About Me

Menuang Rasa , Merajut Asa
>Abid Nurhuda

Sumber Tasawuf dalam Islam







Sumber Tasawuf Dalam Islam dan Sejarahnya
Tasawuf


 SUMBER TASAWUF DALAM ISLAM DAN SEJARAHNYA

Oleh : Abid Nurhuda (Mahasiswa PAI IAIN Surakarta)



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Tasawuf adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan dirinya dari pengaruh kehidupan dunia, sehingga tercermin ahlak yang mulia dan dekat dengan Allah Swt. Tasawuf  bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan khusus langsung dari Tuhan. Hubungan yang dimaksud mempunyai makna dengan penuh kesadaran. Bahwa manusia sedang berada di hadirat Tuhan. Kesadaran tersebut akan menuju kontek komunikasi dan dialog antara ruh manusia dengan Tuhan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara manusia perlu mengasingkan dirinya. Keberadaannya yang dekat dengan Tuhan akan berbentuk “Ijtihad” (bersatu dengan Tuhan) demikian menjadi inti persoalan “sufisme” baik pada agama Islam maupun diluarnya.
Ilmu tasawuf muncul sejak zaman Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam. dan sahabat yang lebih sederhana, atau dikenal dengan zuhud.  Mempelajari ilmu tasawuf tidak terlepas dari sejarah perkembangan dan sumber-sumbernya dalam agama Islam. Dari abad kesatu hijriah hingga abad keenam hijriah, perkembangan tasawuh sangatlah signifikan. Banyak tokoh-tokoh yang menjadi kiblat ilmu tasawuf modern ini.
B.    Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan ilmu tasawuf?
2.    Bagaimana sejarah perkembangan ilmu tasawuf?
3.    Apa saja manfaat dari ilmu tasawuf?
4.    Bagaimana sumber-sumber tasawuf dalam agama Islam?
C.    Tujuan Masalah
1.    Mengetahui makna dari tasawuf.
2.    Mengetahui sejarah perkembangan ilmu tasawuf.
3.    Mengetahui manfaat dari ilmu tasawuf.
4.    Mengetahui sumber-sumber tasawuf dalam agama Islam.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Tasawuf
Dalam mengajukan teori tentang pengertian tasawuf, baik secara etimologi maupun secara istilah, para ahli berbeda pendapat. Secara etimologi, pengertian tasawuf ada beberapa macam pengertian, sebagai berikut ini.
Pertama, tasawuf berasal dari istilah yang dikonotasikan dengan ahlu suffah      ( أَهْلُ الصُّفَّةِ ), yang berarti sekelompok orang pada masa Rasulullah SAW. yang hidupnya berdiam di serambi-serambi masjid, mereka mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah SWT. Kedua, tasawuf berasal dari kata shafa (صَفَاءٌ). Kata shafa ini  berarti nama bagi orang-orang yang “bersih” atau “suci”. Maksudnya adalah orang-orang yang menyusikan dirinya dihadapan Tuhan-Nya. Ketiga, tasawuf berasal dari kata shaf (صَفٌّ) . Makna ini dinisbahkan kepada orang-orang yang ketika shalat selalu berada di saf yang paling depan. Keempat, tasawuf berarti orang-orang yang berada dibani Shuffah. Kelima, tasawuf dinisbahkan dengan istilah bahasa Grik atau Yunani, yaitu saufi (سُوْفِى) . yang disamakan maknanya dengan kata hikmah (حِكْمَةٌ), yang berarti kebijaksanaan.  Keenam, tasawuf berasal dari kata shaufanah, yaitu sebangsa buah-buahan kecil yang berbulu dan banyak tumbuh di padang pasir di tanah Arab. Ini dilihat daripakaian kaum sufi yang berbulu-bulu seperti buah itu pula, dalam kesederhanaannya. Ketujuh, tasawuf berasal dari kata shuf yang berarti bulu domba atau wol. 
Sedangkan pengertian secara istilah, tasawuf adalah akhlak yang mulia, yang timbul pada masa yang mulia dari seorang yang mulia di tengah-tengah kaumnya yang mulia. Al-Junaedi, sebagai tokoh besar dalam hal tasawuf mengemukakan arti tasawuf, sebagai berikut : “Tasawuf adalah membersihkan hati dari apa yang menggangu perasaan kebanyakan makhluk, berjuang menanggalkan pengaruh budi yang asal (instink) kita, memadamkan sifat-sifat kelemahan kita sebagai manusia, menjauhi segala keseruan dari hawa nafsu, mendekati sifat-sifat suci kerohanian, dan bergantung pada ilmu-ilmu hakikat, memakai barang yang penting dan terlebih kekal, menaburkan nasihat kepada semua umat manusia, memegang teguh janji dengan Allah SWT. dalam hal hakikat dan mengikuti contoh Rasulullah SAW. dalam hal syariat.”  
Sufism is a science that deals with the spirit, the heart (qalb), and the soul (nafs). If the heart has been getting beam (emanation), then we can feel His existence and glory, and enjoy His infinite and eternal charm.6 In the perspective of the Sufis, Sufism is the culmination of the realization (tahaqquq) and the appreciation of human servitude to God as the Mode of Existence. In reaching the peak of this servitude, some Sufis (like Al-Ghazali) emphasize fear; whereas, other Sufis (like Jalal al-Din al-Rumi) emphasize love. This emphasis was again strongly associated with the level of our understanding and experience to God. Therefore, Sufism in Islam teaches submission (Islam) to God. Then, in case of surrender the servant will be peaceful (sulam) when finding the scary side and the side that gave birth to the love of God
Jadi, kalau kita simpulkan, Ilmu tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kecusian dengan makrifat menuju keabadian, saling mengingatkan antara manusia, serta berpegang teguh pada janji Allah SWT. dan mengikuti syariat Rasulullah SAW. dalam mendekatkan diri dan mencapai keridhaan-Nya.


B.    Sejarah Perkembangan Tasawuf
Kelahiran ilmu tasawuf memiliki banyak versi, ada yang berpendapat bahwa lahirnya ajaran tasawuf bukan bersamaan dengan ajaran Islam melainkan perpaduan dari berbagai ajaran agama.  Hal ini diperkuat dari berbagai literatur
1.    Anggapan bahwa ilmu tasawuf merupakan perpaduan pengaruh ajaran nonIslam:
a.    Ajaran Kristen, yaitu adanya tulisan-tulisan tentang rahib yang hidup menjauhi dunia dan mengasingkan diri di Padang Pasir Arab atau mendiami biara-biara.
b.    Ajaran Hindu-Budha, Ajaran Hindu mendorong umatnya untuk meninggalkan kehidupan dunia untuk lebih mendekatkan diri dengan Tuhan. Sedangkan agama Budha orientasinya adalah nirwana, dimana setiap umatnya diwajibkan untuk meninggalkan kehidupan yang duniawi menuju kehidupan yang kontemplasi (fokus berenung). Dalam ilmu tasawuf dikenal dengan kata fana.
c.    Pengaruh filsafat mistik phytagoras: yaitu kesenangan ruh yang sebenarnya adalah berada di alam samawi. Dalam menggapainya manusia diharuskan membersihkan ruh dari kehidupan yang material. Hal ini di dalam ilmu tasawuf dikenal sebagai zuhud.
d.    Pengaruh filsafat emanasi platinus: teori ini menyebutkan bahwa semua yang tercipta di alam semesta merupakan pancaran dari Dzat Tuhan Yang Maha Esa. Dapat dikatakan ruh itu berasal dari Tuhan dan kembali kepada Tuhan. Hal ini dalam ilmu tasawuf dikenal dengan wahdatul wujud.
2.    Anggapan bahwa ilmu tasawuf lahir bersamaan dengan Agama Islam
Mereka yang beranggapan bahwa ilmu tasawuf lahir bersamaan dengan agama Islam melihat dari surat surat Al-Baqarah: 115 dijelaskan, “Dan kepunyaan Allah-lah arah timur dan barat, maka kemanapun kalian mengarahkan (wajah kalian), di situ ada wajah Allah”. Dalam dalil lain Qur’an surat Qaf ayat 16 dijelaskan, “Telah Kami ciptakan manusia dan kami mengetahui apa yang dibisikkan olehnya. Kami lebih dekat kepada manusia ketimbang pembuluh darah yang ada pada lehernya”. Dari dalil-dalil tersebut muncul anggapan bahwasanya ilmu tasawuf lahir bersamaan dengan agama Islam, terlepas dari adanya pengaruh dari luar atau tidak.
Sejarah perkembangan tasawuf dimulai dari terbunuhnya khalifah Ustman ibn Affan yang menimbulkan gejolak kemerosotan akhlak. Hal ini menggugah para sahabat dan ulama pada saat itu mengupayakan suatu tindakan dalam membangkitkan kembali ajaran Islam, yang disebut sebagai cikal bakal lahirnya tasawuf.  Perkembangan tasawuf dibagi ke dalam empat masa/fase.
1.    Perkembangan Tasawuf Pada Abad Kesatu dan Kedua Hijriah
Secara umum, tasawuf pada abad pertama dan kedua hijriah ini memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut.
a.    Masih berkonsepkan zuhud, yaitu meninggalkan perkara duniawi dan memusatkan kehidupan pada hal ibadah untuk meraih pahala dan memelihara diri dari azab neraka.
b.    Bercorak praktis, tidak menaruh perhatian untuk menyusun teoritis atas taawuf dan mengarah pada tujuan moral.
c.    Motivasi tasawufnya adalah rasa takut, rasa takut yang dilandasi dasar keagamaan.
Tokoh-tokoh perkembangan tasawuf pada abad kesatu dan kedua hijriah ini adalah para Sahabat Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam., Hasan al-Bashri (22 H- 110 H) dan Rabi’ah al-Adawiyah dari aliran Bashrah, Sufyan ats-Tsauri dari aliran Kuffah, dan Abdullah ibn Wahhab dari Mesir.
2.    Perkembangan Tasawuf Abad Ketiga dan Keempat Hijriah
Pada abad ketiga dikenal dengan fase tasawuf, di mana istilah asketis tidak lagi digunakan dalam penyebutan ahli zuhud melainkan diganti dengan istilah ‘sufi’. Pada abad ketiga ini mulai dibicarakan mengenai konsep tingkatan (maqam) dan keadaan (hal), makrifat dan metode-metodenya, tauhid, fana’, dan penyatuan (hulul). Fana adalah suatu kondisi dimana seorang shufi kehilangan kesadaran terhadap hal-hal fisik ( al-hissiyat). Ittihad adalah kondisi dimana seorang shufi merasa bersatu dengan Allah sehingga masing-masing bisa memanggil dengan kata aku ( ana ). Hulul adalah masuknya Allah kedalam tubuh manusia yang dipilih.
Pada masa ini juga unsur filsafat yang mempegaruhi corak tasawuf semakin kuat, hal ini disebabkan banyaknya buku dilsafat yang tersebar dikalangan umat Islam. Pada masa ini juga dijelaskan perbedaan ilmu zahir dan ilmu batin. Tokoh terkenal pada masa ini adalah Abu Yazid Al-Busthami (w.261 H), Al-Junaid, Al-Sari Al-Saqathi, Al-Kharraz, Al-Hussain bin Manshur Al-Hallaj (w. 309 H).
3.    Perkembangan Abad Kelima Hijriah
Pada fase ini dikenal dengan fase konsolidasi, di mana mengembalikan tasawuf pada al-Qur’an dan Sunnah Nabi dan para sahabatnya. Fase ini merupakan reaksi terhadap fase sebelumnya dimana tasawuf sudah mulai melenceng dari koridor syari’ah atau tradisi (sunnah) Nabi dan sahabatnya. Tokoh yang mahsyur dari masa ini adalah Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H) atau yang lebih dikenal dengan al-Ghzali yang menjadi acuan para tokoh sufi lainnya.
4.    Perkembangan Abad Keenam Hijriah
Fase ini ditandai dengan munculnya tasawuf falsafi, yakni tasawuf yang memadukan antara rasa ( dzauq ) dan rasio ( akal ), tasawuf bercampur dengan filsafat terutama filsafat Yunani. Pengalaman – pengalaman yang diklaim sebagai persatuan antara Tuhan dan hamba kemudian diteorisasikan dalam bentuk pemikiran seperti konsep wahdah al-wujud yakni bahwa wujud yang sebenarnya adalah Allah sedangkan selain Allah hanya gambar yang bisa hilang dan sekedar sangkaan dan khayalan. Dalam aliran ini para sufi lebih mengarahkan tasawuf pada “kebersatuan” dengan Allah. Perhatian mereka sangat tertuju pada aspek ini, sedangkan aspek praktik nyaris terabaikan. Tokoh mahsyur pada masa ini adalah Muhyiddin Ibn Arabi atau yang lebih dikenal dengan Ibnu Arabi ( 560 – 638 H.) dengan konsep wahdah al-Wujudnya, Al-Syuhrawardi Al-Maqtul (549 – 587 H.) dengan konsep Isyraqiyahnya.

C.    Manfaat Tasawuf
 Adapun beberapa manfaat tasawuf  yang dapat diperoleh, antara lain sebagai berikut:
1.    Membersihkan Hati dalam Berinteraksi dengan Allah
Interaksi manusia dengan Allah dalam bentuk ibdah tidak akan mencapai sasaran jika ia lupa terhadap-Nya dan tidak disertai dengan kebersihan hati. Sementara itu, esensi tasawuf  adalah membersihkan jiwa dari kotoran-kotoran. Dengan bertasawuf hati seseorang menjadi bersih sehingga dalam berinteraksi kepada Allah akan menemukan kedamaian hati dan ketenangan jiwa.
2.    Membersikan Diri dari Pengaruh Materi
Pada dasarnya kebutuhan manusia bukan hanya pada pemenuhan materi melainkan juga pemenuhan spiritual. Karena kebutuhan lahiriah erat hubungannya dengan keberadaan jiwa, maka lahirlah manusia yang  sehat dan merasa tecukupi apabila diberi asupan yang positif. Sementara itu kepuasann lahiriah manusia tidak akan ada batasnya jika tidak dikekang dan tasawuf dapat membersihkan dari hal tersebut.
Orang akan sibuk mengejar kekayaan duniawi untuk memenuhi  kebutuhan  jasmaninya. Sibuknya dalam mengejar urusan-urusan materi dunia, dapat melupakan urusannya dengan Tuhan, sehingga manusia akan diperbudak dengan urusan duniawi. Melalui tasawuf kecintaaan seseorang yang berlebihan terhadap materi atau urusan duniawi lainnya akan dibatasi. Memiliki harta benda itu tidaklah semata-mata untuk memenuhi nafsu tetapi lebih mendekatkan diri kepada Allah.
Jadi, jalan untuk menyelamatkan diri dari godaan-godaaan materi duniawi yang menyebabkan manusia menjadi materialistis adalah dengan pendekatan tasawuf yaitu membersihkan jiwa dari pengaruh-pengaruh negatif duniawi yang mengganggu jiwa manusia.
3.    Menerangi Jiwa dari Kegelapan
Urusan materi dalam kehidupan sangat besar pengaruhnya terhadap jiwa manusia. Benturan dalam mengejar dan mencari materi atau urusan duniawi dapat menjadikan seseorang gelap mata. Tidak sedikit orang yang ingin mendapatkan harta benda atau kekayaan dilakukan dengan jalan yang tidak halal, misalnya korupsi, pemerasan, dan cara-cara lain yang tidak terpuji. Tindakan seperti itu tentu menimbulkan gelap hati yang menimbulkan hati menjadi keras dan sulit menerima kebenaran agama.
Penyakit resah, gelisah, patah hati, cemas, dan serakah dapat disembuhkan  dengan acara agama, khusunya ajaran yang berkaitan dengan olah jiwa manusia , yaitu tasawuf dimana ketentraman batin atau jiwa yang menjadi sasaranya. Demikian pula sifat-sifat buruk dalam diri manusia seperti hasad, takabbur, bangga diri, dan riya’ tidak dapat hilang dari diri seseorang tanpa mempelajari cara-cara menghilangkannya dari petunjuk kitab suci Al-Quran maupun hadis melalui pendekatan tasawuf.
4.    Memperteguh dan Menyuburkan Keyakinan Agama
Keteguhan hati tidak dapat dicapai tanpa adanya siraman jiwa. Kekuatan umat Islam bukan hanya karena kekuatan fisik melainkan juga karena kekuatan mental dan spiritualnya. Keruntuhan umat Islam pada masa kejayaannya bukan karena akibat musuh semata, tetapi kehidupan umat Islam pada waktu itu dihinggapi oleh materialism dan mengabaikan nilai-nilai mental atau spiritual. Banyak manusia tenggelam dalam menggapai kebahagiaan duniawi yang serba materi dan tidak lagi mempedulikan masalah spiritual. Pada akhirnya paham-paham tersebut membawa kehampaan jiwa dan menggoyahkan sendi-sendi keimanan. Jika ajaran tasawuf diamalkan oleh seorang muslim, maka ia akan bertambah teguh keimanannya dalam memperjuangkan agama Islam.
5.    Mempertinggi Akhlak Manusia
Jika hati seseorang suci, bersih, dan selalu disinari oleh ajaran-ajaran Allah dan Rasul-Nya, maka akhlaknya pun baik. Hal ini sejalan dengan ajaran tasawuf yang menuntun manusia untuk menjadi pribadi muslim yang memiliki akhlak mulia dan dapat menghilangkan akhlak tercela.
Aspek moral adalah aspek yang terpenting dalam kehidupan manusia. Apabila manusia tidak memiliknya, maka turunlah martabatnya dari manusia. Dalam akidah, jika seseorang melanggar keimanan ia dihukum kafir. Di dalam fiqh, apabila seseorang melanggar hukum dianggap fasik atau zindik. Adapun dalam akhlak, apabila sesorang melanggar ketentuan maka dinilai telah berlaku tidak bermoral.
Oleh karenanya, mempelajari dan mengamalkan tasawuf sangat tepat bagi kaum muslim. Hal ini dikarenakan dapat mempertinggi akhlak, baik dalam kaitan interaksi anatara manusia dan Tuhan (hubungan vertikal, yaitu hablun minallah) maupun interaksi sesama manusia (hubungan horizontal, yaitu hablun minannas).

D.    Sumber Tasawuf
Berbicara islam tidak akan terlepas dari ajaran dasarnya. Para tokoh sufi dan kalangan cendikian muslim  memberikan pendapat bahwa sumber utama ajaran tasawaf adalah dari al-Qur’an dan al-Hadits. Terdapat perbedaan diantara keduanya, perbedaan tidak saja karena sumber melainkan juga atas fungsi dan perannya dalam menjabarkan Islam keseluruhan.
1.    Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah wahyu Allah dalam bahasa arab yang diturunkan kepada umat manusia melalui Malaikat Jibril kepada nabi Pilihan-Nya yaitu Muhammad SAW. Al-Qur’an memberikan penjelasan tentang persoalan aqidah dan meluruskan kehidupan umat Islam. selain itu Al-Qur’an menetapkan berbagai aturan yang dijadikan kebahagiaan di dunia dan akhirat.aturan tersebut berkaitan hubungan dengan Allah, sesame manusia, dan dengan alam semesta ( lingkungannya ).
    Fungsi Al-Qur’an memberi penjelasan tentang penyucian hati yang merupakan objek tasawuf. Hati manusia merupakan sumber utama dalam dirinya. Hati yang bersih akan menjadikan kehidupan yang baik dan terpuji pula.  Disebutkan dalam Q. S. Yunus (10) : 57
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدۡ جَآءَتۡكُم مَّوۡعِظَةٞ مِّن رَّبِّكُمۡ وَشِفَآءٞ لِّمَا
فِي ٱلصُّدُورِ وَهُدٗى وَرَحۡمَةٞ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ :٥٧
“hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”
2.    Hadist
Hadist merupakan segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, sifat, maupun penetapan. Dalam sumber ajaran tasawuf, hadist merupakan penjelas terhadap apa yang ada dalam Al-Qur’an. Dalam sejarah perkembangan tasawuf, Nabi Muhammad SAW adalah sosok panutan umat Islam sebagaimana dinyatakan dalam Q.S. Al-Ahzab (33) : 21 yang merupakan suri tauladan yang baik, menjadi tauladan bagi sahabat-sahabatnya dan umat sesudahnya.
Hadist Rosulullah merupakan dasar terhadap ajaran amaliah. Sejalan dengan apa yang dikatakan dalam Al-Qur’an, bahwa Hadits juga banyak berbicara tentang kehidupan rohaniah diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim : “Sembahlah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila engkau tidak melihat-Nya, maka Ia pasti melihatmu”.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Ilmu tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kecusian dengan makrifat menuju keabadian, saling mengingatkan antara manusia, serta berpegang teguh pada janji Allah SWT. dan mengikuti syariat Rasulullah SAW. dalam mendekatkan diri dan mencapai keridhaan-Nya.
Sejarah perkembangan ilmu tasawuf terbagi dalam 4 masa yang disetiap masanya terdapat tokoh-tokoh mahsyur. Masa pertama yaitu abad kesatu hijriah, pada abad pertama dan kedua ijriah ini tasawuf dikenal sebagai ilm sedernaha dan praktis. Pada masa kedua, abad ke tiga dan keempat hijriah dengan perkembangan tasawuf yang sangat pesat. Pada masa ketiga, abad kelima hijriah yang dikenal dengan fase konsolidasi. Terakhir, abad keenam yang ditandai berkembangnya tasawuf falsafi.
Tasawuf memiliki manfaat yang sangat besar terhadap pribadi muslim. Manfaatnya adalah bahwasanya tasawuf dapat membersihkan hati dalam berinteraksi dengan Allah, membersikan diri dari pengaruh materi, menerangi jiwa dari kegelapan, serta dapat memperteguh dan menyuburkan keyakinan agama. Sumber-sumber ajaran tasawuf ada dalam al-Qur’an dan hadis Nabi
B.    Saran
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,oleh karena itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihan. 2010. Akhlak dan Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.
Hafiun, Muhammad. 2012. “Teori Asal-usul Tasawuf”. Jurnal Dakwah. XIII(2). hlm. 241-253.
Hamka. 2016. Perkembangan Pemurnian Tasawuf. Jakarta: Pustaka Abdi Bangsa
Munir, Samsul. 2012. Ilmu Tasawuf. Jakarta: Hamzah.
Suryadilaga, Alfatih. 2008. “Miftahus Sufi”. Yogyakarta: TERAS.
Syukur, Amin. 2002. Menggugat Tasawuf. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sabara. Sufism Thoughts Murtaza Motahhari  The Relations and Unity Between Intellectuality (Science). Spirituality (Faith) and Morality (Morals).  Journal Of Islam And Science Vol. 03, No. 02 (2016), hlm. 232-258.


Post a Comment

0 Comments