yang saling bergantung satu sama lainya.
6.    Model Nicholls
Howard Nicholls menjelaskan dalam bukunya Developing a Curriculum: a Practical Guide (1978) bahwa, pendekatan pengembangan kurikulum terdiri atas elemen-elemen kurikulum yang membentuk siklus. Model Nicholls ini digunakan apabila ingim menyusun kurikulm baru yang diakibatkan oleh perubahan situasi. Terdapat lima langkah pengembangan kurikulum menurut Nicholls, yaitu:
a.    Analisis sesuatu
b.    Menentukan tujuan khusus
c.    Menentukan dan mengorganisasi isi pelajaran
d.    Menentukan dan mengorganisasi metode
e.     Evaluasi
7.    Model Dynamic Skilbeck
Menurut pendapat skilbeck, bagi setiap guru yang ingin mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan sekolah diperlukan model dynamic skilbeck ini.  Dan menurut skilbeck, langkah-langkah untuk pengembangan kurikulum antara lain:
a.    Menganalisis sesuatu
b.    Memformulasikan tujuan
c.    Menyusun program
d.    Interpretasi dan implementasi
e.    Monitoring, feedback, penilaian, dan rekonstruksi



C.    Model Pengembangan Kurikulum PAI di Indonesia
Terdapat dua karakteristik utama yang dapat menandai perubahan yaitu dari desain model sentralistik (administrative model) menuju desain model desentralistik (grassroot model) dan dari teacher centerd (yang berpusat pada guru) menuju student centered (yang berpusat pada siswa). Desain model Administratif adalah sebuah model pengembangan kurikulumnya berasal dari pemerintah pusat, biasanya dalam desainnya pemerintah membentuk tim kurikulum untuk menentukan desain secara nasional yang dapat diterapkan secara serentak, sedangkan sekolah hanya sebagai pelaksana dari kurikulum yang telah ditetapkan. Sedangkan model Grass Root adalah sebuah desain model pengembangan kurikulumnya berasal dari sekolah masing-masing. Desain sekolah ini dalam mengembangkan kurikulumnya berasal dari kondisi riilnya yang terdapat dilapangan lalu baru menentukan dan mengembangakan kurikulumnya. Sedangkan tugas pemerintah dari model ini hanyalah memberikan bimbingan dan dorongan, agar kurikulum yang diterapkan mampu diimplementasikan sesuai yang diharapkannya.
Secara garis besar perkembangan kurikulum setelah dibukukan dapat dilihat antara lain:
a.    Kurikulum tahun 1968
Kurikulum pada tahun ini bersifat sentralistik, yang artinya kurikulum merupakan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Sedangkan sekolah hanya sebagai peaksanaan dai kebijakan yang telah ditetapkan. Dan kesimpulan dari pengembangan kurikulum ini adalah proses pembelajaran lebih berorientasi pada penguasaan materi pembelajaran saja, sehingga peran siswa dalam proses pembelajaran sangatlah pasif.
b.    Kurikulum tahun 1975
Kurikulum pada tahun ini dibuat oleh pemerintah pusat dan sekolahan tinggi yang melaksanakannya. Untuk memahami kurikulum ini dapat dilihat dari orientasi yang digunakan, mata pelajaran yang diberikan, proses pembelajaran yang dilakukan, pendekatan yang dipakai, dan proses evaluasi yang diterapkan.
c.    Kurikulum tahun 1984
Kurikulum 1984 ini merupakan kurikulum penyempurna bagi kurikulum sebelumnya. Dalam kurikulum ini, teori belajarnya tidak lagi menggunkan teori behavioris tetapi lebih menerapkan teori-teori humanism, teori yang berpusat pada peserta didik dan berorientasi kepada proses. Hal ini dapat dilihat dari pendekatan yang dipakai dalam kurikulum ini, yaitu pendekatan keterampilan proses (Cara Belajar Siswa Aktif/ CBSA). CBSA adalah pendekatan yang dalam proses pembelajarannya memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk terlibat secara aktif.
d.    Kurikulum tahun 1994
Kurikulum ini juga melakukan penyempurnakan kurikulum terhadap kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum tahun 1984. Dalam kurikulum ini, proses pembelajarannya masih tetap menggunakan pendekatan CBSA, akan tetapi dalam kurikulum ini telah mengenal  istilah life skill atau pendidikan kecakapan hidup.
e.    Kurikulum tahun 2004
Kurikulum ini sering disebut dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), karena seluruh proses pendidikan di sekolah ditetapkan dengan standar berdasarkan kompetensi yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ini dapat diartikan dengan model kurikulum yang menfokuskan sasarannya kepada kemampuan atau penguasaan kompetensi dalam bidan-bidang tertentu. Dan model kurikulum KBK ini dikembangkan dari kurikulum teknologi. Sehingga hasilnya dapat dirasakan peserta didik berupa seperangkat kompetensi tertentu. Tujuan utama dalam kurikulum ini adalah memandirikan sekolah dalam mengembangkan kompetensi yang akan disampaikan kepada peserta didik, sesuai dengan kondisi lingkungan.

f.    ,Kurikulum tahun 2006
Kurikulum 2006 sering disebut dengan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) yang merupakan kelanjutan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan dimasing-masing sekolah. Sekolah memiliki wewenang luas untuk mengembangkan kurikulum secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimiliki, kebutuhan dan kondisi masing-masing sekolah.
Fokus utama dalam mengembangkan kurikulum yaitu, menyiapkan peserta didik agar mampu menghadapi dan menyongsong kehidupan yang lebih baik, bijaksana dan kreatif tanpa harus mengikis kearifan budaya dan norma yang dimiliki bangsa.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
    Dapat disimpulkan bahwa model pengembangan kurikulum adalah pola, rancangan, konsep yang menggambarkan proses dan prosedur suatu kurikulum untuk dijadikan acuan dalam pelaksanaan, perbaikan dan penyempurnaan pendidikan.
Ada beberapa model kurikulum diantaranya :
1. Model Olivia
2. Model Beauchamp
3. Model Taylor
4. Model Taba
5. Model Wheeler
6. Model Nichols
7. Model Dynamic Skill Back
Fokus utama dalam mengembangkan kurikulum yaitu, menyiapkan peserta didik agar mampu menghadapi dan menyongsong kehidupan yang lebih baik, bijaksana dan kreatif tanpa harus mengikis kearifan budaya dan norma yang dimiliki bangsa.


DAFTAR PUSTAKA

Idi, Abdullah. 2010. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Usmar, Ali. Model-Model Pengembangan Kurikulum dalam Proses Kegiatan Belajar. Jurnal An-Nahdhah. 11(2)
Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan Pengembangan. Jakarta: Kencana Predana Media Group.
Nurhalim, Muhammad. Analisis Perkembangan Kurikulum di Indonesia. Insania. 16(3) hlm 350
Prawijaya, Wisnu. 2015. Model-model Pengembangan Kurikulum. diakses dari http://wisnucorner.blogspot.ac.id/ pada tanggal 27 Oktober 2019
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
Widyastono, Herry. Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Post a Comment

0 Comments